Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Film Harus Memiliki Muatan Positif dan Negatif sebagai Alat Masturbasi Kelompok Tertentu

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
26 Agustus 2020
A A
muatan positif film kritik film ambil hikmahnya film azab berdebat film film pendek mojok.co

muatan positif film kritik film ambil hikmahnya film azab berdebat film film pendek mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya ingat betul kala membaca sebuah dongeng, di akhir kisahnya tersemat amanat-amanat yang terkandung dalam cerita. Semua harus baik, saya dipaksa mengambil “muatan positif” dari sebuah cerita tersebut. Saya seakan disuruh untuk menutup mata kepada pihak yang jahat, mengucapkan persetan dan tidak ada hal baik yang dikandung oleh para antagonis. Padahal, sejahat-jahatnya Rahwana, selalu ada hal yang bisa dikaji dengan istimewa.

Lantas, Disney datang dengan pangeran dan putrinya, gaun yang indah, tinggi semampai. Si jahat digambarkan memiliki wajah yang buruk. Tokoh sampingan diolah menjadi kurcaci-kurcaci, monster lucu dan hewan-hewan guna mendukung si tokoh utama. Seakan, tak ada yang boleh lebih istimewa dari empunya cerita. Ia menjadi pusat jagad pramudita bagi tokoh-tokoh di sekitarnya. Di akhir kisah—yang biasa disajikan—ada pesan moril yang menunjukan ‘kebengisan’ sang tokoh utama.

Dengan napas lebih segar, mulai dari visual sampai pemikiran, muncul dari film-film karya Ghibli. Di sana, antagonis tidak selalu hitam. Bahkan cenderung mengarah kepada “abu-abu”. Kita bisa melihat Yubaba, penyihir dalam film “Spirited Away”, membuat masa kecil kita mengerutkan dahi mengenai keberpihakan tokoh ini dalam membangun premis cerita.

Mereka mengajak untuk menafsir ulang pemahaman kita. Tidak membawa kepada sebuah agenda tertentu, namun mengajak kita bersuka cita. Tidak pula terkekang untuk menemukan muatan positif di sana. Terserah mau melihat film ini melalui sudut pandang apa. Pun jika menonton hanya untuk bersenang-senang dan memerdekakan kepala dari hal yang runyam, jelas mereka memfasilitasi semua itu. Senjata Studio Ghibli adalah imajinasi, dan imajinasi kita pula yang diperbolehkan untuk “melawan balik”.

Seakan ingin menyentil pola yang menjadi pakem Disney, Ghibli tak menawarkan aksi pangeran dalam memerangi kejahatan penyihir jahat dengan kuda sembrani miliknya. Keadaan jahat sesungguhnya adalah bagaimana tokoh-tokoh tersebut berorientasi dengan lingkungannya. Berpatokan kepada pijakan yang mereka percayai, bercermin kepada struktural yang coba mereka bangun.

Film yang baik adalah film yang diterima oleh berbagai kalangan. Namun, kembali lagi, dari kata “banyak” tentu ada beberapa pihak yang akan menarik diri dan menyatakan perbedaan yang mendasar. Sekali lagi, hal ini lumrah terjadi. Mengidealkan suatu hal itu tentu amat berat tugasnya. Terkadang, semakin kita mencari sesuatu yang ideal, semakin jauh pula kita melangkah meninggalkannya.

Di era ini, seakan semua film harus bisa menyesuaikan dengan kepentingan dan agenda kelompok-kelompok tertentu. Film seakan menjadi alat masturbasi yang bisa memuaskan setiap golongan dan lapisan. Semisal tidak sesuai, tak ada muatan positif film yang bisa dimamah dengan bijak oleh pikiran, maka kata “buruk” kemudian tersemat. Kritik menjadi cara ampuh dan sejatinya itu hal yang sangat lumrah. Namun, cara pandang, membaca, dan menilai pun menjadi tolok ukur tambahan mengenai kritik tersebut valid atau tidak.

Film “Penumpasan Pengkhianatan G-30 S PKI” adalah contoh sederhana dari sebuah film yang menyesuaikan agenda tertentu. Sebagian pihak ada yang menyatakan keberatan mengenai keabsahan dari adegan per adegan yang film ini tawarkan. Namun, sebagian lagi tentu merasakan dan terpuaskan.

Baca Juga:

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

Hal ini merupakan ekosistem yang baik, namun menjadi menyebalkan ketika paksaan untuk menonton sudah dikendalikan. Bahkan, satu generasi dicekoki film ini sebagai media untuk memenangkan pihak tertentu dalam lini masa sejarah lalu. Hal ini bukan masturbasi pikiran lagi, melainkan sebuah “pemerkosaan” terhadap kemerdekaan memilih; menonton atau tidak.

Kita tidak diberikan banyak pilihan dalam sinema layar kaca lantaran hanya itu akses yang paling mudah menyentuh segala kalangan. Kita bisa melihat pola sinetron berbau rohani yang biasanya tersaji.

Pihak baik adalah orang yang paham agama dan menjadi antagonis adalah mereka yang selalu menggunakan pakaian gelap dan tampilan yang kacau. Dengan doa-doa, semua musuh bisa ditaklukan, tak lupa pula di akhir tayangan, selalu muncul kata-kata indah yang seakan bisa mengakhiri sebuah konflik dari premis-premis yang coba dibangun.

Kini, tayangan model seperti itu kembali marak. Hanya sedikit modifikasi, namun intinya ya sama-sama mengusung hal yang sederhana; baik dan benar. Hanya dua itu saja, tidak kurang dan tidak pernah lebih.

Tayangan selalu menampilkan masa lalu kelam sang tokoh utama. Kemudian, berakhir dengan dua hal; bertaubat atau mati dengan azab. Awan hitam berputar, angin kencang dan suara guntur menggelegar. Kemudian, semua yang melihat kejadian tersebut kompak berkata, “Bagaimana ini, Pak Ustaz?”. Inikah yang dimaksud muatan positif film?

Film azab rasanya menjadi cocok bagi masyarakat kita ya karena satu hal, memuaskan seluruh urgensi kelompok. Melalui lajur-lajur aman berlandaskan agama dan tameng bernama kebaikan.

Padahal, mereka hanya memiliki satu alur cerita, berakhir dengan kemenangan pihak yang baik, juga dibumbui nilai-nilai kehidupan yang itu-itu saja. Kemerdekaan berpikir sudah ada sejak lama, namun kita lebih memilih untuk menyimpan kemerdekaan tersebut rapat-rapat.

Jika polanya seperti ini, tayangan bokep pun menjadi lebih ramah, juga memenuhi kebanyakan struktur kelompok kebanyakan. Bukan karena tayangannya, namun kembali lagi, film-film yang harus selalu ideal dan melandasi berbagai kepentingan kelompok. Muatan positif dan negatif film seolah harus dibedah.

Jika film azab untuk mencari nilai yang baik, maka film bokep sebaliknya, yakni keburukan. Kita tidak perlu repot-repot mengkaji lantaran seluruh isi film bokep, adalah perihal buruk yang selalu melekat. Dan tiap kelompok, pasti sudah merasa terwakilkan. Sesederhana itu.

Ah, padahal film lebih asik semisal kita kaji ulang berdasarkan realitas yang diangkat secara nyata.

Sumber gambar: YouTube The Prince Charles Cinema.

BACA JUGA 5 Kendaraan yang Biasanya Digunakan untuk Tilik selain Truk Gabah dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Agustus 2020 oleh

Tags: FilmReview Film
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Keramagz, Channel YouTube Review Film yang Bikin Kita Serasa Jadi Sutradara terminal mojok.co rekomendasi channel YouTube review film

Keramagz, Channel YouTube Review Film yang Bikin Kita Serasa Jadi Sutradara

3 Oktober 2020
Film 'Ayat-Ayat Cinta' Bikin Saya Sempat Terobsesi Jadi Ke-Fahri-Fahrian terminal mojok.co

Film ‘Ayat-Ayat Cinta’ Bikin Saya Sempat Terobsesi Jadi Ke-Fahri-Fahrian

27 April 2021
6 Tokoh Paling Wangun dalam Serial Drakor Horor ‘Sweet Home’ terminal mojok.co

6 Tokoh Paling Wangun dalam Serial Drakor Horor ‘Sweet Home’

10 Januari 2021
6 Celetukan yang Sering Keluar Saat Nonton Film Horor terminal mojok.co

6 Celetukan yang Sering Keluar Saat Nonton Film Horor

14 November 2020
nicholas saputra

Ladies, Perbaiki Segera Mood Kalian Dengan Singgah ke Kolom Komentar Instagram Nicholas Saputra Yuk!

30 Agustus 2019
hollywood mojok

4 Kebohongan Film Hollywood yang Sering Kita Terima sebagai Kebenaran

24 Juli 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.