Permasalahan duniawi seolah tidak ada habis-habisnya memang. Perdebatan soal ini dan itu sampai antara A dan B selalu menarik perhatian untuk dibincangkan bahkan kalau perlu dibakuhantamkan. Manusia sepertinya memang suka perselisihan dan perbedaan. Jika tidak suka hal tersebut, mungkin kita tidak hidup berbangsa-bangsa. Begitu juga dalam hal memilih pasangan. Manusia juga suka berbeda-beda pendapat menyoal mana yang lebih baik. Misal menyoal pasangan, lebih baik yang good looking atau good attitude? Hayooo….
Jika kita berpikir menggunakan akal sehat, antara yang good looking dan good attitude, jelas good looking lebih punya branding yang menonjol. Coba ingat-ingat petuah jangan nilai buku dari sampulnya. Maksud istilah tersebut memang bagus, buku yang sampulnya keren tidak berarti isinya juga keren. Tapi e tapi, kalau mau beli buku ya yang dilihat pasti sampulnya. Yang kedua mungkin harga, mungkin. Jarang ketika mau beli buku yang dilihat langsung isinya, bisa dimarahin penjaganya kamu ngebuka segel buku sembarangan.
Jelas, bukan? Good looking alias cakep paling tidak punya simpanan satu nyawa lebih daripada si good attitude. Paling tidak semua orang saat baru pertama bertemu nggak mungkin langsung bisa pakai jutsu membaca pikiran ala klan Yamanaka. Yang dilihat pasti muka atau kalau nggak liat muka, ya liat tampilan lah.
Lantas gimana dong kans buat si good attitude? Inilah yang sering menjadi faktor x. Khususnya jika kita bicara cowok atau cewek lebih tertarik punya pasangan good looking atau good attitude. Bagi sebagian orang baik itu cowok atau cewek, ada yang mengatakan bahwa good looking itu sangat perlu. Alasannya sederhana, tampilanmu adalah kepribadianmu. Tapi itu bukanlah pilihan final dan mutlak bagi semua cewek dan cowok. Karena itu tadi, ada faktor x yang menyebabkan wajah ganteng atau cantik saja tidak cukup. Dan faktor x itu adalah sikap alias good attitude.
Saya pernah bertanya langsung kepada dua teman saya. Yang satu cewek dan satu lagi cowok. Teman saya yang cewek punya pacar yang boleh dibilang good looking. Si cowok teman saya punya pacar tampilannya tidak terlalu good looking, Pertama saya bertanya kepada teman saya yang cewek. Pertanyaannya sederhana, kok kamu mau sih sama orang kayak gitu? Teman saya yang cewek bilang, “Habis, akunya sayang sama dia, dia sering bantu-bantu aku kalau aku lagi perlu bantuan.”
Jawaban spontan yang tidak menempatkan kata ganteng atau cakep di dalamnya. Menarik. Di lain kesempatan saya menyempatkan untuk bertanya ke teman saya yang cowok. Masih sama dengan pertanyaaan sebelumnya. Kok kamu mau sih sama orang kayak gitu? Jawaban teman saya yang cowok lebih vulgar. “Yha kalau sudah cinta, kadang tampilan itu nggak perlu, Rid. Kalau hati sudah sreg, nyatanya sikap lebih utama daripada tampilan.”
Selang beberapa bulan setelah saya bertanya seperti itu, teman saya yang cowok sudah nikah aja sama pacarnya yang saya pertanyakan. This!!!
Walaupun sampel saya cuma dua, saya bisa menangkap garis besarnya bahwa kadang good looking tidak selamanya selalu menang. Okelah yang dilihat pertama kali itu wajah dan tampilan. Tapi apakah semua orang ganteng itu akhlaknya juga pasti ganteng? No, maka dari itu bagi sebagian orang good looking itu urusan belakangan, yang terpenting good attitude. Ya, ada kok yang seperti itu.
Lalu muncullah pertanyaan seperti ini: Lebih baik punya pasangan good looking atau good attitude?
Sebenarnya jawaban dari pertanyaan di atas sederhana. Itu hanya soal pengalaman. Karena seperti yang saya sebutkan di awal, manusia itu menyukai perbedaan. Begitu juga ketika memilih pasangan antara good looking atau good attitude. Ada mereka yang nggak terlalu peduli sama kelakuan pasangan, asal ganteng atau cantik, sikapnya ampas ya bodo amat. Ada mereka yang justru melihat suatu ketampanan atau kecantikan justru dari sikap. Walau wajahnya pas-pasan tapi kelakuannya good, maka orang tersebut dinilai good looking dan good attitude. Emang ada yang begitu? Banyak, hanya saja jumlahnya tidak sebanyak mereka yang hanya melihat dari good lookingnya saja.
Tetap yang menang good looking, dong?
Alaminya memang seperti itu, cowok mana sih yang nggak suka cewek cantik. Dan cewek mana sih yang nggak suka cowok ganteng. Nggak usah hipokrit. Namun, tidak semua manusia tunduk dengan kecenderungan alamiahnya itu. Seiring bertambahnya waktu, ganteng saja nggak cukup. Ada deretan hal baru yang membuat kecenderungan alamiah (good looking) tidak menjadi satu-satunya patokan untuk jatuh cinta. Dan salah satu deretan hal baru yang mendobrak kecenderungan alamiah manusia adalah adanya good attitude. Kalau dibikin perbandingan 10:6. 10 untuk good looking dan 6 untuk good attitude.
Jadi, kesimpulannya apa?
Kesimpulannya jelas, yang lebih baik dijadikan pasangan adalah yang good looking dan good attitude. Apalagi jika ditambah yang good economy. Kalau bisa semua, kenapa harus salah satu? Hahaha.
BACA JUGA YouTuber yang Kontennya Nyampah Cukup Dihadapi dengan 4 Hal Ini dan tulisan M. Farid Hermawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.