Daerah barat dan timur Situbondo diterlantarkan
Terlepas dari pemberian nama dan pembangunan yang cacat hukum, pemilihan letak GOR Bung Karna sangat nggak adil. Khususnya bagi warga yang tinggal di daerah barat dan timur Situbondo. Agar lebih jelas, daerah barat dan timur yang saya maksud seperti Besuki dan Asembagus.
Asal tahu saja, GOR Baluran letaknya di tengah-tengah kota. Sedangkan GOR yang baru akan dibangun di Desa Kilensari. Jarak antara keduanya sekitar 8 kilometer. Jauh? Sebenarnya nggak juga, dengan sepeda motor dua jarak itu hanya butuh kurang lebih 15 menitan.
Kalau benar-benar niat pemerataan fasilitas, kenapa nggak fasilitas baru itu dbangun di daerah Besuki dan Asembagus? Asal tahu saja, atlet atau warga yang ingin berolahraga dengan fasilitas memadai harus menempuh jarak sekitar 30 kilometer atau sekitar 1 jam perjalanan. Sepertinya, energi untuk berolahraga masyarakat Besuki dan Asembagus habis terlebih dulu untuk memaki-maki susahnya menyalip truk dan kendaraan besar lainnya di sepanjang Jalan Pantura.
Masih banyak pilihan nama lain
Hal ini yang paling mengganggu saya, nama GOR Bung Karna benar-benar perlu dipertimbangkan ulang. Padahal, masih banyak segudang tokoh lain yang punya pengaruh dan besar bagi Situbondo. Misalnya saja, Ki Pate Alos/Raden Bagus Kasim Wirodipuro, Pangeran Aryo Gajah Situbondo, Raden Ario Pandoe Winoto, As’ad Syamsul Arifi, Letnan Nidin dan Soenardi. Bukankah penggunakan nama-nama tokoh di atas justru bagus buat melambangkan kebesaran dari Situbondo? Mari kita bayangkan nama itu muncul di headline berita “Peletakan Batu Pertama GOR R.B. Kasim Wirodipuro”, keren kan? Eh, kenapa yang dipilih malah nama pejabat yang masih menjaabt sih. Nggak etis, seolah-olah gedung yang dibuat berasal dari kantong pribadinya sendiri.
Hal-hal di atas yang membuat saya nggak sreg dengan proyek pembangunan GOR Bung Karna. Selain mempertanyakan namanya, saya mempertanyakan urgensinya. Kalau memang benar-benar demi menjawab kebutuhan rakyat, kenapa lokasinya nggak dipertimbangkan baik-baik? Selain itu, kenapa pembangunannya terkesan keburu-buru hingga bernai menabrak aturan-aturan yang ada.
Penulis: Firdaus Al Faqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Menghitung Biaya Hidup di Situbondo, Kabupaten dengan UMK Terendah se-Jawa Timur. Memangnya Cukup?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.