Menjelang Hari Raya, seru sekali melihat drama orang berburu baju baju yang dicuitkan di X. Ada yang curhat belum dapat baju lebaran, ada yang gelisah karena paket baju barunya belum sampai, ada juga yang lebih memilih berdesakan di offline store daripada harus beli di online shop.
Yap. Meskipun tidak wajib, banyak orang yang merasa perlu untuk beli baju baru untuk dipakai saat Hari Raya nanti.
Nah, berbicara soal berburu baju baru untuk Hari Raya, kalian merasa nggak sih kalau harga baju sekarang overprice? Terutama, yang ada embel-embel ‘Raya Series’-nya. Dengan embel-embel ‘Raya Series’, para local brand mark up harga bajunya sampai gila-gilaan. Atasan doang loh dihargai sampai 300 ribu-an. Kok bisa, ya?
Hari Raya adalah peluang mengeruk keuntungan dengan jualan Raya Series
Soal harga baju yang gila-gilaan ini, bukan semata dengan entengnya bilang “kalau lu ngerasa itu baju mahal, berarti lu bukan target pasarnya”.
Lah. Nggak gitu. Tapi, hal ini harus dilihat sebagai sebuah fenomena. Yaitu, betapa jelinya para produsen ini melihat peluang. Para produsen ini tahu betul bahwa masyarakat kita, banyak yang mengkultuskan Hari Raya. Akhirnya, hal-hal yang berkaitan dengan Hari Raya disiapkan dengan sangat sempurna. Mulai dari sajian, hantaran, termasuk pakaian. Ndilalah, untuk orang Jawa sendiri, ada pepatah yang menyebut bahwa Ajining raga saka busana, yang berarti harga diri seseorang dilihat dari pakaiannya.
Maka, jadilah. Produsen berlomba-lomba mengeluarkan fashion item yang diberi embel-embel ‘Raya Series’, demi memuaskan hasrat konsumen. Tak lupa, promosi begini: Jadikan Hari Rayamu lebih bermakna dengan koleksi Raya Series by bla bla bla.
Seolah, produsen mau bilang bahwa “Baju lebaran itu ya yang ada embel-embel Raya Seriesnya. Kalau nggak ada, itu baju biasa namanya”. Dan, kampanye mereka, somehow, berhasil.
Memanfaatkan celah online store
Kalau kualitasnya sepadan dengan harga yang dikeluarkan sih, oke lah ya. Masalahnya adalah, seringkali barangnya tidak sesuai dengan ekspektasi. Sudah bayar mahal-mahal, ehh, begitu bajunya datang, ternyata bahannya polyster, crinkle premium, dan bahan ecek-ecek lain. Mau nggak dipake, sayang, mau dipake bakal apek seharian.
Embel-embel ‘Raya Series’ yang membuat harga baju menggila makin perlu diwaspadai ketika kita membeli secara online. Harap maklum, foto produk yang kelihatan bagus bukanlah jaminan. Review pelanggan pun tidak bisa dijadikan acuan.
Celah online store inilah yang kemudian dijadikan oleh produsen untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Mentang-mentang pelanggan tidak bisa lihat dan pegang langsung barangnya, kualitas produk jadi tidak terlalu dipikirkan oleh mereka.
Yang penting, embel-embel ‘Raya Series’ aja dulu~
Harus bayar influencer
Faktor lain yang membuat beberapa local brand mark up harga baju mereka adalah karena mereka harus bayar biaya promosi.
Coba perhatikan. Local brand itu, kalau mereka collab bareng influencer, harga pakaiannya pasti nggak pernah murah. Sudahlah ada embel-embel ‘Raya Series’, ditambah collab sama artis. Ya udah, makin-makin dah tuh harganya. Bisa-bisa, THR cuma buat beli baju doang, malahan kurang. Akhirnya, pakai paylater. Gitu aja terus tiap lebaran.
Padahal, ‘Raya Series’ ini biasanya motif atau modelnya seasonal. Terlalu spesifik Hari Raya, gitu. Jadi, kalau dipakai di luar Hari Raya pasti bakal ketahuan.
“Cie… baju lebaran nih pasti~”
Pada akhirnya, selain merasa bahwa embel-embel ‘Raya Series’ adalah scam di dunia fashion, saya merasa bahwa sudah saatnya kita menormalisasi pakai baju biasa di Hari Raya. Nggak papa nggak ada embel-embel ‘Raya Series’-nya. Yang penting, bajunya bisa dipakai untuk sehari-hari.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Siapa sih yang Memulai Tradisi Beli Baju Baru Menjelang Lebaran?



















