Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Gabus Pucung, Kuliner Khas Betawi yang Terpaksa Berubah Nama Jadi Rawon Jakarta demi Eksistensi

Dodik Suprayogi oleh Dodik Suprayogi
26 September 2025
A A
Gabus Pucung, Kuliner Khas Betawi yang Terpaksa Berubah Nama Jadi Rawon Jakarta demi Eksistensi

Gabus Pucung, Kuliner Khas Betawi yang Terpaksa Berubah Nama Jadi Rawon Jakarta demi Eksistensi (Pitchrigi via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

“Oh, ternyata gabus pucung kayak rawon, ya,” itu reaksi pertama saya ketika seporsi gabus pucung terhidang di depan mata. Kuliner khas Betawi satu ini cukup banyak dijajakan di Bekasi.

Mari kita akui saja, ini adalah kenyataan paling pahit dari kuliner ibu kota. Ketika ada kuliner berkuah hitam, nasibnya pasti akan disamakan dengan rawon.

Rawon adalah masakan kebanggaan Jawa Timur dengan kuah kluwek alias pucung dalam bahasa Betawi yang pekat dan isian daging sapi yang bikin kolesterol gembira. Di sinilah ironisnya. Ketika orang Betawi menyajikan gabus pucung, hidangan berkuah hitam menggunakan ikan gabus sebagai bahan utamanya alih-alih daging sapi, respons pertama orang luar Jakarta adalah, “Oh, rawon ikan!” Makjleb.

Tapi apa daya, kepopuleran rawon yang sudah merangsak nasional, didukung hype media dan image Jawa yang kuat di panggung kuliner, membuat gabus pucung harus menerima takdirnya menjadi “rawon Jakarta”. Seolah kuah hitam adalah merek dagang rawon, dan gabus pucung hanyalah variasi menu baru dari rawon daging yang sudah ada.

Coba bayangkan, betapa terlukanya hati kluwek-kluwek Betawi yang berjuang keras menanggalkan racun sianidanya hanya supaya karyawanya disematkan nama orang lain. Ini bukan cuma soal makanan, ini adalah ironi identitas.

Daging sapi vs ikan gabus menandakan kelas sosial yang berbeda

Meski sama-sama berasal dari bumbu yang sama, yaitu kluwek atau pucung, perbedaan mendasar kedua kuliner ini terletak pada bahan utamanya. Daging sapi untuk rawon, dan ikan gabus untuk gabus pucung.

Secara historis, perbedaan ini mencerminkan kontras kelas sosial. Rawon, dengan daging sapi, tergolong bahan makanan mahal dan mewah di masa lalu, sebagai kuliner kerajaan, priyayi, atau setidaknya masyarakat yang mapan di Jawa Timur.

Sementara gabus pucung, lahir dari lingkungan rawa yang dianggap “pinggiran” Batavia. Kuliner khas Betawi ini adalah kuliner perjuangan, kuliner rakyat jelata yang memanfaatkan hasil alam liar. Ikan gabus dipilih karena melimpah dan gratis di empang.

Baca Juga:

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sego Penggel, Onigirinya Orang Kebumen yang Seharusnya Bisa Lebih Dikenal

Kesenjangan ini membentuk persepsi sejarah dan filosofi hidup yang berbeda di antara kedua masyarakat, yaitu Jawa Timur dan Betawi.

Pengaburan sejarah dalam seporsi gabus pucung

Lantaran pembangunan brutal telah mengubah rawa menjadi beton, habitat ikan gabus kian tersisih. Keberadaan ikan gabus di kali-kali Jakarta mulai menghilang dan menjadi barang langka.

Jadi, untuk menikmati kuliner khas Betawi ini harus siap merogoh kantong lebih dalam. Bahkan lebih mahal daripada harga daging sapi di pasar. Alhasil, kuliner yang dulunya makanan rakyat, kini naik kelas menjadi hidangan premium yang hanya disajikan di restoran Betawi spesial dengan harga fantastis.

Ketika seseorang menyebut gabus pucung sebagai “rawon ikan”, artinya bukan hanya melakukan kesalahan sejarah. Tetapi juga mengaburkan sebuah sejarah penting.

Kuliner Betawi yang berasal dari dapur rakyat yang menolak disederhanakan sebagai simbol kemiskinan ini justru menjadi kemewahan, sebuah kisah perlawanan atas peminggiran. Dulu, gabus pucung tak perlu ngartis untuk eksis, karena itu adalah menu favorit penikmatnya. Sekarang, ia harus rela rebranding nama demi bertahan hidup.

Penyebutan gabus pucung sebagai rawon ikan harus dihentikan!

Penyebutan gabus pucung sebagai rawon ikan adalah narasi salah kaprah yang hanya akan menghilangkan identitas kuliner lokal yang harus dijaga dan dilestarikan. Nggak perlu tunduk dengan nama-nama asing untuk sebuah eksistensi.

Sekarang bukan zamannya lagi penaklukan politik kultural, rawon dari Jawa dan gabus pucung dari Betawi. Nggak perlu disesatkan.

Sebab gabus pucung adalah gabus pucung. Hidangan yang membuktikan bahwa hal-hal paling autentik di Jakarta sering kali berwarna hitam, pahit di awal, tetapi sangat berharga di akhir. Nggak butuh nama baru untuk diakui, hanya butuh kita berhenti menyebut nama kuliner lokal dengan nama-nama asing.

Jadi, stop menyebutnya sebagai rawon ikan!

Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Gulai Bumbu Kuning ala Warteg Jakarta kok Dibilang Rawon, Ra Mashok!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 September 2025 oleh

Tags: daging sapigabus pucungikan gabuskluwekkuliner betawikuliner khaspucungRawonrawon jakarta
Dodik Suprayogi

Dodik Suprayogi

Pegiat pertanian yang sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Trisakti.

ArtikelTerkait

3 Dosa Pedagang Rawon di Surabaya yang Merugikan Wisatawan (Pexels)

3 Dosa Pedagang Rawon di Surabaya yang Mengecewakan dan Merugikan Wisatawan

20 Juli 2025
3 Cara Licik Penjual Daging Sapi untuk Meraup Cuan Sebesar-besarnya dari Ketidaktahuan Pembeli Mojok.co

Sisi Gelap Penjual Daging Sapi di Pasar yang Bikin Pembeli Rugi Besar

26 Juli 2024
5 Tipe Pembeli Daging Sapi yang Sering Bikin Saya Emosi (Pixabay)

5 Tipe Pembeli Daging Sapi yang Sering Bikin Saya Emosi

15 November 2022
3 Kecurangan Penjual Daging Sapi Selama Bulan Ramadan. Saya Tulis Supaya Pembeli Lebih Waspada Mojok.co

3 Kecurangan Penjual Daging Sapi Selama Bulan Ramadan. Saya Tulis Supaya Pembeli Lebih Waspada

3 April 2024
Keresahan yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Betapa Susahnya Mencari Kuliner di Kota Batu yang Khas dan Autentik

26 Juni 2023
7 Nasi Kuning Lezat dalam Khazanah Kuliner Nusantara Terminal Mojok kobe nasi kuning

7 Nasi Kuning Lezat dalam Khazanah Kuliner Nusantara

20 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.