Hal-hal Nggak Biasa di Jerman yang Bikin Orang Indonesia Kaget: Selai Berry buat Cocolan Ayam sampai Anjing Boleh Masuk Metro

Hal-hal Nggak Biasa di Jerman yang Bikin Orang Indonesia Kaget: Mulai dari Selai Berry buat Cocolan Ayam sampai Anjing yang Jadi Penumpang di Metro

Hal-hal Nggak Biasa di Jerman yang Bikin Orang Indonesia Kaget: Mulai dari Selai Berry buat Cocolan Ayam sampai Anjing yang Jadi Penumpang di Metro (Unsplash.com)

Saat berkunjung ke suatu negara, pernah nggak sih menemukan hal-hal aneh yang bikin kalian terheran-heran? Saya jamin pasti pernah, bahkan mungkin sering. Begitu juga dengan pengalaman saya baru-baru ini saat pergi ke Jerman. Meski sebelum pergi saya sudah mencari informasi mengenai “do’s and don’ts” Negeri Panzer, tetap saja saya menemui hal-hal yang menurut saya nggak biasa sebagai orang Indonesia.

Mal dan toko di Jerman tutup pada hari Minggu

Biasanya di itinerary, saya meletakkan jadwal belanja pada dua hari sebelum jadwal kepulangan, begitu juga yang saya lakukan saat pergi ke Jerman. Malam hari sebelum jadwal belanja, saya sudah excited. Rasanya nggak sabar menunggu pagi.

Apesnya, esok harinya saat tiba di lokasi pusat perbelanjaan, tokonya tutup. Saya dan suami kaget melihat mal dan toko yang tutup. Ada renovasi atau gimana sih kok tutup semua?

“Pak, piye iki? Kok malnya tutup?”

Suami saya meringis kuda dan bilang, “Kayaknya kita salah, deh.”

“Salah gimana?” tanya saya.

“Ini kan hari Minggu. Semua mal dan toko di Jerman tutup. Maaf, aku lupa ngecek hari, cuma lihat tanggal aja pas bikin itinerary,” jawab suami.

Kami berdua baru ingat kalau di Jerman ada peraturan Ladenschlussgesetz atau Shop Closing Law. Di Jerman, pada hari Minggu dan hari libur nasional lainnya, mal dan toko “wajib” tutup. Yang boleh buka hanya apotek, toko roti, restoran, toko di stasiun, atau pom bensin. Sedangkan pada hari kerja (Senin-Sabtu), mal dan toko tutup jam 8 malam.

Padahal di Indonesia, yang namanya Sabtu-Minggu atau hari libur nasional berarti hari belanja nasional. Ya, kan?

Jadi, kalau kalian berkunjung ke Jerman, hati-hati meletakkan jadwal belanja di itinerary. Jangan sampai lupa kayak kami, ya.

Selai berry sebagai cocolan ayam

Kebetulan waktu itu pesawat saya mendarat siang hari waktu Jerman. Setelah melakukan check in di hotel dan beristirahat sejenak, saya dan suami pergi keluar untuk mencari makan siang.

Untuk makan siang, saya pengin mencicipi kuliner Jerman. Akhirnya pilihan saya jatuh pada chicken schnitzel. Semacam chicken katsu kalau di makanan Jepang, alias ayam tepung tanpa tulang kalau di Indonesia.

Beberapa saat menunggu, akhirnya pesanan saya datang juga. Begitu pesanan datang, mata saya terpaku pada cocolan warna merah yang disajikan di wadah saus. Saya coba icip-icip pakai ujung garpu.

Lho, kok rasanya manis? Apa ini? Kok kayak selai buah?

Saya mencoba mengorek-ngorek saus itu lagi. Ternyata memang selai buah, soalnya masih ada butiran-butiran kecil semacam buah berry yang rasanya manis.

Walah, gimana ini rasanya? Mosok ayam tepung dicocol sama selai manis? pikir saya. Saya hanya bisa menggaruk-garuk kepala sambil membayangkan. Kalau di Indonesia, chicken schitzel ini bakalan wenak pol kalau dicocol dengan sambal terasi tomat yang pedas atau sambal matah.

Sudahlah, besok-besok jangan pesan menu ini lagi, begitu pikir saya.

Besoknya saat makan siang, saya coba memesan grilled chicken alias ayam bakar. Waktu pesanan datang, kok selai buah kemarin nangkring lagi di piring saya. Tapi akhirnya saya makan juga daripada kelaparan meski di mulut rasanya nano-nano.

Yah, mungkin bagi orang Jerman, cocolan ayam berupa selai berry manis ini cocok disandingkan dengan menu utama yang gurih. Namun di lidah Jawa saya, cocolan ini kok rasanya kurang pas.

Pengalaman ini hampir mirip waktu saya pertama kali mencicipi pisang goreng sambal roa. Rasa manis ketemu pedas lumayan unik di lidah saya. Untungnya saya suka makanan pedas, makanya pisang goreng sambal roa terasa enak-enak aja di lidah saya. Beda banget sama ayam dengan cocolan selai berry ini.

Gara-gara pengalaman itu, saya jadi penasaran dengan selai berry dan mencari informasinya. Ternyata nama buah yang dijadikan cocolan itu adalah lingonberry.

Buah lingonberry ini sebenarnya populer dalam dunia kuliner Swedia, namun akhirnya merambah juga ke dunia kuliner Jerman sebagai saus atau cocolan khususnya untuk menu daging-dagingan. Jadi, kalau kalian nanti berkunjung ke Jerman, jangan kaget saat menemukan selai lingonberry ini, ya.

Random ticket check dan anjing di metro

Setiap kali berkunjung ke sebuah negara, biasanya saya selalu mencoba transportasi umum di sana. Waktu pergi ke Jerman, saya dan suami ingin mencoba naik kereta metro di Berlin. Setelah membeli tiket di mesin tiket, kami langsung menuju eskalator yang membawa kami ke peron bawah tanah.

“Lho, Pak, kok ini nggak ada gate-nya? Nggak ada acara tap-tap tiket pula?” tanya saya.

“Ndak, di sini memang nggak ada gerbangnya. Nanti di peron ada mesin validasi tiket. Kita stempelkan tiketnya di sana.” jawab suami saya.

“Oalah, berarti sebenernya nggak beli tiket yo nggak apa-apa, Pak. Wong nggak ada gate-nya, nggak ada petugas juga!”

“Hush, ngawur aja. Kalau kena random ticket check dendanya 60 euro, lho!”

“Aku pikir kalau nggak ada petugasnya kita bisa curang dan naik kereta gratisan. Hehehe…”

“Kamu pikir ini Indonesia?” sahut pak suami.

“Hehehe…” kami berdua pun cekikikan.

Sampai di peron, kami menuju mesin validasi berwarna kuning untuk menstempel tiket. Setelah itu, seperti biasa saya selalu minta pak suami untuk memotret saya sambil menunggu kereta. Akhirnya kereta yang kami tunggu tiba, kami pun segera masuk ke dalam gerbong.

Meski saya dan suami mau turun di dua stasiun berikutnya, saya pengin merasakan pengalaman duduk di dalam metro Jerman. Maka begitu melihat kursi kosong, kami segera duduk. Kebetulan kami dapat tempat duduk saling berhadapan.

Beberapa menit setelah duduk di dalam kereta, saya baru ngeh kalau ada benda hitam besar di samping kaki saya yang bergerak-gerak. Awalnya saya pikir itu adalah tas milik orang yang duduk di sebelah pak suami. Namun setelah saya perhatikan, lahdalah ternyata itu anjing besar berwarna hitam. Bahkan ukuran badan anjing itu lebih besar daripada pemiliknya.

Anjing hitam itu punya bulu panjang sekali sampai menutupi matanya. Makanya saya pikir itu tumpukan barang. Ternyata di Jerman, anjing boleh naik metro, toh.

Setelah turun di dua stasiun berikutnya, saya coba mencari informasi tentang aturan membawa binatang peliharaan dalam transportasi umum di Jerman. Rupanya di Jerman, anjing termasuk binatang peliharaan yang boleh dibawa naik kereta. Anjing yang ukurannya kecil atau masih bisa dipangku nggak perlu membeli tiket alias gratis. Tapi, kalau anjingnya besar, pemilik anjing harus membelikan tiket tambahan.

Begitulah pengalaman saya bertemu hal-hal nggak biasa di Jerman. Memang cukup mengejutkan bagi orang Indonesia, apalagi kalau baru pertama kali main ke Negeri Panzer. Meski begitu, pengalaman di atas menjadi pengalaman berharga yang bisa terus saya kenang.

Penulis: Lia Widyastuti
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mengenal Au Pair dan Alasan Saya Tinggal di Jerman.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version