Sama seperti kita yang selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, suatu produk pun melakukan upaya adaptasi agar terus relevan. Salah satunya yaitu dengan melakukan inovasi. Indomie goreng, misalnya. Dulu, rasa Indomie itu, ya, cuma itu-itu saja. Sekarang? Coba saja di cek di etalase toko.
Namun, tidak semua inovasi dapat sukses dan diterima. Inovasi lain yang juga gagal menurut saya adalah adanya cairan pencuci piring dengan ekstrak habbatussauda. Asli. Saya bener-bener dibikin bingung dan nggak habis pikir karenanya. Sama bingungnya seperti ketika Sisca Kohl makan emas. Emas, Ngab, emas!
Balik soal habbatussauda pada cairan pencuci piring. Begini, loh. Kita, selama ini kenalnya habbatussauda itu, ya, sebagai bahan herbal dengan segudang manfaat. Dilansir dari alodokter.com, habbatussauda mengandung beragam nutrisi. Mulai dari protein, serat, zat besi, zinc, kalsium, fosfor, aneka vitamin, hingga berbagai jenis antioksidan, seperti flavonoid, thymoquinone, dan carvacrol. Berkat kandungannya yang emejing itu, habbatussauda diyakini mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan, seperti: melawan infeksi bakteri, meringankan gejala asma, mengatasi kolesterol, dll. Cek saja di Google untuk info lebih lanjut.
Nah, saking banyaknya manfaat si jinten hitam ini, doi jadi banyak dicari di toko-toko yang menyediakan obat-obat herbal. Apalagi, mengonsumsi habbatussauda dinilai lebih minim risiko daripada obat-obat buatan pabrik. Tentu saja kalau dikonsumsi sesuai dengan ketentuan, loh, ya. Kalau asal-asalan, sekalipun itu herbal, ya, tetap saja. Wassalam.
Masalahnya sekarang adalah, itu ngapa habbatussauda ada di dalam cairan pencuci piring, Bambang??? Memangnya piring kotor itu punya riwayat asma? Punya kolesterol tinggi? Pencernaannya bermasalah sehingga si jinten hitam ini harus turun tangan? Nggak, kan?
Sepanjang saya melakoni ritual cuci piring, bahan yang selama ini populer dijadikan ekstrak dalam cairan pencuci piring adalah jeruk nipis. Nah, kalau ini, sih, cucok. Aroma jeruk nipis yang kuat dan segar mampu menetralisir bau yang ditinggalkan sisa-sisa makanan di piring kotor. Kesan kesat yang ditinggalkan juga membuat piring kotor bebas minyak, lemak dan dosa-dosa lain yang sering menempel di piring kotor. Jadi cocok-cocok saja dong kalau si jeruk nipis ini dijadikan bahan campuran pada cairan pencuci piring.
Lha, habbatussauda?
Maaf, ya, tapi mencuci menggunakan cairan pencuci piring yang mengandung habbatussauda benar-benar membuat proses mencuci jadi tidak bahagia. Padahal, mencuci piring bisa jadi salah satu pintu masuk ide-ide tulisan. Tapi, apa daya, aroma tajam yang keluar dari cairan pencuci piring varian habbatussauda ini terlalu menusuk hidung, hingga membuat kepala terasa pusing. Boro-boro ada ide masuk, bisa menyelesaikan proses mencuci piring saja sudah bersyukur sekali. Nggak tahan dengan baunya, Lur. Asli bikin kapok.
Saya jadi curiga, jangan-jangan kemunculan habbatussauda sebagai bahan tambahan di cairan pencuci piring ini adalah bagian dari latah-latahan, seperti yang seringkali terjadi di negeri ini. Sedang booming kata “syar’i”, mendadak semua-muanya serba dilabeli kata “syar’i”. Bodo amat soal pantas atau tidak, yang penting ikut tren aja dulu. Jadi ketika banyak orang yang mulai beralih pada obat-obatan herbal, seketika cairan pencuci piring juga ikut-ikutan. Yaitu dengan cara memasukkan habbatussauda sebagai salah satu bahan pembuatnya. Hadehhh, please, deh. Baunya itu, loh!