Untuk sebuah mobil, nama Grand Livina memang terlalu manis. Daripada nama mobil, Grand Livina ini lebih mirip dijadikan nama cluster perumahan di tengah kota, yang cicilan per bulannya lebih besar daripada UMR Jogja.
Perkara kenapa oleh Nissan dijadikan sebagai nama mobil, mungkin itu bagian dari strategi. Harapannya, dengan mendengar nama mobil ini, calon pembeli bisa langsung terbayang sesuatu yang elegan, kalem, dan berkelas, bahkan sebelum duduk di belakang setir. Dan yah, strategi itu boleh dibilang berhasil.
Sejak pertama kali muncul pada 2007, Grand Livina memang membuat banyak orang jatuh cinta pada pandangan pertama. Desainnya yang simpel, ramping, dan tidak seramai MPV lain di masanya. Ini membuat mobil ini tampak dewasa dan bersahaja. Uniknya, oleh para pecinta otomotif, Nissan Grand Livina ini disebut-sebut sebagai mobil berkepribadian ganda.
Nah, loh. Apakah do’i ketika pagi jadi MPV rasa sedan, tapi begitu malam jadi MPV rasa gerobak? Tentu saja bukan itu alasannya
Nissan Grand Livina yang nggak ada obat di jalan datar
Kepribadian pertama Nissan Grand Livina adalah dia begitu handal di jalan datar. Dengan mesin HR15DE 1.5 liter yang dipadu teknologi twin CVTC dan dual injector, Nissan Grand Livina menghasilkan tenaga 109 PS dengan torsi 148 Nm. CVT-nya bekerja mulus tanpa hentakan, semulus respon gasnya. Hasilnya, Grand Livina tetap stabil di kecepatan apapun. Begitu ringan, begitu efisien, anti limbung.
Ini kalau Grand Livina mengaspal di jalan tol, dia sudah seperti seperti menemukan habitat aslinya. Begitu pedal gas diinjak sedikit saja, laju mobil terasa mulus, stabil, dan nyaris tanpa suara. Bahkan di kecepatan 140 km/jam pun, getarannya hampir tak terasa. Rasanya, seperti bukan sedang nyetir MPV, tapi sedan yang kebetulan bodinya lebih panjang.
Enteng buat selap-selip
Kalian tahu si Innova yang sering disebut-sebut sebagai raja jalan tol? Nah, ngekor Innova pakai Grand Livina itu enteng banget. Bahkan kalau lagi iseng dan sedikit nekat, ngejar Palisade pun sebenarnya sanggup-sanggup saja. Asal, jangan kebablasan injak gas. Takut banget nanti CVT-nya ambrol di tempat.
Bandingkan dengan MPV sekelasnya seperti Avanza atau Ertiga lawas yang karakter mesinnya masih agak kasar di putaran rendah. Saat akselerasi, suara mesin kedua mobil tersebut terasa lebih teriak dan tenaga mesinnya terasa lebih tercecer. Jadi ya, butuh mikir dua kali kalau mau ngekor Innova.
Sementara Grand Livina? Tinggal injak gas sedikit dan…wuzz, langsung meluncur, pepet, lalu tinggalkan.
Baca halaman selanjutnya: Nissan Grand Livina nggak …
Nissan Grand Livina nggak berkutik kalau ketemu tanjakan
Sayangnya, seperti yang sudah disebutkan di awal, Nissan Grand Livina ini punya kepribadian yang bertolak belakang. Di jalan datar, dia memang nyaris tanpa cela. Tapi begitu ketemu tanjakan, performanya langsung drop. Entah itu tanjakan flyover, pegunungan, atau sekadar tanjakan parkiran mal, rasanya selalu bikin jantung dag-dig-dug. Apalagi, kalau mobil lagi penuh penumpang dan AC menyala.
Lemahnya Nissan Grand Livina di tanjakan ini bukan gara-gara tenaganya kecil, ya. Melainkan karena karakter transmisi CVT-nya yang kelewat halus. Di jalan datar, karakter ini memang menyenangkan. Tapi begitu ketemu tanjakan, kelembutan itu justru jadi bumerang. CVT-nya sering kehilangan momentum, sehingga tenaga tidak tersalurkan secara maksimal. Sederhananya, tiap kali ketemu tanjakan, feel-nya tuh mobil ini kayak lagi “berpikir dulu” sebelum naik.
Siasat agar lebih nyaman di tanjakkan
Meski loyo di tanjakan, bukan berarti Grand Livina tidak bisa diajak kompromi. Ada beberapa cara agar mobil ini lebih siap menaklukkan tanjakan. Dari sisi perawatan, jelas, memastikan oli transmisi CVT rutin diganti sesuai jadwal adalah harga mati. Cek juga kondisi busi, filter udara, dan sistem pendingin mesin. Ketiganya memang berpengaruh besar pada respon mesin. Kalau ada salah satu yang bermasalah, performa Livina bisa makin loyo.
Selain perawatan berkala, keterampilan pengemudi saat berada di tanjakan juga tidak kalah penting. Kuncinya, ada di teknik. Hindari injak gas secara mendadak karena karakter CVT ini paling nggak suka kalau diberi kejutan. Kemudian, gunakan mode L (low gear) saat tanjakan curam untuk menjaga torsi tetap kuat. Bila perlu, matikan AC dulu, terutama saat mobil sedang merayap. Dan yang paling penting: sabar, jangan panik. Bukan cuma sopirnya aja, ya. Penumpang juga jangan pada panik. Kalau penumpang panik, yang pegang stir bisa makin stress.
Pada akhirnya, Nissan Grand Livina tetaplah mobil keluarga yang sangat worth it untuk dimiliki. Terutama, bagi keluarga yang sering jalan-jalan. Kenyamanannya yang khas, tenaganya yang efisien, serta bantingannya yang lembut, dijamin membuat kebersamaan di dalam mobil jadi terasa semakin menyenangkan.
Perkara pas jalan-jalan ketemu tanjakan… udah, yakin aja. Selama perawatannya nggak ketinggalan, dijamin aman. Jangan lupa, berdoa semoga pas lagi nanjak nggak ketemu macet. Ngeri banget kena overheat. Tau sendiri kan betapa bestiannya Grand Livina ini dengan overheat~
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Lampu LED Silau dan Knalpot Racing, Modifikasi Mobil yang Paling Saya Benci karena Mengganggu Banget.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
