Fenomena Pembajakan Film di Indonesia

Fenomena Pembajakan Film di Indonesia

Fenomena     pembajakan     film    di    Indonesia     bukan     masalah     asing. Seiring berkembangnya   teknologi   masyarakat   dapat   dengan   mudah   melakukannya.   Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan biaya.  Pembajakan film telah diatur dalam UU No.8 Tahun 1992 tentang perfilman dan UU Hak Cipta pasal 72. Namun, pelaku pembajakan film tidak jera dengan hukuman yang diberikan, sehingga tidak sedikit yang mengulangi lagi.

Beberapa tahun belakangan ini banyak ditemui kasus tentang pembajakan film di tanah air.  Dilihat dari berbagai sumber terdapat kasus yang berhasil diungkap, sebagai contoh di akhir tahun 2016, ditemukan kasus pembajakan film “Warkop DKI Reborn‟.  Film yang dibintangi Abimana Aryasatya, Vino G.  Bastian, dan Tora Sudiro, berhasil dibajak oleh salah satu oknum yang tidak bertanggung jawab dengan merekam langsung di bioskop serta menyebarluaskan  melalui media sosial.

Tindakan tersebut langsung  dilaporkan  oleh  Falcon  Pictures  ke  Polda  Metro  Jaya. Seorang wanita berinisial PL (31) yang diduga sebagai pelaku pembajakan film Warkop DKI Reborn:  Jangkrik  Boss!,  berhasil ditangkap  oleh  Subdirektorat  Reserse  Cyber  Crime  Polda Metro Jaya. Direktur  Reserse  Kriminal Khusus  Polda  Metro  Jaya,  Komisaris  Besar  Fadil Imran, menjelaskan aksi pembajakan dilakukan oleh PL yang berprofesi sebagai SPG(sales promotion girl)saat  menonoton  film tersebut  di Ambarukmo  Plaza,  Yogyakarta.  Dengan smartphone pelaku berhasil merekam, kemudian disebarkan melalui akun Bigo Live.  Pelaku berhasil ditangkap di Jakarta, dan polisi berhasil menyita ponsel milik pelaku sebagai barang bukti.

Berdasrkan   hasil penyelidikan   polisi, motif pelaku melakukan hal tersebut hanya iseng. Tidak  terdapat  motif lain  atau mencari keuntungan.  PL dijerat Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tranksaksi Elektronik (ITE), dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara atau denda Rp 4M.

Tersangka PL tidak   ditahan karena pihaknya sudah meminta maaf.  PL mengakui perbuatan tersebut dilakukan tanpa memikirkan efek jangka panjang.  Falcon Pictures sendiri sudah memberikan maaf terhadap PL.  Falcon Pictures berharap agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi, dan  kasus  ini  menjadi  pembelajaran  tersendiri  bagi  kita  semua.  Akibat kejadian tersebut, Falcon Pictures  menderita  kerugian  sampai lebih  dari Rp20  miliar,  tidak  hanya rugi secara material namun  juga moral.

Pada  Oktober  2017  terdapat  berita  bahwa  film  fate/kaleid  liner  Prisma  Illya  dan sejumlah  film  Jepang  lainnya  yang  telah  diumumkan  akan  tayang  di  Indonesia,  d ikabarkan akan  ditunda  penayangannya.  Hal tersebut dilakukan karena terdapat kasus perekaman ilegal terhadap No Game No Life: Zero di bioskop.

Beberapa menit setelah pengumuman resmi dari CGV Cinemas Indonesia dan CB International  Movie   mengenai  penundaan   film  Fate/kaleid liner Prisma  Illya  Yukishita   no Chikai  (Oath  Under  the  Snow),  netizen  di  gemparkan  dengan  beberapa  screenshot  yang melihatkan  rekaman  tayangan  No  Game  No  Life:  Zero  di  bioskop.  Terdapat  screenshot rekaman Live film tersebut di Instagram Story dengan nama akun Instagram forumanime.id .

Setelah  dilihat  akun  Instagram  tersebut  memiliki  banyak  followers,  yaitu  lebih  dari 100  ribu  followers.  Profil akun tersebut memperlihatkan sebagai pemberi fakta dan informasi mengenai  anime  melalui  media  sosial.  Salah  satu  postingan  di  akun  tersebut  dipenuhi  oleh berbagai komentar  pedas  dari netizen.  Karena  netizen  sendiri merasa  kecewa  atas  tindakan yang telah dilakukan.

Melihat hal tersebut terjadi, admin dari forumanime.id tidak tinggal diam. Pihaknya memberika  pernyataan  lewat  postingan  yang  sama.   Ia  mengatakan  mempunyai  niat  baik terhadap rekaman live film No Game No Life: Zero yang mereka lakukan. Admin akun forumanime.id   juga   mengucapkan   permintaan   maaf   kepada   netizen   atas   kejadian   yang dilakukan.

Namun,   setelah   direfresh   beberapa   kali,   akun   tersebut   menonaktifkan   kolom komentar  yang  terdapat  di postingan tersebut.  Sehingga membuat seluruh komentar terhapus, termasuk  permintaan  maaf  yang  sudah  merekan  sampaikan  pada  postingan  mereka.  Selang beberapa  jam  kemudian,  salah  satu  admin  akun  forumanime.id  menyampaikan  permintaan maaf melalui fitur  Instagram Story mereka.

Di dalam  postingan  tersebut  berisi  tentang,  penyesalan  atas  insiden  yang  dilakukan oleh   salah   satu   admin   (yang   merekam   film)   sehingga   penggemar   anime   di  Indonesia mengalami  kerugian.  Ia  menjelaskan  bahwa  admin  yang  merekam film No  Game  No  Life: Zero  kurang  memiliki  pengetahuan  tentang  pembajakan.  Ia  juga  menyesali kejadian  tersebut dan meminta maaf kepada pihak yang bersangkutan, serta kepada publik yang ikut merasakan dampaknya.

Akhir  Maret  2018  terdapat  kasus pembajakan film Dilan 1990  salah satu film karya Fajar   Bustomi.   Film  yang   dimainkan   Iqbaal  Ramadhan   (Dilan)   dan  Vanesha  Preschilla (Milea)   ini   dapat   menarik   6juta   penonton   di  bioskop   dalam  waktu   1bulan.   Film  ini menceritkan  tentang kisah cinta anak remaja di Bandung  tahun 1990-an.

Produser film Dilan 1990,  Ody Mulya Hidayat mendapati DVD bajakan film tersebut di Cirebon,  Jawa Barat.  Ody mengaku mendapat laporan dari seorang teman, Ody kemudian mendatangi  toko  tersebut  untuk  mengatahui kebenarannya.  Ody  terkejut,  lantaran  mendapati beberapa ikat DVD film „Dilan 1990‟, tidak hanya film Dilan ternyata Ody menemukan DVD bajakan beberapa film Indonesia lain.

Ody  merasa  kecewa  dengan  adanya  DVD  bajakan  tersebut  dapat  merugikan rumah produksi  apalagi  film  tersebut  masih  tayang  di  bioskop,  ia  melaporkan  kasus  pembajakan tersebut ke pihak  kepolisian.  Ody menyerahkan DVD bajakan tersebut sebagai barang bukti. Ody   berharap   pihak   berwajib   harus   mengusut   tuntas   tindak   pidana   ini,   dan   terdapat penegakan hukum dari pihak kepolisian  agar pelaku jera.

Kasus  diatas  merupakan  contoh  kecil  dari  fenomena  pembajakan  film  di  Indonesia yang   terungkap.   Tahun  2017   situs  pembajak   film  merugikan  pekerja  industri  kreatif  di Indonesia hingga 209 juta. Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) Fauzan Zidni menjelaskan,   bahwa   dalam  situs   pembajakan   film   tersebut   terdapat   banyak   iklan  yang berkonten negatif dan positif.

Adanya kejadian tersebut, Aprofi mengalami kerugian yang cukup besar. Fauzan mengatakan   pihaknya   berkoordinasi  dengan   Kementrian   K omunikasi  dan  Informasi  serta Kementerian  Hukum  dan  Hak   Asasi  Manusia  segera  memblokir  situs  pembajakan  yang beredar.   Dari   kerjasama   diatas,   pemerintah   mampu   menutup   250   situs   pembjakan   di Indonesia baik film lokal maupun  luar negeri.

Bulan  Mei 2018,  terdapat  pembajakan  film dari 4  kota  yang  menimbulkan  kerugian Rp   1,5   triliun  pertahunnya.   Riset  tersebut  digelar  di  Jakarta,   Medan,   Bogor,   dan  Deli Serdang.   Riset  tersebut  dilakukan  oleh  Lembaga  Penyelidikan  Ekonomi  dan  Masyarakat Fakultas   Ekonomi   dan   Bisnis   Universitas   Indonesia.   Dari   hasil   riset   yang   dilakukan, ditemukan  kerugian  ekonomi  yang  berpengaruh  terhadap  industri  perfilman.  Berbagai upaya telah dilakukan  Aprofi bersama MPA dalam mengatasi pembajakan.

Fauzan   Zidni   bersama   Dr.Ir.Jamhadi,   MBA   (Ketua   KADIN   Surabaya)   dalam talkshow  yang  diadakan    Badan  Ekonomi  Kreatif (Bekraf)  RI  di Atrium Fashion  Pakuwon Trade  Center  (PTC)  Surabaya.  Talkshow  yang  diadakan  bulan Oktober 2018  dengan tema “Kampanye   Anti  Pembajakan  Surabaya”.   Dalam  acara  tersebut,   Fauzan  mengungkapkan terdapat beberapa DVD bajakan yang beredar di 13 mal di Surabaya.

Belum lagi kejadian instastory, contohnya live di media sosial merupakan kasus pembajakan.  Hanya  saja  penggunanya  tidak  banyak  yang  tahu.  Fauzan  berharap,  dengan adanya   riset   seperti   ini   dapat   menjadi   acuan   untuk   pengambilan   kebijakan   terhadap pembajakan  film dan  masyarakat  semakin  sadar  bahwa  pembajakan  dapat  menimbulkan kerugian.

Exit mobile version