Punya Halaman Rumah Luas di Desa Saat Musim Panen Padi Itu Nggak Enak!

Punya Halaman Rumah Luas di Desa Saat Musim Panen Padi Itu Nggak Enak!

Punya Halaman Rumah Luas di Desa Saat Musim Panen Padi Itu Nggak Enak! (Unsplash.com)

Punya halaman rumah luas di desa saat musim panen padi sebenarnya merupakan sebuah privilese yang dimiliki orang tua saya. Sebab, mereka bisa menjemur padi hingga berkarung-karung dalam sehari.

Akan tetapi tak semua warga bisa memiliki privilese tersebut. Ada juga warga desa yang memiliki halaman rumah sempit dan rimbun karena dipadati pepohonan. Bahkan di desa saya, warga yang memiliki halaman rumah luas bisa dihitung dengan jari. Meski begitu, warga tetap bisa menjemur padi di halaman rumah mereka. Kekurangannya mereka nggak bisa menjemur padi dalam jumlah banyak dan nggak bisa sehari langsung kering.

Kekurangan tersebut rupanya membuat warga desa jadi kewalahan. Tahu sendiri saat musim panen padi tiba, banyak sawah yang harus dipanen dalam waktu bersamaan padahal tempat menjemurnya sangat terbatas. Tambah lagi padi yang sudah dipanen jika nggak segera dijemur akan membusuk. Oleh sebab itu, nggak sedikit warga yang numpang jemur padi di halaman rumah orang tua saya.

Nah, dari sanalah muncul hal-hal nggak enak punya halaman rumah luas saat musim panen padi yang dirasakan orang tua saya. Apa saja?

Debu padi yang dijemur di halaman rumah bikin nggak nyaman

Hal pertama ini bikin penghuni rumah saya, tak terkecuali saya, merasa kurang nyaman. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, halaman rumah orang tua saya selalu dipakai warga desa untuk menjemur padi. Kalau saya gambarkan, halaman rumah orang tua saya ini panas sekali saat musim kemarau karena nggak terhalang dan ditumbuhi pepohonan. Tentu saja kondisi seperti ini cocok apabila dipakai untuk menjemur padi.

Kalau untuk urusan izin, warga desa yang akan menjemur padi mereka memang selalu izin dulu kepada kedua orang tua saya. Dengan baiknya, kedua orang tua saya selalu mengizinkan. Tapi masalahnya, kami kadang merasa kurang nyaman karena banyak debu padi yang masuk ke dalam rumah dan menempel di berbagai perabotan meski kami sudah menutup pintu rapat-rapat.

Capek juga kan kalau setiap hari ngelap-ngelap perabotan rumah yang jumlahnya nggak sedikit. Belum lagi debu padi itu bikin gatal ketika menempel di kulit, semakin membuat kurang nyaman penghuni rumah. Saya yang gampang alergi dengan debu padi pun jadi sering merasa gatal-gatal.

Baca halaman selanjutnya: mentang-mentang jemur padi, dikira bos

Sering dikira bos padi karena setiap hari menjemur padi

Hal kedua yang cukup menjengkelkan gara-gara banyak warga desa yang numpang jemur padi di halaman rumah adalah orang tua saya sering dikira punya sawah luas dan dianggap bos padi. Padahal kan padi yang dijemur di depan rumah kami bukan milik orang tua saya saja. Banyak orang yang sering salah sangka dengan hal tersebut, keluarga kami sering dikira banyak duit. Padahal nyatanya jauh dari ekspektasi mereka.

Alih-alih senang, keluarga kami jadi risih. Sebab, orang tua saya kerap dijadikan bank berjalan alias tempat ngutang oleh warga desa. Padahal uang orang tua saya nggak sebanyak yang mereka bayangkan.

Kedua hal di atas kerap membuat orang tua saya merasa kurang nyaman. Gara-gara halaman rumah luas jadi merembet ke mana-mana. Sebenernya bukan salah siapa-siapa sih, memang sudah risikonya punya halaman rumah luas saat musim panen padi.

Kalau dipikir-pikir, di balik privilese yang kami miliki, tetap ada hal menyebalkan yang kami rasakan juga. Apalagi poin terakhir di mana orang tua saya sering diutangin warga. Haduh, kalau mau ngutang jangan ke orang tua saya, deh. Mending ngutang ke bank aja, Pak, Bu.

Penulis: Fitrotin Nisak
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Hal yang Bikin Saya Nggak Betah Tinggal di Desa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version