Gareth Southgate bukan orang yang (lagi) tepat. Tapi, semua sudah terlambat.
Bila saya ditanya tim nasional mana yang memiliki skuat terbaik, maka saya akan menjawab Timnas Prancis dan Timnas Inggris. Untuk nama yang pertama, mereka sudah membuktikan bahwa kualitas individu yang baik akan mampu mengantarkan pada kejayaan. Tak percaya? Tengok saja raihan trofi Piala Dunia dan UEFA Nations League yang sudah Antoine Griezmann dkk. dapatkan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara untuk Timnas Inggris?
Yah, walaupun mereka bisa melaju hingga babak semifinal di Piala Dunia 2018 dan bahkan menjadi runner-up di Euro 2020. Tetapi tetap saja, mereka tidak punya satu objek konkret (baca: trofi) yang bisa dibanggakan. Padahal, saya sungguh yakin mereka sejatinya bisa menjadi kampiun di ajang-ajang tersebut, asalkan mereka memiliki pelatih yang lebih hebat dari Gareth Southgate. Apa sajakah faktor-faktor yang membuat saya sampai berpikiran seperti itu?
Taktik yang terlalu defensif
Bermain defensif itu tidak masalah. Toh, tak sedikit, kok, tim yang “parkir bus” tetapi malah bisa menyabet gelar. Akan tetapi, jika tim yang dilatih mempunyai deretan individu berkualitas di berbagai lini, rasanya tak perlu, kan, untuk menjadi pengecut dan tak berani memegang kendali permainan?
Hal inilah yang menjadi alasan pertama mengapa saya tak menyukai gaya kepelatihan Gareth Southgate di Timnas Inggris. Lelaki 52 tahun itu selalu saja keras hati dan menerapkan taktik tiga bek yang sangat ia sukai. Padahal di sisi lain, sistem tiga bek + dua bek sayap otomatis akan membuat jatah pemain di lini serang jadi lebih berkurang. Sementara bila kita amati nama-nama yang The Three Lions miliki di lini depan, oh, Tuhan, saya yakin itu akan menjadi tugas sulit untuk mengabaikan mereka dan tak menurunkannya sejak menit awal.
Dari penyerang murni saja, ada Harry Kane (yang memang selalu menjadi starter), Tammy Abraham (yang sedang gacor di Serie A), Ivan Toney (pemain bertenaga andalannya Brentford), dan lain-lain. Sementara di sisi yang lebih melebar, ada nama-nama seperti Jadon Sancho, Jack Grealish, Marcus Rashford, Jarrod Bowen, dan nama-nama lain yang sangat layak diturunkan.
Deretan pemain berkualitas itu pada akhirnya hanya akan “membusuk” di bangku cadangan karena Southgate lebih memilih untuk menurunkan banyak pemain bertahan. Sungguh suatu kesia-siaan, bukan? Andai saja Southgate mau tampil lebih berani dan membuat timnya memiliki sistem bermain yang ofensif, saya percaya Timnas Inggris bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pemain kepercayaan yang tak bisa dipercaya
Setiap pelatih biasanya selalu memiliki pemain-pemain favorit yang selalu ia percaya di setiap laga. Didier Deschamps, pelatih Timnas Inggris, tampaknya memberikan gelar pemain favorit tersebut kepada Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe. Lalu di Timnas Spanyol, ada Pedri Gonzalez yang selalu menjadi pilihan utama dari Luis Enrique asalkan tidak cedera. Sementara di Timnas Inggris? Beberapa nama yang sepertinya menjadi pemain favorit Gareth Southgate adalah Harry Kane, Mason Mount, Raheem Sterling, dan nahasnya, Harry “Lawak” Maguire.
Saya sama sekali tidak mempermasalahkan kecenderungan seorang pelatih untuk memiliki pemain kepercayaan. Akan tetapi, sebagai fans, saya juga menuntut agar si orang kepercayaannya itu betul-betul bisa dipercaya selama merumput di lapangan. Nah, masalahnya, apakah para penggemar Timnas Inggris akan percaya jika lini belakang tim kesayangan mereka dikawal oleh seorang bek tengah rajin blunder seperti Harry Maguire? Jelas tidak, kan?
Hal yang lebih menyebalkannya lagi adalah kecondongan Southgate terhadap pemain-pemain tertentu kerap membuatnya mengabaikan nama-nama lain yang sesungguhnya lebih layak untuk dipasang. Kita dapat melihat hal itu pada kasus Fikayo Tomori dan Trent Alexander-Arnold. Tomori merupakan seorang bek tengah muda berkualitas tinggi yang berperan besar dalam kesuksesan AC Milan menyabet gelar Serie A di musim kemarin. Sementara untuk Trent, saya pikir tak perlu dijelaskan panjang lebar mengenai kebolehannya dalam membantu penyerangan dari sisi sayap kanan. Namun, meskipun keduanya memiliki kualitas individu yang mumpuni, tetapi tetap saja Southgate tak pernah menjadikan mereka bagian penting dari The Three Lions. Singkatnya, ujung-ujungnya pemain seperti Maguire juga yang masuk ke starting eleven.
Sudah terlambat untuk dipecat
Lantas, mengingat tren buruk dari Timnas Inggris belakangan ini dan mulai memudarnya kepercayaan para fans terhadap Gareth Southgate, apakah merupakan suatu keputusan tepat untuk memecat sang mantan pemain Aston Villa itu dari kursi kepelatihan?
Saya pikir, kini sudah terlambat untuk mendepak Southgate, mengingat ajang Piala Dunia 2022 yang sudah tinggal menghitung hari. Bila Southgate diturunkan dari jabatannya sekarang, kemungkinan bagi sang pelatih baru untuk dapat memperbaiki keadaan cenderung tidak terlalu besar. Mengapa? Ya, karena waktu persiapan yang ia punya sama sekali tidak melimpah. Ia tidak lagi memiliki jeda internasional untuk bisa mencoba susunan pemain terbaiknya dan menguji skema paling tepat yang kelak akan diterapkan di World Cup.
Lagi pula, jika harus mencari pelatih baru, siapakah nama yang kira-kira cocok untuk menggantikan Southgate? Mauricio Pochettino? Yah, saya tak begitu yakin, rekam jejaknya ketika menukangi tim penuh bintang cenderung tidak mengesankan. Thomas Tuchel? Saran yang cukup baik, tetapi saya ragu ia akan mengambil pekerjaan sebagai manajer dari sebuah tim nasional (terlebih yang bukan negara asalnya). Zinedine Zidane? Dengan alasan yang sama seperti Tuchel, saya ragu Zizou mau menjadi pelatih dari sebuah negara yang bukan tanah kelahirannya. Kemudian, kalau dipikir-pikir, memangnya pelatih sekelas Zidane akan sudi melatih pemain seperti Maguire? Saya rasa nggak, ya. Hehehe.
Bagi saya pribadi, pilihan yang paling tepat sebenarnya adalah Graham Potter. Tak seperti Tuchel dan Zidane, Potter merupakan orang Inggris, sehingga ia pasti akan bangga bila diberi kesempatan dan kepercayaan untuk melatih kesebelasan negaranya. Selain itu, gaya bermain yang ditunjukkan oleh tim asuhannya juga atraktif dan menyeran. Sama sekali tidak monoton seperti yang ditunjukkan oleh anak asuh Gareth Southgate sekarang.
Akan tetapi, mengingat ia baru saja menekan kontrak sebagai pelatih baru Chelsea, rasanya tak mungkin ia akan cabut dan meninggalkan jabatan barunya tersebut. Maka dari itu, mengingat belum adanya sosok kandidat yang sepenuhnya cocok untuk menggantikan Southgate, saya pikir para fans Timnas Inggris lebih baik berdoa saja dan berharap agar lelaki tersebut mampu membuat The Three Lions dapat berbicara banyak di Piala Dunia 2022.
Yang jelas sih, saya harap ia mulai menendang Maguire dari skuat. Sumpah.
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Gareth Southgate dan Alasan Timnas Inggris Dianggap Overrated