Harga Jual Honda Supra X 125 Itu Memang Bagus, tapi Tidak Berlaku di Semua Tempat

Honda Supra X 125, Vega, Shogun 110 R_ 3 Legenda Jalanan Indonesia supra fit MOJOK.CO

Honda Supra X 125, Vega, Shogun 110 R_ 3 Legenda Jalanan Indonesia supra fit MOJOK.CO

Setiap motor memiliki kelebihan dan kekurangan. Produk Honda misalnya, kekuatannya terletak pada mesin; sedangkan Yamaha biasanya menang di penampilan. Bagi saya, tarikan motor Honda selalu lebih baik daripada Yamaha.

Tulisan ini adalah cerita pengalama saya mengendarai Honda Supra X 125 yang mesin oke, tarikan mantap, dan harga jual bagus. Benarkah?

Saat itu saya masih sedang di Sulawesi Tenggara, mengikuti program dari salah satu Kementrian yang menempatkan para sarjana selama 2 tahun kontrak di desa yang masuk kategori 3T.

Desa-desa di Sulawesi Tenggara sangat berbeda dari desa di Lombok, daerah asal saya. Di Sulawesi Tenggara, desa-desanya tidak padat dan berdekat-dekatan seperti di Lombok. Jarak antardesa di sana bisa sampai 2-3 kali lipat jarak antardesa di Lombok.

Tidak memiliki kendaraan di sana tentu sangat membatasi ruang gerak. Satu-satunya kendaraan umum yang saya temukan di sana adalah Pincara, rakit bermotor yang digunakan anak sekolah menyebrang sungai yang lebarnya sampai setengah kilometer. Kendaraan umum hanya ada di ibu kota provinsi, jauh lagi.

Karena tidak ada kendaraan umum, minjam terus-terusan bikin malu, mau tidak mau saya membeli motor. Apalagi saat itu, saya mengajar di dua sekolah berbeda. Saya mentapkan hati membeli Honda Supra X 125 second keluaran 2008. Saat itu tahun 2014 sehingga motor itu berusian 6 tahun, usia yang tidak lagi muda untuk sebuah motor.

Saya membeli Honda Supra X 125 karena ingat pesan paman yang punya bisnis jual beli motor bekas. Kalau mau beli motor bekas, beli saja Honda Supra X 125. Mesinnya tangguh, tarikannya mantap, dan harga jualnya bagus.

Yang terakhir menjadi poin paling penting karena saya hanya kontrak dua tahun di sana. Jadi, motor yang saya beli harus punya harga jual bagus.

Benar saja, mesin Honda Supra X 125 memang oke. Tarikannya juga seperti yang dikatakan paman saya. Untuk motor berusia 6 tahun, mesinnya tak masalah menerobos kerasnya jalanan Sulawesi yang sudah seperti lagu Ninja Hatori; mendaki gunung, lewati lembah, tambang mengalir indah di sebelah. Tapi dua kelebihan itu roboh seketika karena bodinya yang lemah seperti barang pecah belah membuat harga jualnya masyaallah.

Ekstremnya jalan di Kabupaten Konawe Utara sungguh lebih sukar ditaklukan ketimbang Benteng Takeshi. Bodi Honda Supra X 125 saya hancur.

Ternyata bodinya tidak tidak cukup tangguh bertarung di jalan yang suram itu. Mau sudah pengerasan atau belum, selama belum diaspal, bukan medan yang tepat bagi Honda Supra X 125.

Rasanya pantas jika mengatakan Supra X 125 adalah motor kota. Bodinya yang tidak tahan banting jadi terdengar ribut sekali saat dibawa menempuh rute offroad.

Saking bersisik bunyi bodinya, orang-orang bisa menebak kalau saya sudah dekat. Dari jarak 200 meter, “si pecah belah” sudah menyiarkan kedatangan saya.

Bagaimana dengan harga jualnya? Bagus? Tunggu dulu. Bagus? Yang benar saja, harganya bahkan tidak kalah hancur seperti bodinya. Harganya hanya sepertiga ketika saya membelinya. Sedih. Iya saya sedih karena saat itu saya bingung apa yang membuat harganya sejatuh itu.

Mungkin saja orang sana masih melihat sesuatu dari luarnya saja. Penampilannya memang terlihat buruk dan suara kerompang-kerompeng, membuatnya dipandang butut oleh mereka.

Paman saya saat itu keliru karena tidak memperhitungkan perilaku pasar di Konawe Utara yang sungguh berbeda dengan warga Lombok. Saya yakin jika menjualnya di Lombok, di mana Honda selalu punya nama di hati warganya, apa yang dikatakan paman saya tidak keliru.

Di Lombok, harga jual kembali Honda Supra X 125 akan tetap bagus. Wajar saja toh hampir semua motor masih disebut Honda oleh kebanyakan orang tua di Lombok.

BACA JUGA Tips untuk Lapor Kendala Internet ke CS IndiHome biar Gercep dan Ini Serius! atau tulisan Aliurridha lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version