Mini kontainer Es Teh Jumbo berkeliaran di jalan-jalan. Saya melihatnya di sepanjang jalan yang saya lalui. Sepertinya, ada pemain baru yang mulai mencoba ikut bertarung di pasar teh dan tentunya, ada produk yang terancam karena kehadirannya.
Siapa yang terancam? Tentu penjual angkringan atau kami warga Surakarta menyebutnya dengan hik.
Es Teh Jumbo memang punya pasarnya tersendiri, tapi tetap saja, tak menutup kemungkinan konsumennya adalah penikmat es teh dari hik. Padahal, pemasukan terbesar angkringan adalah tehnya. Tak heran jika angkringan atau hik berlomba-lomba bikin racikan teh mereka sendiri. Teh adalah kunci kelangsungan hidup dan mati bisnis mereka.
Sejarah Es Teh Jumbo
Berdasar penelusuran (berselancar di Google) yang saya lakukan, literatur mengenai sejarah Es Teh Jumbo tidak diketahui secara pasti. Sementara sejarah es teh sendiri, teh pada dasarnya sudah dinikmati sebagai minuman oleh penduduk Amerika sejak zaman kolonial dengan campuran alkohol (sumber: NPR). Sementara teh tanpa alkohol mulai muncul pada 1987 dalam buku resep Buckeye karya Estelle Woods Wilcox.
Di Indonesia, dilansir dari Kumparan, tahun 1700-an Belanda sudah mulai memperkenalkan tanaman teh dari Tiongkok dan India. Belanda tertarik untuk mengenalkan teh karena melihat kesuburan tanah di Pulau Jawa dan Sumatera. Era Cultuur Stelsel melihat terdapat ratusan perkebunan teh di Nusantara, yang paling banyak ada di Jawa Barat.
Kebiasaan masyarakat Jawa menikmati hal yang sifatnya manis, memunculkan perkembangan pabrik tebu di berbagai daerah untuk menambah cita rasa es teh. Akhir abad 19, kemajuan teknologi mulai berkembang dan mulai memperkenalkan mesin pencetak es batu. Pabrik-pabrik pembuat es batu mulai bermunculan di Indonesia yang membuat masyarakat menikmati sejuknya es teh.
Es Teh Indonesia
Sebelum viralnya minuman ini, beberapa tahun lalu, Indonesia sempat dikejutkan dengan kemunculan perusahaan Es Teh Indonesia yang didirikan oleh Haidhar Wurjanto pada 2018. Sebagai pengusaha, tentu ia melihat potensi keuntungan penjulan es teh hik yang hampir ada di berbagai daerah.
Semula ia membuka gerai di daerah Jakarta Selatan, selanjutnya membuka cabang di banyak daerah di Indonesia. Tahun lalu, Es Teh Indonesia sudah membuat 900 gerai dan menunjuk Nagita Slavina sebagai CEO dan Brisia Jodie sebagai komisarisnya.
Namun, belum dapat dipastikan apakah Es Teh Jumbo punya keterkaitan dengan perusahaan Es Teh Indonesia sebagai produk minuman inovatif yang menggusur hik-hik di Klaten dan Solo.
Bermula dari TikTok
Es Teh Jumbo tentu terinspirasi dari viralnya TikTok parodi video klip “Yang Terdalam” dari Noah. Inspirator Es Teh Jumbo merekam dirinya berjalan di trotoar sambil menenteng es teh dalam bungkus plastik literan. Kelucuan itu rupanya menjadi peluang usaha bagi banyak orang untuk jualan Es Teh Jumbo dengan kelebihan secara rasa dan kemasan dibandingkan es teh plastikan di hik.
Dalam sehari, lapak Es Teh Jumbo bisa menjual ratusan gelas dengan omset mencapai puluhan juta per bulan. Mereka mampu menjajah eksistensi es teh hik dengan menawarkan harga sama, dengan kemasan yang eye catching. Dengan gelas plastik yang mudah dibawa dan ditaruh di mana pun, pengusaha hik mesti bersiap omset terbesarnya runtuh dibombardir mini kontainer Es Teh Jumbo.
Masih menantikan lagi ide kreatif pengguna TikTok memasarkan tempe dan sego kucing jumbo untuk semakin menyingkirkan UMKM pinggir jalanan tersebut. Era TikTok memaksa semua pengusaha agar terus berinovasi agar tidak gulung tikar.
Generasi malas
Perkembangan teknologi informasi menjadikan masyarakat malas melakukan segala sesuatu, termasuk dalam urusan menikmati es teh. Tersedianya gerai es teh ini di banyak tempat memudahkan masyarakat membeli es teh secara cepat dengan rasa yang enak dan kemasan antitumpah di meja.
Anda boleh mengecap saya boomer atau orang yang konservatifnya mentok sampe dasar Bumi. Tapi bagi saya, membeli es teh di hik itu ada tantangannya tersendiri.
Membeli es teh di hik punya risiko cemceman teh yang terlalu pekat atau kadang malah kurang terasa. Tidak ada standar pembuatan teh yang sama seperti yang ditawarkan Es Teh Jumbo. Para bakul hik akan berlomba menemukan resep teh yang bisa membuat pelanggan berdatangan.
Tapi tentu saja, saya yakin Es Teh Jumbo melihat pasar dengan jeli. Siapa tahu memang akhirnya kehadiran minuman satu ini bikin bakul hik makin kreatif. Persaingan, menimbulkan kreativitas, atau justru menenggelamkan orang-orang yang tak siap.
Penulis: Joko Yuliyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Teh Lokal Indonesia Mutunya Ampas!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya