Ejekan Nama Bapak yang Menciptakan 6 Momen Menyebalkan

6 Momen Kampret Akibat Ejekan Nama Bapak (Unsplash)

6 Momen Kampret Akibat Ejekan Nama Bapak (Unsplash)

Saling mengejek dalam konteks bercanda, kerap terjadi saat saya masih duduk di bangku sekolah dulu. Tapi, di antara banyak ejekan di masa anak-anak, yang paling ngeselin adalah ejekan nama bapak. Nggak tau kenapa, kalau udah pakai ejekan ini, saya langsung naik pitam. Ejekan nama bapak itu, levelnya lebih tinggi ketimbang ejekan lain seperti ejekan kondisi fisik.

Selain itu, ejekan nama bapak selalu sukses menciptakan situasi menyebalkan. Atau yang dalam tulisan ini disebut momen kampret. Berikut adalah beberapa momen kampret akibat ejekan nama bapak yang saya ketahui ceritanya:

#1 Menjaga dengan sebaik-baiknya, terutama rapor sekolah

Saat waktu masih sekolah, bertukar informasi nilai hasil ujian semester harus dihindari. Pasalnya, di dalam rapor ini, ada suatu rahasia yang mesti dijaga sebaik-baiknya. Rahasia tersebut adalah nama bapak kita. 

Makanya, setelah penerimaan, biasanya saya langsung memasukan rapor ke dalam tas. Kemudian, saya akan bergegas pulang ke rumah agar rahasia aman. Ejekan nama bapak biasanya dimulai dari isi rapor yang bocor. Bukan nilai yang ditengok, tapi nama orang tua.

#2 Ngajak main di depan rumah teman, malah manggil nama bapaknya

Nyamper adalah istilah yang dulu pernah populer di kalangan anak Cikarang. Nyamper merupakan kegiatan mengajak main seorang anak ke anak lainnya yang sedang berada di dalam rumah. Kalimat ajakan dalam nyamper biasanya cukup simpel, kurang lebih begini “Assalamualaikum, Arief, main yuk!”

Sialnya, gara-gara ejekan nama bapak sedang sangat populer, terkadang, ada orang yang nyamper bukan manggil nama asli temannya. Dia malah keceplosan, memanggil nama bapaknya. Ya gimana, karena sudah kebiasaan mengganti nama teman dengan nama bapaknya.

#3 Nelpon ke rumah teman, yang ngangkat bapaknya

Momen kampret ini saya ketahui dari teman. Penyebab momen ini, kurang lebih sama dengan momen sebelumnya, yaitu kebiasaan ejekan nama bapak di sekolah. Tiba-tiba saja jadi terasa akrab sama bapaknya teman kalau lagi nelpon. Apalagi saat itu masih menggunakan telepon rumah.

“Assalamualaikum”

“Walaikumsalam”

“Woi, Firman, ayok main!”

Jeda agak lama, kemudian ada jawaban.

“Heh, goblok, tadi bapak gua!”

Lalu yang manggil nama bapak tadi terdiam. Tiba-tiba keringat dingin membasahi punggungnya.

#4 Berkelahi

Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, ejekan nama bapak itu bagi saya adalah ejekan level tertinggi. Di atas berbagai ejekan, seperti makian atau hinaan fisik. Ejekan nama bapak ini, cukup mudah menyulut emosi saya dan teman di sekitar saya.

Sehingga, nggak jarang, saya atau teman-teman yang lain, berkelahi gara-gara ejekan nama bapak. Padahal kalau dipikir secara logis sekarang, misal kita diejek begini: “Dasar lu anaknya A (menyebut nama bapak)”. Kita tinggal menjawabnya santai, “Iya, emang gua anaknya, masalah buat lu?”

#5 Merasa bersalah, ketika tahu bapaknya teman sudah meninggal

Mayoritas teman di sekitar saya nggak pernah merasa bersalah ketika melakukan ejekan nama bapak. Asal, teman yang diejek, bapaknya belum meninggal. Misal, bapak dari teman yang kerap diejek, ternyata sudah nggak ada. Biasanya, akan menimbulkan rasa bersalah pada diri si tukang ngejek. Dan setelah itu, nggak mengulanginya lagi.

#6 Lupa nama teman tapi ingat nama bapaknya

Reuni? Lupa nama teman? Berarti kita sama. Banyak yang seperti itu. Namun, ada satu yang lebih parah, yaitu lupa nama teman tapi ingat nama bapaknya. Brengsek betul.

“Woi… (jeda agak lama, lupa nama teman) Firman, ya!?”

“Itu bapak gua goblok!”

“Oya, sori. Gue lupa sama nama lo. Jadi, siapa nama lo dulu?”

“Firman!”

“Itu bapak lo!”

Lalu keduanya tertawa terbahak-bahak. Mungkin, jauh di rumah, Bapak Firman lagi bersin-bersin karena namanya disebut-sebut nggak pakai akhlak.

Begitu sekiranya, beberapa momen kampret akibat populernya ejekan nama bapak. Sebagai mantan pelaku sekaligus korban, saya harap ejekan ini sudah nggak ada lagi di era sekarang. Mungkin kalau sekarang jadi ejekan nama ibu. Hiya!

Penulis: Ahmad Arief Widodo

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Nama Panggilan Nyeleneh Itu Bukan Ejekan, tapi Simbol Keakraban

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version