Di Indonesia, fans dari klub Liverpool dan Manchester United sangat banyak jumlahnya. Wajar saja, selama ini kedua klub tersebut terbilang cukup sukses, kedua klub tersebut juga tak segan-segan belanja pemain top untuk menghiasi skuad mereka. Dan, sepengamatan saya saat nonton bareng atau melalui media sosial, saya melihat bahwa untuk klub Inggris, fans dari Liverpool dan Manchester United memiliki jumlah fans terbanyak di Indonesia.
Selain fans dari Liverpool dan Manchester United, adapula fans dari klub Arsenal, Manchester City, dan Chelsea. Di Indonesia jumlah mereka juga terbilang cukup banyak, ya setidaknya masih sangat mudah untuk ditemui. Sedikit-dikitnya jumlah mereka, masih bisalah untuk ngumpulin 20 orang untuk futsalan tiap minggu.
Liga Inggris, sebagai liga paling kompetitif di dunia, bukan hanya tim besar saja yang memiliki fans di Indonesia. Ada juga fans dari Tottenham Hotspur, Everton, West Ham, dan Newcastle United. Banyak alasan yang tidak bisa dijelaskan, mengapa ada orang yang menyukai klub seperti Tottenham Hotspur, Everton, West Ham, hingga Newcastle United. Apapun alasannya yang jelas bukanlah prestasi klub tersebut.
Saya sendiri merupakan fans dari Newcastle United, sebelum nge-fans dengan Newcastle tentu saja saya pernah nge-fans dengan beberapa klub lainnya. Tapi ujung-ujungnya bosen, dan seperti kehilangan gairah nonton sepakbola, hingga akhirnya saya konsisten nge-fans dengan Newcastle. Hampir sembilan tahun nge-fans dengan Newcastle tentu saya merasakan berbagai duka, berikut adalah duka yang saya rasakan selama nge-fans dengan Newcastle.
Dikira fans Juventus
Pada 2019, saya pernah pergi ke suatu tempat dengan menggunakan jersey Newcastle, tapi jersey tersebut sedikit tertutupi dengan outer yang saya gunakan saat itu. Nah, kebetluan saat sedang menumpang bus TransJakarta, bapak-bapak disebelah saya menyapa dan mengajak ngobrol saya.
“Suka bola juga ya mas?”
“Iya pak.”
“Suka Ronaldo, ya mas?”
“Engga, pak.”
“Oh, saya kira suka Ronaldo, soalnya itu pake baju Juventus.”
“Hehehe.”
Newcastle United dan Juventus memang memiliki warna kebanggaan yang sama, hitam dan putih. Hal, inilah yang membuat jersey kandang mereka memiliki warna yang serupa. Masalahnya adalah orang lebih familiar dengan Juventus dibandingkan Newcastle, jadi jika melihat jersey berwarna hitam dan putih, kemungkinan orang akan menyangka bahwa itu adalah jersey Juventus. Kebetulan juga saat itu, logo Newcastle pada jersey yang saya gunakan tertutup oleh outer. Maka terjadilah peristiwa ini.
Puasa nonton bola setahun
Pada 2015-16, Newcastle harus terdegradasi. Maka pada 2016-17 Newcastle harus bermain pada divisi kedua, Championship. Bermain di kompetisi Championship memaksa saya untuk tidak menonton Newcastle, itu semua karena tidak ada tv berlangganan, atau fasilitas lainnya yang menyiarkan pertandiangan Championship. Untung saja, Newcastle hanya semusim di Championship, kalau sampai lima musim di Championship ya bingung juga saya.
Sebenarnya ada saja caranya untuk sesekali menonton Newcastle yang bermain di Championship. Tapi sayangnya, cara tersebut adalah menonton secara ilegal pada web streaming yang tidak jelas. Saat itu selain takut laptop kena virus, saya juga takut dosa. Maka terjadilah, setahun tanpa menonton Newcastle.
Nggak punya banyak temen
Karena status Newcastle bukanlah tim besar, maka jumlah fans Newcastle di Indonesia tidaklah banyak. Nah, jumlah ini nyatanya mempengaruhi kegiatan dari komunitas fans Newcastle. Fans Newcastle sebenarnya tersebar dibeberapa daerah di Indonesia. Tapi sebagai komunitas, hanya ada dibeberapa kota besar saja. Dibeberapa kota kecil, biasanya hanya fans perorangan, alias solo fighter.
Di kota besar pun, jumlah fans Newcastle tidak banyak. Jika fans Liverpool atau Manchester United bisa menghadirkan puluhan bahkan ratusan orang saat event nonton bareng. Maka untuk fans Newcastle, bisa nonton bareng dengan lima orang saja sudah menjadi anugrah tersendiri.
Jumlah fans Newcastle yang sedikit juga cukup mempengaruhi saat ada turnamen futsal antar fans klub sepakbola. Saat mendapatkan undangan untuk mengikuti suatu turnamen, masalah yang didapatkan adalah mencari orang yang bersedia untuk main, mengumpulkan 10 orang untuk bermain pada turnamen futsal adalah kesulitan tersendiri bagi komunitas fans Newcastle. Mau ikut tapi nggak ada pemain, tapi kalau nggak ikut, nggak bisa menunjukan eksistensi komunitas fans Newcastle. Jadi ya bingung.
Udah itu saja duka yang bisa saya bagikan sebagai fans Newcastle. Oh iya, saat menulis artikel ini, saya teringat akan fans Parma di Indonesia. Mungkin duka mereka, sebagai fans Parma lebih seru dibandingkan dengan duka yang saya alami. Bagaimana tidak, Parma pernah mengalami masalah finansial sehingga harus mulai lagi dari Serie D, kasta keempat Liga Italia.
BACA JUGA Arthur Melo dan Miralem Pjanic, Ironi Mes Que Un Club Barcelona dan tulisan Muhammad Ikhsan Firdaus lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.