Emangnya Kenapa kalau Mas Fathur Jadi Tukang Endorse?

Ferry Kombo dan Fathur, Dua Mantan Ketua BEM yang Beda Nasib mas fathur

Ferry Kombo dan Fathur, Dua Mantan Ketua BEM yang Beda Nasib Emangnya Kenapa Kalau Mas Fathur Jadi Tukang Endrose?

”Sejarah bukanlah narasi tunggal, melainkan ribuan alternatif narasi. Kapan pun kita memilih salah satu, kita juga memilih membungkang yang lain”. Kalimat ini saya kutip dari perkataan Yuval Noah Harari dalam buku Homodeus karangannya. Lantas, apa hubungannya dengan kasus Mas Fathur (eks ketua BEM UGM) yang belakangan ini kembali ramai diperbincangkan karena beliau menjadi brand endorse produk shoppe?

Dalam membahas polemik yang dialami oleh Mas Fathur, saya rasa perlu menjelaskan bahwa aksi mahasiswa pada tahun 2019 yang melibatkan Mas Fathur adalah sebagian dari fakta sejarah yang terjadi di negeri ini. Dan secara historical, status selebgram dan tukang endrose yang dijalani Mas Fathur ini, tidak bertentangan dengan perilaku pragmatis dan matrealistis mahasiswa aktivis zaman dulu.

Sejarah sendiri bila dilansir dari Wikipedia, dapat diartikan sebagai kejadian masa lalu yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Nah, berbagai aksi mahasiswa di tahun 2019 seperti #GejayanMemanggil, #BengawanMelawan, #SemarangMelawan, dan #ReformasidiKorupsi merupakan serangkaian aksi yang terjadi di masa lalu dan berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga pantas dicatat sebagai momen yang bersejarah. Dalam serangkaian aksi tersebut, sejarah mencatat sosok-sosok mahasiswa yang dianggap sebagai leader dalam melakukan pergerakan. Leader-leader aksi mahasiswa ini biasanya merupakan petinggi lembaga eksekutif di kampusnya masing-masing.

Salah satu yang disorot saat aksi mahasiswa tersebut adalah Mas Fathur, yang merupakan leader dari BEM UGM. Retorika yang ciamik, bahasa tubuh yang tenang di depan kamera, beparas cukup rupawan, dan alim, membuat Mas Fathur langsung mendapat panggung popularitas di Indonesia.

Bila mengacu pada kutipan di awal tulisan, yang menjelaskan bahwa sejarah merupakan alternatif narasi, maka serangkaian aksi mahasiswa yang melibatkan Mas Fathur ini juga memicu banyak sekali alternatif narasi yang berasal dari asumsi berbagai kalangan.

Ada yang berasumsi bahwa, dalam serangkaian aksi mahasiswa tersebut, Mas Fathur begitu berperan aktif dan menjadi pelopor dalam setiap aksi. Lihat saja bagaimana seorang politikus sekelas Fahri Hamzah diskak olehnya di acara Mata Najwa. Itu bukti Mas Fathur ini berperan dalam melakukan diplomasi ke kalangan elite penguasa pada saat itu. Namun ada Sebagian yang lain menganggap bahwa selama ini, dia hanya aktivis carmuk aja, cari muka, alias cari panggung. Memanfaatkan momentum demi kepentingan pribadi.

Karena bagi mereka, dalam serangkaian aksi mahasiswa yang berlangsung, Mas Fathur ini pernah menarik diri ketika aksi #GejayanMemanggil, pulang duluan saat terjadi chaos di aksi Jakarta, dan sangat lembek dengan bukti video dia nangis pas terkena gas air mata.

Apalagi, dengan keuntungan popularitas yang didapatnya pasca aksi, mulai dari mengisi berbagai seminar, masuk televisi, dapat beasiswa, followers IG naik, dan yang terbaru jadi brand ambasadornya Shopee. Seakan-akan, pengorbanan mahasiswa yang gugur jadi tidak berarti. Fakta ini Membuat narasi sinis semakin mencuat dan menggema di sosial media. Retorika dan karismanya saat di televisi dulu nyatanya mingkem juga bila dikasih manisnya fasilitas-fasilitas sosial.  Nah itulah sejarah, dia punya pluralitas narasi yang sering bertentangan.

Kembali pada polemik yang dihadapi oleh Mas Fathur, saya kok merasa sinisme kepada Mas Fathur itu hanyalah bentuk keirian saja. Pada hakikatnya semua yang dilakukan oleh Mas Fathur ini sebenarnya lumrah saja loh. Gak ada yang salah.

Sejak dulu, bahkan zaman Soe Hok Gie pun banyak sekali teman-teman mahasiswanya yang memanfaatkan panggung aksi untuk kepentingan pribadi lalu menjadi pragmatis dan matrealis setelahnya. Rekan-rekannya yang dulu garang kepada Orde lama, malah melempem ketika ditawari fasilitas sosial maupun jabatan politik saat Orde Baru. Tidak hanya zaman itu, di era reformasi pun, aktivitas memanfaatkan aksi seperti ini kan sering dipertontonkan. Banyak contoh kan, aktivis mahasiswa reformasi yang saat ini tenggelam dalam hiruk pikuk politik yang kental dengan unsur pragmatis dan matrealistis.

Jadi nggak perlu heran dengan Langkah Mas Fathur yang saat ini terkesan pragmatis dan matrealistis dengan memilih jadi selebgram dengan jutaan followers, serta mengadu nasib di dunia periklanan, yaitu mengendorse produk Shopee.  Semua itu kan tidak dosa, bahkan lebih etis dari pada terjun ke politik. Hal itu adalah naluriah yang patut dimaklumi, gak perlu sewot, suudzon, apalagi iri.

Selain itu, patut kita pahami bersama bahwa Mas Fathur ini sedang menggali potensi diri. Bakatnya yang jago ngomong perlu diasah melalui seminar-seminar, masuk acara takshow di TV, dan jadi selebgram. Wajahnya yang rupawan juga perlu dimanfaatkan untuk jadi bintang iklan produk-produk terkenal. Social circle-nya yang berada di tengah kalangan elit pun perlu dimanfaatkan untuk meraih kesempatan berkarir.

Masak sekeles keykeyi yang absurd itu kalian puja-puja, tapi giliran Mas Fathurr malah kalian hujat? Tolong, mana nurani keadilan kalian. Jangan seperti itu dong. Semua punya kesempatan yang sama jadi selebgram. Dan itu merupakan pilihan yang realistis ketika berada di puncak popularitas.

Untuk mengakhiri tulisan ini, Saya akan mengutip sebuah nasehat dari salah seorang kawan. Bahwa Ketika aktivisme mahasiswa terpapar oleh kamera media dan keimanan idealismenya lemah, maka semangat pergerakan yang ada di dalam sanubarinya akan terkikis oleh racun popularitas. Akhirnya, mahasiswa itu hanya akan jadi generasi pragmatis dan matrealistis.

So, nggak usah diambil pusing, karena sejatinya yang dilakukan oleh Mas Fathur ini merupakan siklus yang wajar. Dan bagi kalian yang masih sinis dan iri, stop lakukan itu, karena kalian hanya buang-buang waktu dan tenaga!

BACA JUGA Aktivis Mahasiswa tuh yang Kayak Gimana sih? dan tulisan Muhamad Iqbal Haqiqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version