Dibandingkan dengan usaha kuliner lain, bisnis warmindo memang tampak menjanjikan. Tau sendiri kan bagaimana masyarakat kita begitu mencintai olahan dari tepung terigu ini? Saking tingginya konsumsi mie instan di Indonesia, data dari World Instant Noodles Association mencatat Indonesia sebagai negara pemakan mi instan terbanyak nomer dua di dunia setelah Tiongkok.
Bisnis warmindo ini juga terlihat seksi karena bahan utama yang nggak gampang basi. Bayangkan kalau buka usaha kuliner lain. Warteg, misalnya. Kalau tidak laku, mau dibawa ke mana lauk-lauk yang sudah kadung numpuk?
Mungkin, ada beberapa lauk yang masih bisa diselamatkan dengan cara dipanaskan. Sisanya, harus berakhir di tempat sampah. Bandingkan dengan warmindo. Bahan bakunya bisa awet sampai tahunan, baru dimasak ketika ada pesanan pula. Otomatis, akan meminimalisir adanya kerugian akibat makanan yang dibuang-buang.
Tertarik untuk buka bisnis warmindo? Berikut tata cara membuka bisnis warmindo yang baik dan benar.
Daftar Isi
Pertama, pikirkan menu dan konsep apa yang mau disajikan di warmindo. Apakah menunya mau mie instant saja dengan pilihan toping yang beragam? Ataukah ada menu makanan lain seperti bubur kacang hijau, nasi telur, sosis, lok-lok, dll?
Masing-masing tentu ada konsekuensinya. Contoh, jika memutuskan untuk menyediakan mie instan saja. Positifnya, warmindo-mu punya branding yang kuat. Apalagi kalau kamu bisa ngracik mie dengan cita rasa yang enak. Wah, dijamin, inget mie instan, inget warmindo-mu. Jeleknya, cakupan pelanggan kamu jadi terbatas.
Lain cerita kalau warmindo-mu menawarkan pilihan menu makanan yang lain. Mereka yang nggak suka makan mie instan tidak akan menolak ajakan temannya ke warmindo-mu karena mereka tahu warungmu nggak cuma menyediakan mie.
Lakukan survey biar sesuai
Nah, cara supaya tidak salah dalam memutuskan adalah dengan melakukan survey ke warmindo-warmindo yang sudah ada. Dari survey itu, kamu bisa menganalisis Warmindo seperti apa yang disukai oleh warga setempat. Contoh, Mas Iqbal pernah menulis bahwa wong Jogja itu lebih terbiasa dengan Warmindo yang menunya lengkap. Alias, nggak cuma mie tapi ada nasi telur, nasi goreng hingga nasi bandeng. Tapi, lain di Jogja lain pula di dearah lain. Warmindo di Tegal, misalnya. Warmindo yang ramai itu ya yang diduetkan dengan bubur kacang hijau. Maklum, untuk urusan nasi-nasian biasanya kami larinya ke warteg dan yang sejenisnya, bukan ke warmindo.
Selain bisa menganalisis kecenderungan masyarakat tentang konsep Warmindo yang disukai, studi banding ke warmindo-warmindo juga bisa membuat kita punya gambaran tentang harga pasaran dari menu yang akan dijual. Goblok namanya kalau kita pasang harga di atas harga rata-rata, padahal menunya sama.
Buat rancangan anggaran. Cukup, nggak?
Kalau sudah tahu konsep, menu dan harga pasaran, selanjutnya buat rancangan anggaran. Apa-apa saja yang harus dibeli bisa disesuaikan dengan konsep dan menu yang sebelumnya sudah digagas. Untuk jenis warmindo sederhana yang nggak usah mikir sewa tempat (karena sudah punya kios atau memanfaatnya area depan rumah, misalnya), modal 4 juta juga sudah cukup untuk belanja bahan baku dan peralatan. Lain cerita jika konsepnya mau bikin warmindo kekinian yang instagramable dengan banyak pernak-pernik di sana-sini. Pasti biaya akan membengkak. Lebih membengkak lagi, jika berencana untuk sewa kios.
Khusus untuk persoalan sewa kios, pastikan mencari kios yang lokasinya dekat dengan keramaian, seperti area perkantoran, kost-kostan, fasilitas umum, dll. Kalau sudah nemu, jangan buru-buru sewa. Pantau dulu. Di sekeliling ada kompetitor nggak? Lalu lintas orangnya bagaimana?
Kalau semua aman, baru tanya harga. Jika ternyata uang sewa melebihi dari budget yang disediakan, lakukan cek ulang pada rencana anggaran, siapa tahu ada item yang bisa dicari subtitusinya dengan yang lebih murah, atau bahkan dihapus sekalian. Tapi, kalau sudah diotak-atik dan tetap mentok, mau ngasih tau aja kalau Bank BRI buka hari Senin sampai Jumat.
Siap opening, kencangkan promosi warmindo
Nah, kalau konsep, menu, modal dan tempat sudah beres, selanjutnya tinggal siap-siap untuk opening. Jauh-jauh hari sebelum opening, pastikan gaungnya terdengar dulu dengan gencar promosi sana-sini. Pasang banner, lalu infokan promo dengan memanfaatkan media sosial dan jejaring. Jadi, saat hari H-nya, orang bakal penasaran untuk mencoba.
Gimana? Sudah siap buka bisnis warmindo?
Yang jelas, perlu kita pahami bersama bahwa dalam dunia kuliner, rasa adalah senjata utama. Ketika pelanggan merasa racikan mie di warmindo-mu enak, pasti dia akan cerita ke yang lain. Dan terjadilah, promosi dari mulut ke mulut yang dijamin efektif untuk menjaga keberlangsungan usahamu.
Maka, sebelum riweuh menentukan konsep, rancangan usaha hingga cari lokasi, pikirkan dulu siapa yang mau masak. Oke nggak racikan mie dia? Kalau cuma sekadar nyemplungin mie ke air panas trus dikasih bumbu doang, sih, anak saya juga bisa.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Panduan Memulai Bisnis Warmindo: Modal Dikit, Cuan Selangit!