Tulisan ini muncul ketika saya bolak-balik di laman terminal mojok, membaca sembari mencari ide kiranya yang hendak ditulis, judul artikel Menemukan Kedamaian di Dalam Bus Arimbi Kalideres – Merak dari kawan seperbacotan saya di terminal mojok Vitra Vhill Ardy sedikit memberi ide.
Bagi kamu yang domisili di provinsi Banten, pengguna jalan Labuan-Jakarta atau penikmat bangku bus trayek Kalideres-Serang-Labuan mungkin sudah tidak asing mendengar maupun melihatnya, Murni Jaya.
Warnanya yang khas kemerah-merahan dengan tulisan di badan bus Murni Jaya serta sering kali meluncur dalam kecepatan yang hyperfast ini mendapat julukan si setan merah. Nanti saya jelaskan awal mula julukan ini kemudian.
Sebagai seorang yang turut menikmati trayek bus antar kota antar provinsi (AKAP) Labuan-Pandeglang-Serang-Kalideres tidak banyak pilihan selain menumpangi bus Murni Jaya, ya walaupun ada satu bus lain dengan trayek yang sama, atau moda transportasi lain yang jarak trayeknya lebih pendek, tapi hemat saya bus Murni Jaya memiliki sensasi yang sedikit berbeda.
Mahasiswa, pekerja, ataupun yang sengaja melancong ke kota, menaiki Murni Jaya adalah sebuah keniscayaan, tidak boleh tidak.
Mereka yang dari Labuan (sebuah daerah di barat Banten) jika hendak mencari ilmu, berpergian, maupun bertamasya ke kota (Pandeglang, Serang, Jakarta) menggunakan transportasi publik harus merelakan diri, pasrah, berserah diri kemungkinan besar menumpangi Murni Jaya.
Seperti disinggung di muka, Murni Jaya akrab dengan sapaan si setan merah. Sebab siapapun di manapun, dan kapanpun orang yang menumpangi dan atau sesama pengguna jalan Labuan-Pandeglang-Serang-Kalideres akan terlontar dari dalam mulutnya kalimat suci set*an jika berpapasan dengannya, set*an yang konotasinya amat negatif ini mendeskripsikan sifat penguasa jalanan Murni Jaya yang dalam anggapan mereka menyerupai roh jahat.
Jika kamu merasa ingin tahu atau penasaran bisa googling, cukup masukan kata kunci Murni Jaya Labuan-Kalideres, di sana bakal tertera daftar riwayat kecelakaan yang menimpa si setan merah ini atau bisa dilihat secara visual di YouTube di akun-akun mereka yang pecinta bus (bismania) bagaimana bus ini melaju dengan lambat cepatnya dan menjelma menjadi momok yang menakutkan.
Saya adalah salah satu dari kebanyakan orang yang turut menikmati gilanya perjalanan menggunakan Murni Jaya, tapi selaku pelajar dari kampung (Labuan) yang menimba ilmu di kota (Serang) dengan keadaan finansial yang seadanya saya turut berterimakasih kepada bapak sopir, kondektur depan, kondektur belakang, beserta staf terkait Murni Jaya yang membantu, memberikan sumbangsih atau menjadi wasilah (perantara) saya dalam rangka menuntut ilmu.
Sebab dengan ongkos yang murah bermodalkan 10 ribu rupiah saya sudah bisa pergi ke kota, mengugurkan kewajiban, karena dalam bahasa agama menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslimin dan muslimat.
Kali ini saya akan mencoba keluar dari anggapan-anggapan khalayak banyak tentang Murni Jaya, dan akan mencoba menguraikan faedah menumpangi Murni Jaya. Selamat menyimak!
1. Sarana mengingat Tuhan
Kecepatan bus yang ubnormal, dan supir yang ugal-ugalan sontak membuat penumpang merasa tertekan dan dalam ancaman. Kebanyakan sifat manusia dia akan ingat Tuhan ketika hidupnya sedang dalam tekanan dan ancaman, dan menumpangi Murni Jaya adalah sarana kita untuk selalu mengingat Tuhan.
Kalimat thoyyibah yang terucap di hati atau keluar langsung secara lisan akan bernilai pahala, menumpangi Murni Jaya membuat mulut kita terjaga dengan ucapan-ucapan baik sembari memuji keagungan-Nya.
Dengan menjadi penumpang Murni Jaya kita akan senantiasa mengucap kalimat thoyyibah itu, dan kalimat dzikir tidak putus-putusnya kita lantunkan selama perjalanan. Sungguh mulia~
2. Istikamah dalam berdoa
Selain sebagai sarana mendekatkan diri dengan Tuhan, sensasi menumpangi Murni Jaya juga memiliki faedah lain bagi kita, yakni istikamah dalam berdoa.
Istikamah dalam berdoa, berdoa secara berkelanjutan atau kontinuitas dalam berdoa sering kali dilafalkan oleh kami-kami penikmat Murni Jaya, laju bus yang tergesa-gesa seolah jalan raya hanya milik dia dan bapaknya adalah sebab timbulnya doa yang dilafalkan secara berkesinambungan oleh para penumpang.
Rasulullah pun bersabda dalam haditsnya, “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang terus-menerus di dalam berdoa.”
Ya Allah, selamatkanlah kami dalam perjalanan demikian bunyinya dan doa ini hemat saya seragam diucap walau ada perbedaan kata tapi maksud dan tujuannya sama dan doa terus menerus dilantunkan disepanjang perjalanan sampai tiba di tujuan.
3. Mengingat kematian
Para penumpang Murni Jaya umumnya sudah tahu dan hafal riwayat kecelakaan bus ini yang bahkan sering berujung pada kematian. Anak kecil, remaja, tua semua merasakan kematian, dan kita tidak tahu kapan dan bagaimana kematian itu akan datang.
Mengingat kematian menjadikan seseorang akan memperbaiki hidupnya dan mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan sang Khalik. Setelah sadar dan ingat akan kematian ia akan berusaha lebih baik dari sebelumnya—tidak akan berbuat zalim pada sesamanya dan memperbaiki ibadahnya. Dan dengan menumpangi Murni Jaya setidaknya dapat menyadarkan kita ihwal kematian.
Demikian uraian singkat dari saya, semoga berfaedah!