Status Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah menjadikan Semarang sebagai kota modern yang terus menggeliat. Namun, ada harga yang dibayar untuk itu, kota ini nyatanya penuh dengan masalah kultural maupun struktural. Persoalan kemiskinan, ketimpangan, kriminalitas, banjir, dan penataan kawasan yang buruk jadi persoalan yang menghantui. Kecamatan Genuk Kota Semarang yang berada di sisi timur kota menjadi salah satu cerminannya.
Asal tahu saja, Genuk merupakan kecamatan yang berbatasan langsung Kabupaten Demak. Saya melihat, Genuk punya banyak beban sebagai salah satu daerah yang dilewati Jalur Pantura di Jawa Tengah. Namun, Pemkot Semarang justru menganaktirikannya, seolah nggak mau ambil pusing dengan persoalan-persoalan yang dihadapi daerah pinggiran itu.
Tidak heran kalau persoalan yang dihadapi Genuk masih sama saja dari tahun ke tahun. Kondisinya tidak ada perbaikan, bahkan semakin buruk saja. Kondisi tersebut menimbulkan keresahan bagi warga setempat maupun warga setempat maupun pendatang yang melintas.
Daftar Isi
Kecamatan Genuk langganan banjir
Persoalan pertama yang menjadi keresahan warga lokal dan warga yang melintasi daerah Genuk adalah banjir. Banjir di sini sudah jadi fenomena rutinan setiap tahun. Bahkan, banjir bisa terjadi sepanjang tahun kalau memang intensitas hujan sedang tinggi-tingginya.
Perpaduan antara sistem irigasi dan drainase yang buruk, penataan rumah warga yang keliwat mepet satu dengan yang lain jadi penyebab banjir. Belum lagi kebiasan buang sampah sembarang. Asal tahu saja, setiap tahunnya, sekitar 174.000 hektar area Genuk harus diselimuti banjir. Anehnya, persoalan tersebut menahun dan nggak kunjung menemui solusi.
Ketika banjir melanda Genuk, maka secara otomatis jalur pantura yang termasuk di dalamnya juga akan tergenang oleh banjir. Ini yang membuat area ini langganan macet dan kecelakaan. Jalanannya pun jadi cepat rusak karena terus-terusan terkena genangan air.
Sebaliknya, ketika musim kering. Daerah Genuk ini seperti kota kering yang berdebu dan panas. Melalui jalan sepanjang area Genuk-Kaligawe, pengendara motor rasanya bisa seperti dipanggang di tengah hembusan angin panas dan semprotan knalpot tronton. Tobat deh lewat jalan ini. Hal itu karena kawasannya ini juga jarang ditanami pohon-pohon rindang sebagai penyeimbang suhu panas saat musim kering.
Pedagang pasar di Genuk bikin jalanan ruwet
Masalah lainnya adalah soal para pedagang pasar Genuk yang lebih sering memenuhi bahu jalan ketimbang menggunakan pasar yang sudah disediakan. Mulai dari Pasar Induk Genuk, pasar desa di Bangetayu, dan beberapa pasar tumpah lainnya membuat jalanan di daerah Genuk ini sering jadi langganan macet. Kondisi itu tentu sangat menyebalkan, terlebih ketika pagi dan sore hari saat volume pengguna jalan meningkatkan karena jadi waktu pergi dan pulang kerja.
Keberadaan pedagang liar itu sebenarnya sudah beberapa kali ditertibkan, tapi acapkali kembali lagi. Entah harus bagaimana lagi menangani kondisi tersebut. Selain meresahkan pengguna jalan, keberadaan para pedagang liar ini juga merugikan para pedagang resmi yang ada di dalam pasar. Dagangan mereka jadi kurang laku karena pembelinya sudah kadung mampir ke para pedagang liar di pinggiran jalan.
Rawan tindakan kriminal
Masalah paling meresahkan di Kecamatan Genuk, Semarang adalah kriminalitas. Daerah ini memang kerap terjadi pencurian atau permalingan di Genuk sangat tinggi. Pembegalan juga sering terjadi apalagi ketika malam hari. Melalui area Genuk di atas jam 11 malam itu bikin resah. Kalau sendirian, sebaiknya urungkan niat kalau nggak mau motor atau nyawa melayang.
Selain maling dan begal, Genuk terkenal sebagai arena tawuran oleh para gangster. Tawuran biasanya dilakukan oleh perkumpulan gangster yang berasal di beberapa daerah di Kota Semarang. Kabar terbaru, pada bulan Mei lalu terjadi perang gangster dengan membawa senjata tajam. Mereka saling bacok hingga ada yang dilarikan ke rumah sakit. Kabarnya tawuran tersebut bermula saling adu argumen di media sosial.
Pada 2023, Genuk sempat ramai karena tawuran pelajar yang para pelakunya masih berusia di bawah 17 tahun. Penyebabnya sama, yaitu saling adu argumen dan saling menantang satu sama lain. Beruntungnya aksi tawuran itu tidak sampai ada yang meninggal. Kalau sampai meninggal kan ya kasihan aja gitu. Masa depan masih panjang, kok ya mokat gara-gara tawuran yang nggak ada kerennya blasss.
Sejumlah masalah di Genuk, Kota Semarang itu masih lestari hingga saat ini. Kondisi itu meresahkan warga setempat dan siapa saja yang melintas. Kalau dibiarkan, saya kok membayangkan kecamatan ini menjadi seperti Terminal Grey yang ada di anime One Piece ya, alias daerah yang remuk redam. Benar-benar perlu aksi nyata untuk mengatasinya.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Babakan Ciparay, Kecamatan Jahanam di Kota Bandung yang Bakal Menguji Kesabaran Kalian
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.