Partai Politik, Caleg, dan Capres, Segera Nyalakan Tanda Bahaya, Generasi Muda Tak Peduli dengan Pemilu 2024

Partai Politik, Caleg, dan Capres, Segera Nyalakan Tanda Bahaya, Generasi Muda Tak Peduli dengan Pemilu 2024

Partai Politik, Caleg, dan Capres, Segera Nyalakan Tanda Bahaya, Generasi Muda Tak Peduli dengan Pemilu 2024 (Pixabay.com)

Kita tiap hari melihat gimmick para calon peserta Pemilu 2024 nanti yang berusaha menarik para pemilih muda. Menggaet caleg berusia muda, berusaha engage dengan pemuda, bahkan mengganti ketua umum dengan pemuda dilakukan demi menggaet jutaan manusia yang baru menggunakan hak pilih mereka.

Tapi, the million dollar question is, apakah generasi muda saat ini tertarik mengikuti Pemilu 2024?

Pertanyaan ini menjadi menarik untuk dibahas karena saya sendiri merupakan seorang generasi muda yang biasa disebut generasi Z. Seperti yang kita tahu Pemilu 2024 akan segera dimulai tahun depan. Menurut data KPU, jumlah pemilih pada kelompok usia 20-44 tahun mencapai 60 persen pada Pemilu 2024 atau sekitar 110 juta orang.

Melihat data di atas artinya pemilih muda nantinya akan menjadi pemilih dengan proporsi terbesar, serta memiliki pengaruh dan dampak besar terhadap hasil Pemilu 2024

Jika melihat data KPU tersebut, di benak saya seketika muncul sebuah pertanyaan: dengan jumlah sebesar itu, apakah para gen Z ini akan tertarik untuk mengikuti Pemilu 2024 nanti?

Atau justru tak peduli dan asyik scroll sosial media saat hari pencoblosan tiba?

Bodo amat dengan Pemilu 2024

Menurut saya, tidak semua anak muda saat ini memiliki rasa partisipasi yang tinggi untuk mengikuti Pemilu 2024 nanti. Bahkan sepengalaman saya tak semua anak muda tahu latar belakang calon pemimpin yang akan maju saat Pilpres nanti. Calonnya saja nggak tahu, apalagi nanya siapa saja partai-partai pengusungnya, dan kebijakan apa yang akan para calon tersebut lakukan.

Survei pada Pemilu 2019 menunjukkan bahwa jumlah pemilih yang tidak menggunakan suaranya mencapai 34,7 juta. Jumlah itu sekitar 18,02% dari total DPT 2019 yang sebanyak 192,77 juta orang. Jika dilihat dari angka tersebut, jumlah pemilih muda yang golput diperkirakan cukup signifikan. Artinya hal ini menjadi pekerjaan rumah serta tantangan bagi pemerintah dan partai-partai politik yang ada. Mengajak dan membuat masyarakat khususnya kalangan muda tertarik mengikuti Pemilu 2024 nanti jadi hal wajib.

Edukasi politik

Seperti yang saya singgung tadi, tak semua anak muda ini tahu latar belakang capres, partai pengusungnya, dan kebijakannya. Artinya edukasi politik yang menarik perhatian anak muda perlu dilakukan. Tujuannya, untuk memberi pengetahuan yang memadai mengenai politik dan pemilu. Sehingga anak-anak muda ini tak kebingungan saat mengikuti Pileg dan Pilpres saat adanya pemilihan.

Edukasi ini bisa dilakukan secara langsung melalui institusi pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi dengan memberi pemahaman atau literasi kepada siswa sampai mahasiswa secara matang tentang politik dan pemilu di Indonesia. Selain melalui institusi pendidikan, media sosial adalah tempat yang disukai gen Z. Di sosial media inilah tempat gen Z berselancar mengenai dunia luar dan sekitar mereka setiap harinya.

Sosial media adalah tempat yang pas untuk menjadi wadah bagi para gen Z atau anak muda menambah wawasan mereka dalam hal Pemilu. Pemerintah dan partai-partai politik harus bisa membuat sosial media menjadi magnet bagi para gen Z untuk peduli dan mau mempelajari seluk beluk politik dan kepemiluan di Indonesia. Media sosial yang paling disukai adalah TikTok, Instagram, Twitter. Berdasarkan data dari Google, sosial media yang paling disukai gen Z atau anak-anak muda saat ini adalah TikTok.

Pemilu 2024 bisa sukses jika Gen Z peduli

Para gen Z adalah generasi yang melek teknologi, tetapi terkadang tidak peduli dengan hal hal yang berkaitan dengan politik. Oleh karena itu pemerintah dan partai politik harus saling kerja sama dan bersinergi. Agar, anak-anak muda di Indonesia ini melek terhadap dunia kepolitikan dan pemilu di Indonesia. Jika hal ini berhasil dilakukan, akan berdampak pada hasil pemilu di Indonesia. Anak muda yang mendominasi jumlah pemilih di pemilu ini tidak lagi bingung siapa calon yang akan dipilih, dan mengurangi jumlah adanya suara golput.

Well, win-win solution, kan?

Penulis: Putra Melandry
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jelang Tahun Politik, Mahfud MD Minta Pemuda Aktif Kritik Pemerintah, Sayangnya Kebebasan Berpendapat Masih Rendah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version