Erling Haaland: Kepingan Terakhir yang Dicari Pep atau The Next Grealish?

Erling Haaland: Kepingan Terakhir yang Dicari Pep atau The Next Grealish?

Erling Haaland: Kepingan Terakhir yang Dicari Pep atau The Next Grealish? (Vitalii Vitleo via Shutterstock.com)

Kabar tentang bergabungnya Erling Haaland ke Manchester City masih terus berlanjut dan masih menjadi isu hangat hingga kini. Bahkan, sang bomber milik Borussia Dortmund itu kabarnya sudah mencapai kesepakatan personal dengan tim London itu. 

Ya, spekulasi tentang pindahnya Haaland akan segera rampung pekan depan. City dengan Haaland, secara pribadi sudah sama-sama suka, done deal, kabarnya. Setidaknya, Fabrizio Romano sudah mengucapkan “here we go!” yang artinya, transfer sudah terkunci.

Dilansir dari beberapa pemberitaan yang ada, kabarnya City menebus klausul pelepasan sekitar 75 juta euro. Harga yang amat murah untuk Haaland. Namun, tentu saja, itu di luar biaya seperti bonus agen dan komisi ke ayah Haaland. Katanya, biaya-biaya di luar klausul pelepasan itulah yang bikin Real Madrid memilih nga dulu untuk merekrut Erling Haaland.

Tentu saja, jumlah klausul tersebut wajar dan sah-sah saja, mengingat kecerdikan, kelincahan, dan kepiawaiannya yang Haaland miliki dalam mengolah si kulit bundar. Kualitas dan performanya, kita sudah tahu.

Tapi, tunggu dulu. Apakah Erling Haaland bakal nyetel sama City, terlebih Pep Guardiola bukanlah orang yang “mudah”? 

Sebelum lebih jauh lagi pembahasan tentang Haaland, mari berkaca dulu ke nasib Lionel Messi, Ronaldo dan pemain berlabel bintang lainnya. Bukan apa-apa, kita sudah diberi contoh terlalu banyak tentang bintang yang justru melempem di klub barunya, meski dibeli dengan banderol fantastis.

Mari kita lihat kasus Coutinho, contoh klasik pemain dengan banderol gila-gilaan yang justru melempem di tim barunya. Lalu, Joao Felix, yang masih inkonsisten. Plus, Eden Hazard yang terlihat seperti magabut di Madrid. Meski, jujur saja, untuk Hazard, andai Meunier tidak serampangan memasang kaki, besar kemungkinan Hazard menggila di Madrid. Sebab, awal kedatangannya, Hazard begitu positif di Madrid.

Lalu yang terbaru, Grealish. Pemain tersebut berstatus bintang dan dibeli tak murah. Namun, Grealish di City bukanlah Grealish yang kita lihat di Aston Villa.

Semuanya punya satu benang merah yang sama: ketidakcocokan taktik.

Jack Grealish (Maciejgillert via Shutterstock.com)

Coutinho, Grealish, Felix, dan Hazard adalah contoh pemain yang kau sebut sebagai penyihir. Mereka tak punya posisi yang saklek. Tapi tugas mereka sama, bikin keajaiban lewat skill individu, dan tim yang menyesuaikan mereka, bukan sebaliknya. Tapi, sepak bola modern sering kali tak memberi ruang untuk individu berkreasi. Lagi-lagi, pengecualian untuk Hazard, yang sebenarnya punya kualitas mumpuni di sayap kiri, meski ruangnya terbatas.

Erling Haaland perlu tahu ini. Dia, di Dortmund, diberi tugas untuk jadi dirinya sendiri dan mencetak gol sebanyak mungkin. Tapi, di City, bisa jadi, dia diberi tugas tambahan oleh Pep yang mungkin tak cocok untuknya. Pep Guardiola adalah pemikir, dan pemain yang ia masukkan ke lapangan adalah pemain yang diharuskan mengikuti instruksinya.

Sekilas, tim-tim seperti ini memang amat mengerikan dan sulit dilawan. Tapi, tim seperti ini sering kali kalah melawan tim yang punya determinasi dan sanggup membuat keajaiban. Lihat bagaimana Liverpool dan Real Madrid menggulung City.

Katanya, Erling Haaland tertarik dengan City karena visi misi Guardiola yang menurutnya menarik. Namun, kadang rencana tak berjalan dengan mulus. Tanyakan saja kepada Pep, apa rencana dia berjalan mulus setelah Camavinga dan Rodrygo masuk?

Juga, kita perlu membicarakan ini. Kegagalan Pep menjuarai UCL bersama Manchester City bisa jadi bikin ia frustrasi dan tak logis dalam membangun skuat. Ditambah kemampuan pemilik City untuk mengeluarkan uang dengan tak logis juga.

Bisa jadi, Erling Haaland ini adalah “keputusan tak logis” yang pelatih dan petinggi City lakukan demi menjuarai UCL. Pemain dengan potensi hebat mereka beli, agar kans mereka makin besar. Perkara cocok atau tidak, itu dipikir belakangan. Melihat tuntutan uang yang diminta, sebenarnya, keputusan membeli Haaland ini terlihat tak masuk akal. Tapi, hei, ini City. Uang mereka tak berseri. Pun, UEFA akan diam saja, bukan?

Daftar cedera Haaland juga bikin keputusan membelinya tak lebih dari perjudian. Tapi, mari kita lihat saja. Siapa tahu, dia makin sehat ke depannya. Siapa tahu, kan?

Erling Haaland (Vitalii Vitleo via Shutterstock.com)

Tapi, tetap saja, pembelian Haaland bikin City makin mantap dalam menatap musim depan. Di atas kertas, Haaland akan bikin City tim dengan kualitas serangan yang mengerikan. Di Dortmund saja bisa sebegitu mengerikan, apalagi di City, dengan kualitas pemain yang pasti di atas rata-rata (tentu saja kita tak sedang membicarakan Fernandinho).

Menarik dilihat, apakah Haaland adalah kepingan yang dicari Pep, atau justru jadi The Next Grealish alias membeli pemain yang sebenarnya tak cocok-cocok amat. Namun, City sudah mengirimkan sinyal ke seluruh penjuru Eropa, bahwa mereka adalah pasukan yang pantas untuk ditakuti.

Selamat City, dan selamat datang, Erling Haaland!

Penulis: Zubairi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Rodrygo, The Starboy

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version