GOR SoeSoe Purwokerto, GOR Berkelas pada Zamannya yang Pembangunannya Lancar Berkat Trik Rektor Unsoed

GOR SoeSoe Purwokerto Jadi Keren Berkat Trik Rektor Unsoed (Unsplash)

GOR SoeSoe Purwokerto Jadi Keren Berkat Trik Rektor Unsoed (Unsplash)

Purwokerto punya sebuah Gelanggang Olahraga atau GOR yang berkelas. Orang lokal mengenalnya dengan nama GOR Soesoe. Namanya memang unik, berasal dari nama Soesilo Soedarman, seorang tokoh nasional. Gelanggang Olahraga ini jadi keren berkat trik Rektor Universitas Jenderal Soedirman atau Unsoed. Nanti saya ceritain.

GOR Soesoe Purwokerto, bagi saya adalah spot olahraga terbaik, khususnya jogging. Maklum, banyak ruas jalan di Purwokerto yang terlalu kecil untuk menampung kendaraan dan mereka yang sedang jogging. Takutnya kan bisa senggolan dan terluka. Oleh sebab itu, GOR Soesoe Purwokerto, yang terletak di belakang kompleks Kampus Unsoed adalah spot terbaik untuk olahraga.

Warga lokal maupun pendatang pasti mudah mengenali GOR ini berkat keberadaan tank di gerbang masuk. Tank ini memiliki nilai historis yang tinggi dan turut menambah daya tarik pengunjung

Nama GOR Soesoe Purwokerto berasal dari nama tokoh nasional

GOR Soesoe Purwokerto mengambil nama dari seorang mantan Menkopolkam ke-4 Indonesia. Namanya adalah Soesilo Soedarman selaku Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Indonesia periode 1993-1998. Bapak Soesilo yang sangat mencintai Unsoed punya jasa besar dalam pembangunan GOR. Khususnya, Bapak Soesilo berjasa dalam pembangunan lintasan atletik di dalamnya.

Oya, soal tank di gerbang depan, berjenis AMX-13. TNI menggunakannya untuk Operasi Trikora, yaitu operasi pembebasan Irian Barat. Saat itu, Bapak Soesilo memegang tanggung jawab sebagai Komandan Kavaleri. 

Maka dari itu, kehadiran tank di halaman GOR Soesoe Purwokerto membawa pesan sejarah yang begitu kuat. Utamanya peran Soesilo Soedarman terhadap perjuangan Indonesia.

Trik cerdik Rektor Unsoed

Salah satu alasan pembangunan GOR Soesoe Purwokerto berjalan lancar adalah berkat trik Rektor Unsoed, Prof. Rubiyanto. Caranya adalah beliau mengundang Gubernur Jawa Tengah saat itu, Mardiyanto, untuk datang melihat langsung pembangunan GOR.

Gubernur Mardiyanto datang tidak dengan kendaraan biasa. Beliau diantar masuk ke area pembangunan GOR dengan helikopter. Kejadian ini membuat GOR Soesoe Purwokerto terkenal sebagai sarana olahraga yang mempunyai landasan helikopter.

Nah, setelah melihat proses pembangunan secara langsung bersama Rektor Unsoed, Gubernur Mardiyanto tertarik untuk ikut menyumbang dana pembangunan. Menurut Gubernur Mardiyanto, GOR Soesoe punya stadion bagus, tapi malah tidak ada tribunnya. Maka dari itu, beliau berkenan untuk mendanai pembangunan agar ada tribun di dalam GOR.

GOR yang berkelas pada zamannya

Salah satu daya tarik GOR Soesoe Purwokerto adalah lintasan lari sudah berbahan karet sintetis. Saat itu, sangat jarang ada GOR yang sudah menggunakan karet sintetis karena biaya perawatannya terbilang mahal. 

Namun, tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk lintasan lari GOR Soesoe. Saat ini, banyak bagian dari lintasan lari yang kondisinya mulai memprihatinkan. Seakan-akan lintasan lari tersebut menjadi gambaran banyaknya peristiwa di sepanjang zaman Kota Purwokerto.

Misalnya, bahan karet sintesisnya mulai mengelupas di beberapa titik. Kemudian, lintasan yang menggelembung hingga banyak tambalan di jalur lintasan. Tambalan tersebut tidak memperbaiki kondisi memprihatinkan GOR. Adanya beberapa tambalan di lintasannya malah membuat keadaan jalur itu menjadi compang-camping. Persis layaknya keadaan mahasiswa di sana ketika menuntut perbaikan fasilitas kampus justru dibuat compang-camping oleh birokrat setempat.

Saatnya renovasi besar

Melihat kondisinya yang memprihatinkan, saya rasa pemerintah setempat seharusnya sadar bahwa ini waktu yang tepat untuk renovasi. Mengingat GOR Soesoe Purwokerto adalah salah satu landmark bersejarah, sudah sepatutnya dilestarikan.

Selain menjadi monumen bersejarah, GOR tersebut juga menjadi favorit warga untuk olahraga. Ruang terbuka seperti ini sangat penting bagi kesehatan jiwa dan raga warga sendiri. Yah, kalau bukan pemerintah sendiri, siapa lagi yang bisa dan “seharusnya” melestarikan cagar budaya ini?

Penulis: Mutiara Sarah Hapsari

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Bukan Semarang, Sebaik-baiknya Tempat Tinggal di Jawa Tengah Adalah Purwokerto

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version