Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) biasanya lebih terpandang daripada fakultas lain. Di berbagai perguruan tinggi, jurusan-jurusan di fakultas ini banyak diminati. Itu mengapa persaingan masuk ke FEB kerap kali lebih sulit daripada fakultas lain.
Saya adalah salah satu dari manusia yang beruntung itu. Saat ini, sudah lebih dari 3 tahun saya menuntut ilmu di sana. Selama berkuliah, saya merasa banyak kabar kurang tepat seputar mahasiswa FEB. Berbagai kabar yang beredar itu bagai mitos yang belum tentu kebenarannya, tapi terlanjur dipercaya banyak orang.
Sayangnya, banyak orang memilih untuk langsung percaya daripada bertanya langsung ke kami, mahasiswa FEB yang mengalaminya. Nah, pada kesempatan kali ini saya ingin meluruskan beberapa mitos tersebut.
Daftar Isi
#1 Mahasiswa FEB pasti punya karier yang cemerlang
Berhasil masuk FEB suatu perguruan tinggi memang pencapaian yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, minat calon mahasiswa masuk ke fakultas ini semakin besar dari tahun ke tahun. Itu mengapa, keberhasilan masuk FEB kerap dipandang banyak orang sebagai gerbang awal kesuksesan di masa mendatang.
Sejujurnya label-label semacam ini menjadi tekanan bagi mahasiswa FEB. Lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis memang punya prospek karier yang cemerlang. Namun, tetap saja, jalan setiap orang jelas berbeda-beda. Tidak semuanya punya kesempatan jadi CEO, akuntan, ekonomi, manager, financial consultant, dan karier mentereng lainnya.
Tidak sedikit lulusan FEB yang kesulitan ketika mencari pekerjaan. Persaingan pekerjaan bagi lulusan FEB begitu ketat saat ini, mengingat lulusan fakultas ini semakin hari semakin banyak.
#2 Lulusannya punya gaji 2 digit
Mitos yang satu ini nggak jauh-jauh dari poin pertama. Prospek karier yang cerah kerap kali diiringi dengan pendapatan yang selangit. Minimal 2 digit lah.
Kenyataannya, banyak mahasiswa FEB yang sulit mendapat pekerjaan sekalipun kemampuannya sangat mumpuni. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, sejauh pengamatan saya, salah satu penyebabnya adalah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pencari kerja. Jadi lulusan FEB tidak saja perlu mumpuni, tapi juga perlu benar-benar mahir di bidangnya. Inilah tantangannya
#3 Mahasiswanya suka hedon
Mahasiswa FEB pasti berpenampilan kece sudah menjadi citra yang umum di kampus-kampus. Kalau di kampus saya, masuk kawasan FEB seolah-olah ada peragaan busana, saking beragam dan apik selera fesyen mahasiswanya. Selera fesyen yang tentu saja perlu modal untuk mendapatkannya.
Selain fesyen yang menguras kantong, mahasiswa FEB terkenal hedon alias suka membeli barang-barang mahal. Kalau ditarik dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa, mereka cenderung tidak berpikir panjang untuk jajan makanan dan barang yang dianggap mahal bagi kantong mahasiswa.
Hal-hal di atas memang tidak salah. Namun, perlu menjadi catatan bahwa masih banyak juga mahasiswa FEB yang tidak seperti itu. Ada juga kok mahasiswa yang berpakaian biasa saja dan ngirit ketika jajan. Sejauh pengamatan saya sih, gaya hidup yang hedon tergantung dari pergaulan mahasiswanya.
#4 Mahasiswa FEB pasti punya bisnis
Sebenarnya nggak salah ketika masyarakat umum menganggap mahasiswa FEB pasti memiliki usaha atau bisnis. Wong dari namanya saja sudah jelas, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tidak salah kalau mahasiswanya dianggap berkaitan dengan duit dan bisnis dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, kenyataannya, mayoritas mahasiswa FEB tidak menjalankan bisnis. Mereka cenderung fokus kuliah atau bekerja part time. Punya usaha atau bisnis itu ada ilmunya dan tentu ada modalnya.
Ilmunya sih udah ada di perkuliahan, kalau modalnya ya wajib kerja dulu dan menabung. Kecuali, mahasiswa mendapatkan modalnya dari keluarga atau meneruskan usaha keluarga, itu beda cerita. Dengan kata lain, mereka yang bisa berbisnis ketika masih kuliah di FEB benar-benar punya privilese.
Di atas mitos-mitos seputar mahasiswa FEB yang perlu diluruskan. Saya rasa perlu meluruskan hal-hal di atas supaya tidak banyak orang salah paham. Kesal juga dianggap begini-begitu hanya karena menyandang status mahasiswa FEB, padahal aslinya sama sekali tidak demikian. Mitos ini perlu dijelaskan supaya calon mahasiswa paham betul dunia yang akan mereka hadapi sebelum memilih fakultas ini untuk kuliah.
Penulis: Yessica Octa Fernanda
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.