Kecewa pada Gunung Harta untuk pertama kali dan seterusnya…
Bagi saya, bus sudah seperti teman yang siap sedia kapan pun dan di mana pun untuk mengantarkan saya bepergian jauh. Dua tahun berjalan saya merantau ke Jogja untuk melanjutkan studi, dan sepanjang itu juga saya bolak-balik Madura dengan bus. Soalnya bagi saya bus adalah transportasi umum nyaman yang siap meluncur kapan saja.
Akan tetapi perasaan nyaman itu jadi terusik ketika ada beberapa kejadian tak menyenangkan di bus. Contohnya kasus Rosalia Indah beberapa waktu lalu yang menggegerkan media sosial. Parahnya, tanggapan dari pihak Rosalia Indah malah bikin sakit hati. Korban disalahkan kru bus. Padahal kasus kehilangan ini nggak hanya terjadi sekali.
Siapa sangka ternyata masalah hampir mirip terjadi di PO lainnya. Bedanya, kejadian ini nggak viral dan memang nggak ada yang mengunggahnya di media sosial. Makanya saya menuliskannya di sini agar jamaah Mojok bisa berhati-hati seandainya mengalami hal serupa.
Kehilangan tas di bus Gunung Harta
Kalau kasus kehilangan di Rosalia Indah yang terbaru adalah kasus kehilangan laptop, yang akan saya ceritakan ini adalah kasus tas yang tertinggal di dalam bus Gunung Harta. Tetapi dalam tas tersebut ada sejumlah uang senilai iPhone 13 dan surat-surat penting seperti ATM, KTP, hingga SIM. Kejadian ini memang nggak menimpa saya langsung, tetapi dialami oleh calon bapak mertua saya.
Ceritanya pada Selasa lalu, tepatnya sekitar waktu subuh, calon bapak mertua saya tiba di Serang setelah perjalanan cukup jauh dari Sumenep Madura. Beliau turun di depan gerbang tol Cikande. Saat itu beliau membawa dua tas, berukuran besar dan kecil. Tas yang besar dibawa turun, sedangkan tas yang kecil tertinggal di dalam bus dan baru ingat beberapa menit setelah bus tancap gas lagi.
Dengan tergesa-gesa, calon bapak mertua saya langsung menghubungi pihak bus, manajemen Gunung Harta yang ada di Sumenep, berkali-kali. Tetapi tak ada jawaban. Beliau lantas mencoba menghubungi kantor pusat. Dengan respons yang cukup lama, akhirnya beliau mendapat nomor awak bus yang beliau tumpangi. Nomor tersebut ditelepon berkali-kali, tapi tak ada jawaban.
Respons sulit, alasan tak masuk akal
Beberapa jam berlalu, akhirnya telepon diangkat. Sopir dan awak bus menjawab bahwa dia tak tahu dan tak melihat tas tertinggal. Dari nada suaranya, dia seperti ingin meyakinkan bahwa tas itu tak tertinggal di dalam bus, melainkan di luar bus entah di mana.
Tetapi dari situlah muncul kejanggalan dan prasangka bahwa awak bus berbohong. Kenapa? Pertama, calon bapak mertua saya adalah penumpang terakhir bersama tiga orang lain yang bersamanya. Tak mungkin salah satu dari ketiga orang penumpang ini adalah pencuri tas karena mereka adalah saudara calon bapak mertua yang ikut serta.
Kedua, bapak ingat betul bahwa tasnya tertinggal di dalam bus soalnya dia tersadar beberapa menit setelah bus berlalu. Jadi tak mungkin dia tiba-tiba cari tempat untuk menyembunyikan tas miliknya dan berpura-pura kehilangan.
Ketiga, awak bus Gunung Harta mustahil tak melihat tas itu. Mosok mereka nggak mengecek ke belakang atau semacam melihat keadaan gitu. Apalagi saat video call diminta untuk mengecek ke kursi penumpang tempat bapak duduk, awak bus menolak dan bilang tak ada. Meski akhirnya awak bus mau mengecek saat divideo call untuk kedua kali, tapi kejadian itu sudah telanjur mencurigakan.
Keempat, sebenarnya calon bapak mertua saya ini sudah menawarkan negosiasi dengan merelakan uang yang berjumlah jutaan itu untuk diambil saja. Asalkan surat-surat dan kartu-kartu penting dikembalikan. Tetapi negosiasi tak berhasil.
Kecewa pada Gunung Harta untuk pertama kali dan seterusnya
Saat itu adalah pertama kalinya calon bapak mertua saya naik bus Gunung Harta yang terbilang mewah ini. Tetapi bus ini mengecewakan beliau untuk pertama kali dan bikin kapok. Mewahnya fasilitas bus ternyata tak mencerminkan profesionalitas perusahaan bus. Maka benarlah ungkapan “don’t judge a book by its cover” itu.
Seminggu berlalu, calon bapak mertua berusaha untuk bertanya kembali ke kantor pusat. Beliau bertanya apakah ada CCTV di dalam bus dan dijawab ada. Lalu ketika ditanyakan lagi mengenai tas yang tertinggal, jawabannya malah berbeda. Katanya tak ada CCTV di bus yang dinaiki. Kemudian tanggung jawab dialihkan dengan meminta bapak menghubungi pihak manajemen yang ada di Madura.
Tentu saja ini sudah sangat menyebalkan. Sudah seminggu berlalu tapi tak ada kejelasan soal barang tertinggal di bus Gunung Harta. Awak bus bilang ada CCTV di bus, tapi pihak kantor bilang tak ada CCTV untuk seri bus tersebut. Pihak kantor menyuruh menghubungi manajemen di Madura, tetapi nomor kontaknya tak pernah merespons. Gimana coba?!
Sudahlah, sebenarnya calon mertua saya tak bermaksud untuk meminta ganti rugi. Beliau cuma minta kejelasan apakah tas miliknya benar-benar ketinggalan di bus karena dia memang yakin tertinggal di sana, atau ada yang mengambilnya. Tapi minta bukti CCTV saja repotnya bukan main.
Penulis: Abd. Muhaimin
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Gunung Harta Trayek Denpasar-Jogja Sukses Mengobati Rasa Rindu Tidak Naik Bus Selama 10 Tahun.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
