Alasan Harga Barang di Toko Online Lebih Murah daripada Toko Offline

Harga Barang di Toko Online Lebih Murah daripada Toko Offline Terminal Mojok

Harga Barang di Toko Online Lebih Murah daripada Toko Offline (Unsplash.com)

Ketika ingin membeli barang tertentu, entah tas, skincare, perlengkapan elektronik, atau benda apa pun itu, kita pasti mencari harga yang paling murah. Bahkan kita bersedia repot-repot membandingkan harganya dari satu toko ke toko lainnya untuk mencari yang termurah. Saat sedang membandingkan harga barang, kita pasti sering mendapati produk di toko online lebih murah daripada toko offline. Padahal produknya sama-sama original.

Selisih harga barang di toko online dan offline biasanya juga lumayan besar. Pernah nggak sih bertanya-tanya hal apa saja yang membuat barang di toko online lebih murah dari toko offline? Kebetulan saya punya beberapa teman yang berjualan online. Menurut mereka sedikitnya ada lima hal yang membuat barang dagangan mereka harganya lebih miring ketimbang toko offline.

#1 Nggak ada biaya sewa toko

Toko offline membutuhkan tempat untuk menjual barang. Entah membeli atau menyewa ruko di mal dan di tempat-tempat strategis lainnya dengan biaya sewa yang nggak murah. Kadang mereka juga harus mengeluarkan uang pangkal atau biasa disebut uang keamanan. Semua keperluan tersebut membutuhkan biaya yang nggak sedikit, bisa sampai puluhan dan ratusan juta. Ketika menentukan harga produk, penjual otomatis menghitung biaya sewa tersebut dan membebankannya pada barang yang mereka jual.

Di sisi lain, toko online nggak memerlukan ruko khusus untuk memajang produk. Mereka bisa menyimpan produknya di rumah yang sekaligus berfungsi sebagai gudang. Sederhananya, nggak ada pengeluaran sewa toko fisik untuk toko online. Jadi barang yang kita beli harganya nggak ditambah dengan biaya sewa tempat sehingga bisa lebih murah.

#2 Distributor dan tangan pertama

Toko online kebanyakan adalah distributor yang langsung menjual produknya tanpa perantara, otomatis harga barangnya lebih murah. Sementara toko offline umumnya berjualan melalui department store atau barang yang mereka jual sudah melewati pihak lain, bukan langsung distributor. Hal tersebut membuat harga produknya harus dinaikkan untuk mendapatkan margin.

Kalaupun toko online bukan distributor, umumnya mereka juga tangan pertama atau langsung ambil dari distributor tanpa perantara pihak lain sehingga harga produknya masih mungkin ditekan. Saya punya kenalan yang jualan masker Korea yang mengimpor barang langsung dari distributor di Korea. Harganya memang jadi lebih murah apalagi ambilnya dalam jumlah banyak.

#3 Margin lebih sedikit

Persaingan toko online di marketplace sangat ketat, namun jumlah pembeli di marketplace juga banyak lantaran jangkaunnya luas. Hal ini membuat toko online berani mengambil margin lebih kecil. Prinsipnya, mengambil margin produk minim namun meningkatkan penjualan. Toko online bisa menjual produk dalam jumlah ratusan bahkan sampai ribuan karena jangkauannya seluruh Indonesia. Dengan hanya mengambil untung sedikit, mereka tetap bisa untung karena barang yang terjual banyak.

Sementara toko offline nggak bisa menerapkan strategi marketing yang sama dengan toko online. Toko offline jangkauan pembelinya terbatas. Misalnya, tokonya berada di Surabaya, yang beli di sana juga hanya orang di sekitar Surabaya. Jadi strategi menekan margin sekecil mungkin kurang efektif dengan pangsa pasar yang terbatas. Bisa-bisa malah tekor kalau ambil keuntungan terlalu kecil dan pembelinya minim.

#4 Punya banyak pilihan untuk memberi diskon

Toko online juga diuntungkan jika penyedia aplikasi seperti Shopee, Tokopedia, dan sekarang TikTok sedang gencar-gencarnya melakukan promosi. Melakukan kerja sama dengan pihak aplikasi memungkinkan toko online untuk mengatur lebih banyak promo untuk produk mereka. Namanya promo sudah tentu barang yang dijual lebih murah dari harga aslinya.

Apakah toko online nggak rugi? Ya nggak dong, kan mereka juga dapat pemasukan dari penyedia aplikasi. Untuk saat ini, menurut saya yang paling jor-joran atau bahasa orang bakar-bakar uang adalah TikTok. Makanya produk-produk yang dijual di TikTok Live atau TikTok Shop bisa lebih murah daripada di marketplace ataupun e-commerce lain.

Sementara toko offline nggak punya banyak pilihan membuat kerja sama dan promo-promo seperti itu. Justru mereka harus membayar sejumlah uang agar produknya bisa dipamerkan di stand-stand tertentu yang ada di mal.

#5 Jumlah karyawan

Selain harus sewa ruko atau stand di mal dan pusat perbelanjaan lain, toko offline juga harus memiliki pegawai untuk bekerja di toko. Artinya, ada biaya tambahan untuk menggaji karyawan. Pengeluaran gaji karyawan nggak bisa ditekan dan jumlah karyawannya pun pasti. Nggak mungkin SPG diminta sekaligus merangkap jadi kasir dan sebaliknya kasir merangkap SPG.

Memang sih, toko online juga memiliki karyawan, namun jumlahnya bisa dikurangi karena biasanya ownernya ikutan jualan juga. Karyawan di toko online juga lebih fleksibel—bisa mencatat pembelian sekaligus menjadi admin. Bukankah semakin sedikit pekerja, semakin menguntungkan toko karena pengeluarannya berkurang?

Itulah beberapa alasan yang menyebabkan harga barang di toko online lebih murah. Meski belakangan ini harga barang di beberapa e-commerce naik lantaran kebijakan penyedia jasa atau aplikasi yang menambahkan biaya penanganan dan subsidi ongkirnya pun dikurangi, selama masih tinggal di Pulau Jawa sih hitungannya masih lebih murah daripada belanja di toko offline. Beda jika kita tinggal di luar Pulau Jawa, harga barangnya memang murah tapi ongkirnya sundul langit. Mau membeli barang di toko online atau offline sepertinya sama-sama mahalnya.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Toko Online Terbaik Nggak Bakal Kalah Melawan Jualan di Media Sosial.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version