Fyi, Jadi Bucin Lebih Terhormat daripada Buaya Darat Tauk!

Fyi, Jadi Bucin Lebih Terhormat daripada Jadi Buaya Darat Tauk!

Ketika harus disuruh memilih antara menjadi bucin atau buaya darat, mungkin pilihan pertama akan menjadi pertimbangan utama saya. Bagi saya, setidaknya menjadi bucin lebih terhormat daripada menjadi buaya darat. Mengapa?

Begini, kita tahu dan tentunya sudah menjadi rahasia umum bahwa bucin dan buaya darat telah jadi fenomena percintaan yang sering dijadikan tagline untuk menyindir mereka-mereka yang sedang bermain api dengan yang namanya cinta.

Mungkin saat ini istilah bucin sering kali kita temui di berbagai ejekan bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, sedang PDKT, ataupun yang sedang berusaha mati-matian menarik hati sang gebetan. Bucin atau budak cinta seolah menjadi konotasi yang tak mentereng, memalukan, dan cukup hina. Banyak orang memandang mereka yang dimabuk cinta ini adalah bucin goblok yang tak tahu diri. Yang terlalu dibutakan akan cinta sehingga kesan bucin seolah sangat buruk.

Padahal jika ditelisik, orang mana sih yang jika sudah jatuh cinta nggak bucin? Bucin ini sebenarnya mengalir di darah kita semua. Orang mana yang kalau jatuh cinta justru tidak mau membahagiakan sang kekasih? Tidak ada. Cinta yang pasti adalah tentang bagaimana saling membahagiakan satu sama lain. Paling tidak ketika jatuh cinta, ada pengorbanan yang diberikan. Menunjukkan rasa cinta pastinya memerlukan effort yang lebih. Konotasi bucin pada akhirnya adalah manifestasi dari ungkapan cinta yang pastinya akan kita semua lakukan jika sedang jatuh cinta.

Saya tak habis pikir ketika seseorang mengekpresikan rasa cintanya justru dicap bucin. Semua orang punya caranya masing-masing soal mengekspresikan cinta. Ada yang memang benar-benar mau jadi budak, ada yang santai-santai saja, hingga ada yang tidak melakukan apa pun dan lebih memilih mencintai dalam senyap. Kita semua punya seribu satu cara untuk menjadi bucin yang barang tentu bakat tersebut sudah tertanam dalam diri kita semua. Bucin adalah kita!

Namun semakin ke sini, saya semakin sadar bahwa sebetulnya ada sebutan yang justru lebih hina dari bucin, yakni buaya darat. Menjadi bucin ternyata lebih terhormat ketimbang menjadi buaya darat. Menjadi bucin tentu jelas, itu adalah tindakan nyata yang menunjukkan kita benar-benar sayang terhadap seseorang. Coba lihat buaya darat. Sebaliknya, mereka-merekalah yang sebenarnya perlu diwaspadai. Ketika bucin berusaha mati-matian untuk membahagiakan seseorang. Buaya darat justru punya amunisi lengkap untuk mengelabui orang yang diincar dengan gombalan maut dan tipu-tipu manisnya.

Oleh karena itu, disebut sebagai bucin bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan. Setidaknya ada status yang lebih memalukan dari itu. Bucin pada hakikatnya adalah manifestasi cinta terhadap satu orang. Ketika menengok mereka yang buaya darat, kamu yang bucin boleh berbangga dengan sikapmu tersebut. Pasalnya, kamu telah berusaha mencintai dan setia terhadap satu orang.

Bagi saya tak apalah bucin, asal jangan jadi buaya darat. Bucin hanya soal bagaimana mengekpresikan perasaan. Sedangkan buaya darat lebih dari itu. Ada teknik tipu-tipu, main perasaan dan pengkhianatan di dalamnya. Tak usahlah terlalu menghinakan mereka yang bucin nyatanya ada yang  lebih buruk dari para bucin.

Cinta tidak selucu jika kamu mencintai si A maka kamu punya hak untuk mencintai si B, C, D, E dan F. Bagi buaya darat mungkin hal tersebut sah-sah saja. Tapi coba lihat para bucin yang selalu tampil habis-habisan untuk menunjukkan rasa cintanya hanya terhadap satu orang.

Jadi, saudara-saudara. Istilah bucin itu janganlah terus-terusan dijadikan bahan ejekan. Karena kita semua akan bucin pada waktunya. Bucin itu sebenarnya sudah ada di diri kita masing-masing. Tinggal tunggu waktu munculnya saja. Paling tidak, saya tekankan sekali lagi bahwa tak apa menjadi bucin dan membucinlah sekuat tenaga. Tapi ingat, jangan sekali-kali jadi buaya darat. Ngebucin itu lebih terhormat ketimbang jadi buaya darat, Bos!

BACA JUGA Nggak Ada yang Namanya Bucin atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version