Film Nope: Kritik Ciamik Jordan Peele tentang Fenomena Segalanya demi Konten

Film Nope: Kritik Ciamik Jordan Peele tentang Fenomena Segalanya demi Konten

Film Nope: Kritik Ciamik Jordan Peele tentang Fenomena Segalanya demi Konten (Akun Instagram @nopemovie)

Nama Jordan Peele tentunya sudah tidak asing di telinga para pencinta film. Sutradara film horor ini selalu berhasil menciptakan karya sinema yang menggugah baik secara cerita maupun visual. Setelah membuat cerita horor dari rasisme di Get Out dan marginalisasi dalam Us, Peele sekali lagi membuat film horor yang tak sekadar berisi jump scare. Dalam Nope, UFO menjadi obyek kengerian terbaru bagi sang sutradara sekaligus penulis skenario ini.

Seperti dua film sebelumnya, Jordan Peele tidak pernah merasa genre horor memberikan batasan tertentu akan apa yang bisa dieksplorasi oleh penulis naskah. Walaupun bukan genre yang dikenal akan analisis sosialnya, film Peele tanpa komentar sosial layaknya sayur tanpa garam dan Nope mempertanyakan kecanduan kita membuat semua hal menjadi konten untuk tontonan publik.

Kata tontonan sendiri langsung muncul pada adegan pertama film lewat kutipan ayat Alkitab dari kitab Nahum. Sebuah ayat berisi ancaman Tuhan akan kota Niniveh. Bahwa kota tersebut akan dinajiskan untuk dijadikan sebagai tontonan bangsa-bangsa lain. Seperti banyak hal yang muncul di media massa dan media sosial saat ini, konsumsi informasi masyarakat sering dibangun di atas dasar eksploitasi dari tragedi paling mengerikan sekalipun. Semua demi hasrat kita untuk mengubah segalanya tak lebih dari sekadar hiburan bagi khalayak umum.

Hasrat ini juga terdapat pada diri OJ dan Em, duo kakak beradik yang diperankan oleh Daniel Kaluuya dan Keke Palmer. Kedua saudara ini mewarisi bisnis penyuplaian kuda bagi produksi film dan televisi setelah ayah mereka meninggal dalam insiden aneh. Namun di bawah tangan OJ, bisnis tersebut tak berjalan semulus era ayahnya. Tidak cukup membantu jika OJ sendiri cenderung pendiam dan tak sekarismatik ayahnya.

Bahkan saat adiknya Em yang lebih supel berusaha membantu, bisnis ini berada diambang kebangkrutan. Jadi saat sebuah benda terbang misterius muncul di hadapan OJ dan Em, apa yang dipikirkan mereka berdua menjadi sama. Merekam keberadaan UFO di peternakan keluarga mereka atau dalam bahasa Em, rekaman Oprah. Rekaman yang sangat sensasional untuk dipertontonkan di TV, ratu acara bincang-bincang Oprah Winfrey pun pasti akan membelinya.

Motivasi kedua karakter utama ini sangatlah jelas, yaitu uang dan ketenaran. Bahkan saat mereka berusaha menutupinya dengan alasan lebih mulia. Seperti mencari tahu penyebab kematian sang ayah, memberitahu bahaya benda asing tersebut ke publik, hingga mencegah jatuhnya lebih banyak nyawa. Namun seperti banyak karakter di Nope, motivasi OJ dan Em untuk menangkap sesuatu di kamera dan membagikannya ke publik didasari dorongan yang cenderung lebih egois daripada altruis.

Walaupun begitu, mudah bagi penonton untuk mendukung karakter utama kita mendapatkan rekaman Oprah mereka berkat akting fenomenal dari Kaluya dan Palmer. Akting keduanya berhasil menunjukkan hubungan natural antara kedua kakak beradik melewati segala ancaman bahaya yang mengintai rumah masa kecil mereka. Mungkin hubungan antara karakter Kaluya dan Palmer inilah yang menjadi jangkar emosional bagi penonton selama 2 jam waktu tayang film ini.

Selain OJ dan Em, Nope juga menawarkan beragam karakter sampingan dengan motivasi berbeda-beda, berusaha menangkap benda misterius ini dan menjadikannya konten. Mulai dari mengkapitalisasinya demi profit seperti dilakukan oleh pengusaha Ricky “Jupe” Park (Steven Yeun), mencari hiburan semata sebagai bentuk pelarian dari masalah hidup seperti teknisi kamera Angel (Brando Perea), hingga keinginan menjadi yang pertama dalam melakukan sesuatu layaknya sinematografer Antlers Host (Micahel Wincott). Seperti layaknya kita di dunia nyata, karakter di film ini sering kali melupakan rasa empati dan keselamatan diri sendiri, demi menangkap momen langka ini.

Peele sendiri dalam wawancara menyatakan secara blak-blakan bahwa ada sesuatu mengerikan dari hasrat kita sebagai manusia untuk mengkomodifikasi segala hal menjadi tontonan umum. Mulai dari tragedi paling mengenaskan hingga gosip paling tidak penting. Seolah-olah kita harus mengeluarkan gawai kita untuk merekam saat melihat kecelakaan di jalanan atau membagikan video kebakaran dari RT sebelah di grup Whatsapp.

Tentunya sebagai medium film sendiri, Jordan Peele sadar bahwa Nope adalah sebuah ironi berjalan. Bahwa film yang mengeksaminasi kecanduan kita menonton konten media, di saat bersamaan memberikan kepada para penggemar film sebuah hiburan dalam bentuk yang sama. Dalam kata-kata dari Peele sendiri, dia akan membuat film yang menghibur penonton tetapi tetap mengajak kita berefleksi akan kecanduan masyarakat dalam mengkodifikasi semua hal menjadi konten untuk media. Inilah mengapa terlepas dari komentar sosialnya, film Peele sangat mudah menjadi hit di bioskop.

Lewat naskah penuh metafora yang ditulis bersama Ian Cooper, Peele sekali lagi berhasil mengawinkan analisis sosial dan genre horor dengan sempurna sekali lagi. Ditambah dengan sinematografi ala Hitchcock dari Hoyte van Hoytema hingga efek visual dari desain UFO ala Neon Genesis Evangelion dari Guillaume Rocheron, film Nope adalah dua jam penuh ketegangan dengan humor gelap dan pesan moral terselip di dalamnya. Pesan moral yang mengatakan, ada kalanya memilih untuk tidak melihat dan mengatakan ”Nope” adalah pilihan terbaik.

Sumber gambar: Akun Instagram @nopemovie

Penulis: Raynal Payuk
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Curon, Series Horor Netflix dari Italia

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version