Gundam Itu Bukan Mainan Murah, Wajar kalau Diambil Bisa Bikin Marah

Gundam Itu Bukan Mainan Murah, Wajar kalau Diambil Bisa Bikin Marah terminal mojok.co

Gundam Itu Bukan Mainan Murah, Wajar kalau Diambil Bisa Bikin Marah (Unsplash.com)

Sewaktu scroll lini masa Twitter di sore hari sambil menikmati cuaca mendung di sekitaran Depok, saya cukup antusias ketika melihat utas bertemakan Gundam. Sayangnya, bukan soal promo harga Gundam yang sedang diperbincangkan atau hal menyenangkan lainnya. Melainkan, ada seseorang yang bercerita tentang koleksi Gundam-nya dibawa oleh keponakan tanpa seizin dan sepengetahuannya.

Menurut pengakuan orang yang spill di status Facebook itu, Gundam yang dibawa bertipe Barbatos dan GP-03 yang kisaran harganya Rp1.800.000. Kalau ditotal, sekitar harga satu unit hape Xiaomi gitu, lah.

Bagi saya yang juga punya hobi koleksi sekaligus rakit Gundam, rasanya sakit banget, sih. Kebayang betul gimana rasanya Gundam dirusak secara serampangan atau sampai diambil keponakan tanpa minta izin terlebih dahulu. Suwer, ini bukan soal lebay, pelit, atau nggak sayang keponakan, Bung. Ini soal tata krama, etika, dan menghargai kerja keras orang lain.

Biar saya jelaskan sedikit poin pentingnya biar nggak melebar ke mana-mana, ya.

Pertama, Gundam itu bukan mainan murah. Saya tegasin, ya, harganya bukan Rp50.000-an. Untuk jenis tertentu ada sih yang harganya segitu. Tapi, model lama yang bisa dibilang dari tampilan sudah kurang menarik lagi. Atau yang ukurannya SD (Super Deformed)/kecil, itu pun lagi promo besar-besaran. Selebihnya, kisaran harganya mulai dari ratusan ribu sampai jutaan, Tuan dan Nyonya.

Selain itu, proses perakitan Gundam dilakukan dengan penuh kehati-hatian, ketelitian, juga kebahagiaan. Jadi, rasa kecewa, patah hati, campur marah, akan menyatu jadi satu setelah Gundam-nya jadi, eh malah dirusak, dimainkan, atau diambil tanpa izin.

Kedua, apa yang diceritakan oleh seseorang di postingan tersebut, sebetulnya menjadi persoalan klasik dari kolektor atau perakit Gundam. Mungkin juga bagi beberapa orang yang punya hobi lainnya dan masih berkaitan dengan mainan.

Namun, mohon dipahami, Bapak/Ibu, Om/Tante, Gundam atau mainan yang kami pajang di meja, lemari kaca, atau ruangan khusus itu, ya untuk di-display dan termasuk koleksi kami, loh. Belinya pun harus kerja dulu. Menyisihkan uang jajan. Cari kerjaan sampingan biat dapat uang tambahan. Bersusah payah belinya sampai harus minta izin pasangan.

Bahkan, sebelum akhirnya memutuskan beli Gundam, ada yang sampai bergelut dengan pemikiran sendiri, “Beli nggak, ya? Beli nggak, ya? Kalau beli, nanti nggak ada uang yang disisihkan buat sekolah anak. Kalau beli, nanti kepenginnya istri nggak kebeli. Nanti nggak ada tabungan,” dan lain sebagainya.

Jadi, pikir-pikir lagi buat memainkan Gundam secara serampangan. Apalagi diambil tanpa sepengetahuan yang punya.

Ketiga, ini menjadi hal mendasar yang perlu kita sepakati bersama dalam persoalan yang cukup pelik ini. Memainkan kepunyaan orang lain tanpa izin itu bukan hal yang baik. Apalagi yang dimainkan itu bukan barang murah. Untuk bisa membeli barang tersebut, ada usaha, jerih payah, keringat, dan pening dari apa yang dikerjakan orang lain.

Selain itu, membawa barang yang bukan milik kalian itu nggak baik, Bund. Itu termasuk mencuri, kan? Iya, kan? Iya, dong? Kok, tega banget mempersilakan anak membawa barang yang bukan miliknya, sih? Itu kan sama saja mengajarkan anak untuk memaklumi dan menanamkan paham bahwa “Nggak apa-apa ngambil barang milik saudara. Kan kita kenal sama orangnya. Apalagi sama keponakan sendiri. Pasti dikasih, dong.”

Konsepnya nggak gitu, Om/Tante.

Makanya, saya betul-betul heran. Kok ada orang yang malah membenarkan sekaligus membela persoalan tersebut dengan beragam alasannya. Jangan pelit sama keponakan, lah. Masa sama keponakan sendiri nggak mau ngasih, lah. Dibilang nggak sayang saudara, dan seterusnya.

Menghormati orang yang lebih tua, sayang keluarga dan keponakan, membeli atau memberi keponakan mainan, itu hal yang semestinya dipisahkan dan punya tempat tersendiri, Kawan. Ada batasan-batasan atau privasi yang sebaiknya dijaga. Lagian, Gundam itu bukan mainan murah. Dengan segala daya upaya yang dikerahkan sampai bisa membeli, merakit, dan mengoleksi, rasanya nggak berlebihan amat jika pemilik Gundam atau hobi sejenis, meluapkan kekecewaannya saat hobinya tersebut diusik.

Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version