Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Duduk di Bangku Paling Depan dan Dekat dengan Guru di Sekolah Nggak Menjamin Kepintaran Murid

Adhitiya Prasta Pratama oleh Adhitiya Prasta Pratama
30 Juni 2021
A A
Duduk di Bangku Paling Depan dan Dekat dengan Guru di Sekolah Nggak Menjamin Kepintaran Murid terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Kita telah memasuki periode ajaran baru 2021/2022. Namun, sebagaimana yang kita ketahui, yang baru adalah tahun ajaran murid, bukan metode pendidikan, apalagi metode berpikir murid. Di Indonesia, pendidikan kian “terasing”. Ketidakmerataan membuat masyarakat percaya bahwa mengenyam bangku sekolah tidak perlu setinggi langit. Sebab pada akhirnya, setelah lulus sekolah banyak anak muda yang memutuskan untuk merantau dan bekerja kasar.

Sekolah sebenarnya merupakan hal yang paling penting karena di sanalah kita mengenal, memperdalam, dan menanyakan hal-hal potensial yang masih terkubur. Akan tetapi, tidak semua anak memahami hal itu. Kebanyakan anak berangkat sekolah karena takut dengan orang tua, serta mendapat ancaman keras perihal pemotongan uang sakunya. Di samping itu, anak belum sepenuhnya memahami, “Apa itu sekolah dan untuk apa kita melakukannya?”

Di era yang serba mudah, pendidikan mulai tersingkirkan oleh perkembangan teknologi yang semakin hari semakin menarik. Pasalnya, sekolah tidak hanya digunakan sebagai institusi pengenalan kultural, melainkan lebih sebagai praktik sosial. Di era saya dahulu, sekolah (Sekolah Dasar) adalah media berbicara yang asyik. Saya tidak pernah tahu apa itu gawai dan permainan daring sebab perkembangan media elektronik belum sekental era sekarang. Sehingga waktu itu permainan yang bersifat praktikal lebih mendominasi. Mungkin beberapa teman yang seumuran dengan saya pernah merasakan bagaimana rasanya bermain sepak bola sampai petang. Tidak ada peluit akhir permainan sebelum salah satu dari kita didatangi orang tua yang membawa ranting pohon. Selain itu, tidak ada istilah mabar dan top-up skin.

Akan tetapi, melihat perkembangan teknologi yang semakin melaju, tidak dapat dimungkiri bahwa tingkat kemageran anak-anak zaman now berbanding lurus dengannya. Maka dari itu, jangan terlalu kaget jika saat ini tidak ada budaya yang mengagung-agungkan sekolah, tidak ada tuntutan anak-anak menjadi insinyur, dan tidak ada motivasi membaca buku atau menjelajah pengetahuan seluas-luasnya. Lantaran kebanyakan anak ketika mereka ditanya tentang cita-citanya, maka mereka akan menjawab keinginannya untuk menjadi professional player dan YouTuber.

Saya sempat teringat bahwa dahulu orang tua saya selalu mengantar saya pagi-pagi untuk pergi ke sekolah setiap pergantian tahun ajaran. Hal tersebut bertujuan untuk menempatkan posisi duduk saya di bangku sekolah yang paling depan dan dekat dengan guru. Orang tua saya yakin bahwa anak-anak yang duduk paling depan—apalagi duduk di bangku yang dekat dengan guru—akan menjadi murid yang berprestasi. Namun, saya rasa hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Kecakapan anak tidak dapat ditentukan dari seberapa dekat tempat duduknya dengan papan tulis. Kemampuan berpikir datang dari ketelitian dan upaya menuju kesempurnaan. Tidak melulu murid yang duduk di bangku paling belakang adalah anak yang nakal dan bodoh. Sehingga timbul pertanyaan dari saya, apakah aktivitas tersebut masih relevan hingga saat ini?

Secara kultural, pandangan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pandangan yang absurd. Tetapi, kadang kala murid yang duduk paling depan memang lebih teliti dan tajam memahami pelajaran ketimbang murid yang duduk di barisan paling belakang. Namun secara sosial, praktik tersebut bersifat dominatis, yakni dengan tidak sadar mengekang kesempatan lain untuk menempati posisi duduk yang sama. Atau dengan kata lain terdapat trikotomi masing-masing kelas. Misalnya, kaum “anak guru” adalah mereka yang duduk paling depan. Kemudian, kaum “penraktir jajan” berada di deretan tengah. Terakhir, kaum “bandel” berada paling belakang. Di samping itu, dewasa ini saya rasa hal tersebut sudah jarang dilakukan oleh orang tua. Mengingat segala informasi bisa diakses di segala tempat yang membuat orang tua tidak mempermasalahkan di mana posisi duduk anak mereka. Meski begitu tetap saja segala informasi yang masuk di dalam pendidikan negeri ini tidak mendukung ke arah yang lebih terstruktur. Bahkan, pendidikan di negeri ini masih jauh dari kata pemerataan dan kestabilan.

Dengan demikian, di era modern, kepintaran murid tidak dapat ditentukan dari posisi mana ia duduk di kelas. Melainkan dari sejauh apa mereka melangkah menggapai pengetahuan di luar kelas. Saya lebih setuju dengan sistem rolling, yakni sistem pergantian tempat di duduk dengan frekuensi waktu yang telah ditentukan dan disepakati, sehingga setiap murid dapat menerima, mendengarkan, dan berinteraksi dengan pelajaran yang sama dan setara.

Selain itu, orang tua tidak perlu lagi datang pagi-pagi untuk saling berebut bangku sekolah. Lantaran posisi duduk bukanlah tolok ukur apakah anak akan menjadi dokter atau DPR. Tidak semua orang yang berada di barisan paling depan adalah benar, dan tidak semua orang yang berada di barisan paling belakang adalah keliru. Benar dan tidak adalah hasil bagaimana cara kita lebih dalam memahami. Oleh karena itu, bangun kepekaanmu, Kawan!

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

BACA JUGA Kasta Buku Tulis Anak Sekolah dari yang Tersohor Sampai Terkucilkan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Oktober 2021 oleh

Tags: anak sekolahmasuk sekolahpendidikan terminalSekolah
Adhitiya Prasta Pratama

Adhitiya Prasta Pratama

Seorang mahasiswa yang hobi baca apa aja di depannya.

ArtikelTerkait

Masih Ada Sekolah Favorit dan Orang Tua Pindah KK Anak, Sistem Zonasi Gagal Total!

Masih Ada Sekolah Favorit dan Orang Tua Pindah KK Anak, Sistem Zonasi Gagal Total!

29 Juni 2023
Namanya doang Study Tour, Aslinya Lebih Banyak Jalan-jalan daripada Studinya Mojok.co

Demi Kesehatan Mental Guru, Sebaiknya Study Tour Nggak Usah Diadain Aja

5 Februari 2025
Sisi Gelap Sekolah Internasional di Indonesia yang Terkenal Elite dan Mahal, Orang Tua Calon Siswa Patut Mewaspadainya Mojok.co

Sisi Gelap Sekolah Internasional di Indonesia yang Terkenal Elite dan Mahal, Orang Tua Calon Siswa Patut Mewaspadainya

21 April 2024
penggolongan sim ujian praktik sim sim khusus pelajar mojok

Pentingnya Penerbitan SIM Khusus Pelajar

11 November 2020
Pakaian Seragam Adalah Aksi Nyata Menumpas Kesenjangan Sosial dalam Ruang Pendidikan terminal mojok

Pakaian Seragam Adalah Aksi Nyata Menumpas Kesenjangan Sosial dalam Ruang Pendidikan

8 Juni 2021
Hal-hal yang Butuh Banyak Uang di Sekolah selain Wisuda dan Perlu Dibenahi

Hal-hal yang Butuh Banyak Uang di Sekolah selain Wisuda dan Perlu Dibenahi

8 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.