Sekali lagi saya katakan, pasti tidak semua sopir JakLingko seperti itu. Namun, itu bukan berarti kita jadi boleh melupakan fakta bahwa tidak semua sopirnya dapat melayani penumpang dengan baik. Ada pula “oknum” tidak bertanggung jawab yang tingkah lakunya seperti itu.
#3 Sopir yang mengendarai mobil “kesetanan”
Selain kurang ramah, kebiasaan buruk lainnya yang pernah saya rasakan dari sopir JakLingko adalah mengendarai mobilnya dengan “kesetanan”. Maksud dari “kesetanan” di sini tentu bukan sopir yang berkendara dalam keadaan kesurupan makhluk halus, ya, Gaes. Namun, maksudnya adalah mengendarai mobil secara ugal-ugalan, lantas membuat penumpangnya harus sesekali mengucapkan istighfar.
Pernah suatu ketika, saya menjadi penumpang dari JakLingko yang sopirnya cukup “gesit” dalam berkendara. Saking gesitnya, ia hampir menyerempet seorang pengemudi motor. Beruntunglah, penyerempetan itu tidak terjadi, meskipun saya yakin pengemudi motor tersebut pasti menaruh kekesalan di dalam hatinya.
Jujur, saya rasa sejatinya pengemudi kendaraan umum yang “kesetanan” ini sudah cukup lumrah ditemui di jalanan. Saya yakin kalian pasti pernah dibuat kesal misalnya oleh pengemudi angkot yang ngerem secara mendadak atau tiba-tiba bergerak ke pinggir jalan demi menjemput penumpang. Namun, tetap saja bukan berarti kita jadi harus memaklumi kejadian-kejadian semacam itu, kan?
#4 Area “Drop-off” yang tidak menentu
Kalau kalian mau menaiki JakLingko, pastikan kalian menunggu di halte pemberhentiannya. Sebab, kalau tidak, biasanya sang sopir tidak akan mengizinkan kalian untuk naik dan menjadi penumpangnya. Namun, hal berbeda terjadi jika kalian ingin turun, tidak harus turun persis di haltenya. Kalian boleh-boleh saja kok minta diturunkan di pinggir jalan atau lokasi mana pun yang hendak kalian tuju, asalkan masih searah dengan rute Jaklingko-nya.
Akan tetapi, terkadang terjadi satu hal menyebalkan berkaitan dengan itu, yakni area “drop-off” yang tidak menentu. Misalnya, saya sering minta untuk diturunkan di Stasiun Tebet. Nah, satu hal yang bagi saya cukup lucu (sekaligus menyebalkan) adalah ada sopir yang berbaik hati dan menurunkan saya persis di depan area pintu masuk stasiun tersebut, lalu ada pula sopir yang tidak terlalu berhati baik dan malah menurunkan saya di lokasi yang agak jauh dari area pintu masuk.
Saya ingat waktu itu saya meminta sang sopir untuk “majuan dikit” sehingga saya tidak perlu berjalan kaki begitu jauh agar bisa masuk ke Stasiun Tebet. Namun, sang sopir malah menjawab dengan pernyataan yang kurang lebih berbunyi “Ya elah, tinggal jalan dikit aja. Itu dikit lagi udah nyampe, kok.”
Waktu itu saya merasa cukup kesal. Namun setelah saya pikir lagi, saya memilih untuk bersabar dan langsung turun saja dari angkutan tersebut. Anggap saja mood sang sopir sedang tidak bagus.
Meskipun tidak sempurna, saya tetap harus mengakui bahwa JakLingko banyak membantu dan memberikan manfaat positif bagi saya. Sebagai anak kost dengan bujet pas-pasan, kehadiran JakLingko dapat membantu saya dalam hal menghemat pengeluaran ongkos. Jadi, izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada JakLingko!
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Panduan Menikmati Transportasi Umum di Jakarta.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.