Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak (Unsplash.com)

Tanggal 22 Desember adalah hari romantis untuk para ibu di Indonesia yang sudah mendedikasikan dirinya untuk merawat dan mengasihi keluarganya. Nggak terbatas merawat anak, tapi seluruh anggota keluarga turut merasakan kasih sayang ibu. Di hari ini, kita bisa melihat banyak sekali konten di media sosial yang isinya sama: ucapan selamat Hari Ibu.

Ucapan Hari Ibu yang disisipi dengan manisnya kado atau buket untuk ibu tercinta membuat siapa pun terharu. Lewat story dan feeds yang muncul di media sosial, saya juga jadi kenal dan tahu ibu-ibu teman saya. Diiringi dengan backsound bertemakan ibu semakin menambah haru ucapan tersebut.

Akan tetapi semua euforia itu justru membuat saya sedikit prihatin. Soalnya, kemeriahan di Hari Ibu hanya berlangsung satu hari. Hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Ibu kembali kesepian di rumah mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Begitulah realitasnya, mau bagaimanapun bentuk kado dan buket yang kamu berikan kepada ibumu, sadarlah, bukan itu yang paling utama yang beliau butuhkan.

Luangkan waktu untuk ibu paling nggak seminggu sekali

Pernah nggak sih terbersit di kepalamu, berapa banyak waktu yang sudah kamu luangkan untuk ibumu? Nggak usah muluk-muluk mengajak beliau pergi jalan-jalan, mengajak ibu ngobrol santai ngalor-ngidul pun saya yakin beliau sudah senang. Rasa lelah dan semua kerisauan hati yang dimiliki seorang ibu akan luntur begitu saja berganti dengan senyuman di wajahnya.

Sayangnya, hal sekecil ini jarang sekali kita lakukan. Jadi, jangan sampai kita menjadi anak yang larut dalam euforia Hari Ibu, tapi lupa untuk melakukan hal sesederhana ini. Yuk, luangkan waktu untuk ngobrol bareng ibumu mulai sekarang.

Membantu pekerjaan rumah jangan cuma di Hari Ibu

Pekerjaan rumah sudah seharusnya menjadi pekerjaan seluruh anggota keluarga. Namun nyatanya, ibu masih menjadi tokoh utamanya. Dari pagi hingga malam hari, beliau sigap mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Baju dan piring kotor yang menumpuk memang terlihat sepele, padahal membersihkannya merupakan pekerjaan yang melelahkan, lho. Sebagai anak, seharusnya kita membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Kalau nggak bisa masak, yah ikut bantu mencuci baju lah. Jangan sampai kita sibuk mengucapkan Hari Ibu dan mempersiapkan buket bunga, padahal sehari-hari nggak pernah bantu-bantu ibu.

Ibu adalah pondasi keluarga, cintailah dengan tulus

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, di Hari Ibu ini, banyak sekali story dan unggahan di media sosial tentang ibu. Patut diingat, jangan sampai kita sibuk bikin story di depan, tapi di belakang sering ngamuk-ngamuk pada ibu kita. Beliau nggak pernah minta hadiah, kok, yang diinginkan hanyalah waktu kita sebagai anak dan tanggung jawab kita untuk berbakti pada orang tua. Ketulusan hatimu adalah salah satu hal yang menguatkan ibumu.

Maka sudah semestinya Hari Ibu jadi ajang introspeksi seorang anak. Ibumu mungkin senang dan terharu mendapat hadiah, buket, atau ucapan di hari ini, tapi kamu perlu tahu bahwa sesungguhnya bukan itu yang mereka harapkan darimu. Ketika anak-anaknya beranjak besar, seorang ibu hanya berharap kesediaan waktu dari anak-anaknya untuknya. Sesederhana memberi kabar, melakukan video call, atau mengajak ibu ngobrol, itu membuatnya senang.

Akhir kata, selamat merayakan Hari Ibu untuk para wanita tangguh dan hebat. Terima kasih untuk cinta kasih dan pengorbanan yang diberikan.

Penulis: Wulan Maulina
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Film Indonesia yang Cocok Ditonton di Hari Ibu.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version