Gibran Pantas Menang Pilwalkot Solo Tanpa Bantuan Pak Jokowi

3 Alasan Mas Gibran Pantas Menang Pilwalkot Solo Tanpa Bantuan Pak Jokowi terminal mojok.co

3 Alasan Mas Gibran Pantas Menang Pilwalkot Solo Tanpa Bantuan Pak Jokowi terminal mojok.co

Kemengan telak telah diprediski jauh-jauh hari akan didapat Gibran Rakabuming Raka bersama pasangannya, Teguh Prakosa terhadap pasangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo dalam Pilwalkot Solo. Rilis Lembaga survei Indo Barometer yang dilansir tirto.id menyatakan bahwa pasangan calon ini akan melenggang mulus dalam memenangi Pilkada 2020. Bahkan salah satu pentolan Indo Barometer, Muhammad Qodari berani bilang gini, “Pilkada Surakarta, potretnya jalan tol buat Gibran-Teguh.”

Sedikit pembelaan dari saya, jangan karena bapaknya suka bikin jalan tol lantas kemenangan anaknya dikait-kaitkan dengan hasil kerja-kerja-kerja dari bapaknya, dong. Tidak selalu pepatah “Mati anak berkalang bapak, mati bapak berkalang anak.” itu benar adanya. Tidak selalu. Ada kalanya kita harus melihat secara jelas apa yang selama ini sudah dibikin si anak sampai pada taraf ia sukses. Jangan karena bapaknya punya pangkat tinggi lantas anaknya terima hasil jadi sambil ongkang-ongkang kaki.

Ini yang juga saya lihat dari apa yang didapat Mas Gibran atas usahanya menjadi Solo 1. Rekam jejaknya yang tidak mau dibekingi bapaknya, sudah ia tunjukan melalui banyak hal sejak ia kekeh mau ikut-ikutan masuk politik. Bahkan, blio tidak mau terlena dengan ujaran manis sang bapak yang mengatakan “Sampai detik ini, anak-anak saya tidak tertarik dunia politik.”

Maka demi menunjukkan bahwa kemenangan Mas Gibran adalah murni kemenangan demokrasi Indonesia, saya akan menunjukkan beberapa hal yang membuat kemenangan itu masuk akal terjadi.

#1 Punya nama yang unik

Saya tidak meyakini bahwa nama yang disandang anak Pak Jokowi ini sudah disiapkan agar jadi Walikota Solo sejak lahir. Tapi, boleh jadi Pak Jokowi semringah karena pencapaian anaknya tersebut. Katanya, nama adalah doa. Dan nama adalah sepenuhnya doa dari orang tua. “Gibran” yang berarti pandai, penuh daya cipta, berfilosofi, dan yang menyatukan keharmonisan adalah doa-doa yang tercurah. 

Nama ini pula yang membuat saya yakin Mas Gibran menjadi sasaran coblosan sebagian besar warga Solo. Nama yang unik dibandingkan dengan lawan-lawannya, Bagyo dan Supardjo itu. Bahkan nama pasangannya sendiri, Teguh.

Saya bahkan haqqul yakin, blio nyalon sendiri jadi walikota Solo melawan Pak Teguh-Bagyo-Supardjo juga bakal tetap menang. Ya karena nama uniknya itu tentu saja.

#2 Punya perusahaan

Kalau ada anak penggede atau artis yang mau terjun politik apalagi sampai berani nyalonin gubernur, walikota/bupati, hal yang paling prinsip ditanyakan orang-orang adalah: apa kemampuannya? Kok sebegitu pedenya mau nyalon. Orang-orang menghakimi mereka atas nama besar orang tuanya. Padahal, dalam politik yang demokratis, semua memiliki hak politik.

Orang-orang seolah lupa bahwa banyak politisi yang justru berangkat dari nama besar keluarga seperti yang Mas Gibran lakukan. Pak Sandiaga Uno adalah salah satunya. Selain kader partai, beliau lebih dikenal publik luas sebagai CEO banyak perusahaan. Pak Jokowi juga berangkat dari pemilik perusahaan mebel sukses. Masuk politik, jadi walikota, sampai bisa jadi RI 1 seperti sekarang ini.

Nah pengalaman menjadi CEO dan pemilik perusahaan ini adalah modal plus yang selalu dicari partai jika mau merekrut kader. Walau berulang kali Mas Gibran mengatakan bahwa tidak ada jalur khusus atas penunjukan jadi kader Partai Moncong Putih, posisinya sebagai pemilik perusahaan jadi pertimbangan partai untuk merekrutnya. Memang sih, blio hanya orang biasa yang punya perusahaan martabak, tapi ya itu, perusahaannya terkenal seluruh penjuru Indonesia.

Tidak elok rasanya menyerang Mas Gibran tidak punya skill memimpin. Lah jadi CEO perusahaan itu masa belum cukup disebut punya skill pemimpin? Blio itu skill-nya terbukti lho. Sudah punya banyak perusahaan sendiri, belum lagi keterlibatan lain dalam organisasi macam ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) cabang Kota Solo. Bukankah hal-hal itu semua mewajibkan seseorang punya skill pemimpin yang mumpuni?

#3 Kemampuan kerja-kerja-kerja

Ini bukan dalam rangka menggandeng apa yang jadi jargon bapaknya Mas Gibran. Tapi, kemampuan kerja dari blio memang wajib diapresiasi seluruhnya tanpa perlu sedikit pun diragukan.

Catatan mentereng dengan 24 perusahaan dan berbagai terobosan lainnya adalah ekses dari kerja yang tiada habisnya. Siang malam saya rasa Mas Gibran telah melakoninya. Bahkan saya sendiri takut kalau blio kenapa-kenapa saking seringnya kerja. Usahanya bisa dinikmati saat ini. Setelah perusahaan-perusahaannya bisa jadi CV yang ditampilkan di film Sexy Killer dicari banyak orang, pencapaian politik pun mengikuti di balik karier bisnisnya.

Pada akhirnya, kita patut mengapresiasi hasil kerja keras Mas Gibran mencapai salah satu milestone dalam dunia politiknya tanpa campur tangan sedikit pun dari bapaknya. Kita juga tidak perlu perlu khawatir masa depan Solo dan masyarakatnya, blio adalah orang yang tepat memimpin Solo. Paling tidak untuk lima tahun ke depan.

BACA JUGA Lapangan Sepak Bola Tomia yang Buruk Adalah Berkah dan tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version