Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Fakultas Adab dan Humaniora UIN yang Dikira Belajar Adab Sopan Santun

Nasrulloh Alif Suherman oleh Nasrulloh Alif Suherman
16 April 2020
A A
fakultas adab dan humaniora

Fakultas Adab dan Humaniora UIN yang Dikira Belajar Adab Sopan Santun

Share on FacebookShare on Twitter

Baik itu universitas, institut, bahkan sekolah tinggi pasti kurang lebih memiliki fakultas yang beda-beda tipis. Paling umum seperti ekonomi, pasti jurusan ini paling umum dan orang juga tahu apa yang dipelajari di fakultas ini. Contoh fakultas lain yang orang-orang bisa ngeh kalau fakultas itu ada, dan juga ada disiplin yang ‘dipelajari’: Pendidikan. Siapa sih yang tidak tahu? Pendidikan juga disiplin paling umum, dan guru sekolah pun rata-rata memiliki gelar sarjana ini.

Masalahnya, bagaimana kalau ada fakultas yang tidak umum namanya dan tidak familiar di kuping orang-orang. Sebagai anak UIN yang memiliki banyak fakultas agama, nama institusi yang sudah berubah menjadi universitas dari awalnya institut saja masih banyak yang bingung, apalagi dengan nama fakultas? Di UIN itu banyak nama fakultas yang tidak familiar di kuping. Seperti Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi adalah nama fakultas yang tidak familiar.

Sebagai universitas berbasis agama, memang nama fakultas menjadi berubah dan agak islami. Untuk syariah masih enak, ada embel-embel hukum di belakangnya yang membuat orang paham fakultasnya belajar disiplin ilmu tentang hukum. Lalu dakwah yang masih memiliki komunikasi di belakang namanya, orang awam juga paham kalau fakultas ini belajar disiplin yang bersangkutan dengan ilmu komunikasi.

Lalu apa kabar dengan fakultas saya yang bernama adab dan Humaniora?

Tunggu dulu, sebelum kalian berpikir lebih jauh dan tidak-tidak, saya jelaskan dan sedikit cerita tentang fakultas ini dan bagaimana pengalaman saya belajar dan menjadi mahasiswa di fakultas ini. Kalau ditarik dari awal lagi, sebelum masuk ke UIN pun saya juga tidak tahu ada fakultas yang bernama adab dan Humaniora. Adalah sebuah kebetulan, keajaiban dan rezeki saya bisa mengenal fakultas ini.

Kalau dilihat secara sekilas saja kita juga pasti ndak paham ini fakultas isinya disiplin tentang apa. Maklum, saya masih anak sekolah menengah yang baru lulus apalagi saya lulusan pesantren yang belum tahu banyak dunia khazanah perkampusan. Saya baru tahu ada fakultas ini saat diberitahukan kalau ada ujian jalur masuk ke UIN, tapi bukan mandiri. Namanya jalur BLU (dulu jalur ini sempat ada, kalau sekarang sepertinya sudah tidak ada) yang membuat saya tertarik masuk ke UIN.

Setelah bertanya-tanya tentang jalur BLU ini saya pun akhirnya tahu kalau Fakultas Adab dan Humaniora lah yang menyelenggarakan jalur ini. Di situ pertama kali saya dengar nama adab dan humaniora. Benak saya dalam hati “loh, ini fakultas apa? Adab? Humaniora?” dengan kebingungan yang terbayang terus. Tarbiyah tahu, itu cuman bahasa Arab dari pendidikan. Kalau adab dan humaniora apa? Adab, maksudnya tentang menjadi beradab? Humaniora itu bahasa apa, latin atau bagaimana? 

Kira-kira itulah sekilas pikiran saya saat tahu bahwa ada fakultas yang eksis dan bernama adab dan humaniora itu. Saat diberitahukan kalau fakultas itu berisi prodi Sastra Inggris, Ilmu Sastra Arab, lalu Sejarah Peradaban Islam, Ilmu Perpustakaan baru saya paham dan mengerti kalau fakultas ini berisi disiplin yang belajar tentang ilmu dan budaya. Tapi saya tetap bingung, adab dan humaniora itu beda tipis dengan ilmu budaya dimananya.

Baca Juga:

5 Salah Kaprah tentang UIN Jakarta yang Terlanjur Dipercaya Banyak Orang, Termasuk Calon Mahasiswanya

Kuliah di UIN Bandung: Ekspektasi Mau kayak Dilan 1990 Realitanya Malah Kaya Mad Max Fury Road

Setelah melewati dan melalui ujian masuk jalur BLU saya akhirnya diterima di jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. Saat itu yang saya pikirkan adalah sudah masuk kampus, terutama negeri. Karena kita tahu kampus negeri itu setidaknya lebih murah dari swasta, apalagi ini kampus berbasis agama. Pasti lebih murah. Itu saja, saya tidak memikirkan nama fakultas saya dulu.

Namun mau tidak mau ternyata saya harus menghadapi kenyataan, dan pertanyaan dari orang-orang di sekitar saya. Saat ditanya sudah dapat kampus dimana, saya jawab saja langsung tanpa mikir banyak “dapat di UIN”  terus ditanya lagi “fakultasnya apa, lif?”  disini saya jawab langsung juga “adab dan humaniora” responnya tahu tidak? Begini responnya “ealah, belajar adab? Sopan santun? Ngaji di majelis juga bisa, ngapain kuliah segala?” di sini saya kaget bukan kepalang. Masa saya kuliah belajar ((sopan santun)). 

Akhirnya di situ saya jelaskan apa itu adab dan humaniora, apa saja jurusan di dalamnya lalu belajar apa dan kenapa namanya adab dan humaniora (saat itu saya sudah tahu dan paham kenapa namanya demikian) sehingga mereka paham dan mengerti. Tetap saja, orang-orang yang lain mesti saya jelaskan. Saya yakin tuh, masih banyak orang-orang lain yang tidak paham dengan nama fakultas saya ini. Oleh karena itu, di tulisan ini saya akan menjelaskan dan meluruskan kesalahpahaman yang orang-orang tahu tentang adab dan humaniora.

Pertama, adab di dalam nama Fakultas Adab dan Humaniora itu bukan berarti adab yang bermakna akhlak atau sopan santun. Adab di sini diambil dari kata ‘Peradaban’. Bukan peradaban milik Feast. Pokoknya bukan, peradaban yang dimaksud adalah yang tertera dalam KBBI; per·a·dab·an:  kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Jelas? Jadi jangan lagi ngatain kami “kampus namanya adab, tapi kok mahasiswanya gak beradab”. Sini, gua jitak lo! 

Kedua, setelah nama adab tersemat nama humaniora bukan? Disini arti dan makna humaniora sebenarnya sangat luas, begitu pula dengan cakupan ilmunya. Humaniora adalah ilmu yang membuat manusia menjadi manusia. Jadi, sebenarnya makna kata ini lebih luas dibandingkan dengan budaya. Karena humaniora melampaui itu. Tapi, tetap saja ada yang meledek humaniora lalu pleseti jadi ‘hura-hura’. Woy, makan aja susah ini gimana mau hedon sialan.

Ketiga, jangan panggil fakultas kami Adab dan Hura-hura ya bangsat. Tadi sudah saya jelaskan bukan makna dan artinya. Memang, boleh jadi kami tidak beradab belajar tentang adab yang akhlak. Tapi bukan berarti bisa seenaknya diplesetin demikian! Memang mau fakultas lain diplesetin seperti ekonomi jadi sabun colek? Gak enak kan?

Jadi begitu, kenapa nama fakultas kami adab dan humaniora. Tulisan ini juga sebenarnya untuk informasi para mahasiswa baru yang masih gemes bingung dengan nama fakultas ini. Tidak usah bingung, saya saja bingung kenapa namanya pun demikian. Selebihnya, hanya pendiri UIN yang tahu kenapa jadi Adab dan Humaniora padahal itu bukan nama Arab pula. Selebihnya, selamat datang mahasiswa baru di fakultas yang namanya tidak familiar ini.

Sumber Gambar: Website BEM-F Adab & Humaniora UIN Alauddin

BACA JUGA 4 Hal yang Bikin UIN Jauh Lebih Unggul dari UI atau tulisan Nasrulloh Alif lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 15 April 2020 oleh

Tags: fakultas adab dan humanioraUIN
Nasrulloh Alif Suherman

Nasrulloh Alif Suherman

Penulis partikelir. Menulis di selang waktu saja.

ArtikelTerkait

Sambal Terasi Paling Nikmat ada di Pak Kumis Samping UIN Jakarta (Unsplash)

Warung Tenda Pak Kumis UIN Jakarta Meninggalkan Jejak Sambal Terasi yang Bikin Kangen

15 Agustus 2023
Emang Ada Masalah Apa Kalau Mahasiswa UIN Liberal?

Apa Bedanya UIN, IAIN, dan STAIN?

2 April 2021
UIN Jogja Tidak Pantas Lagi Menyandang Status Kampus Rakyat (Unsplash)

UIN Jogja Tidak Pantas Menyandang Status Kampus Rakyat ketika UKT Anak Petani Tembus 7 Juta Rupiah!

28 September 2023
Sudah Nanggung, UIN Bikin Mahasiswa Menanggung Malu Pula (Unsplash)

UIN Adalah Universitas Paling Nanggung: Menjadi Sumber Rasa Malu, Serba Salah, dan Tidak Pernah Dipahami

16 November 2025
Lulusan UIN Syarif Hidayatullah (Unsplash)

Nama Resmi UIN Memang Terlalu Sulit untuk Dihapal

10 Desember 2022
5 Kejadian Luar Biasa yang Bikin Ospek UIN Gempar dan Viral, Ada Apa dengan UIN (yang Sekarang)?

5 Kejadian Luar Biasa yang Bikin Ospek UIN Gempar dan Viral, Ada Apa dengan UIN (yang Sekarang)?

10 September 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.