Dua Sisi Pinjaman Online: Antara Pencairan Mudah dan Data Pribadi yang Dikorbankan

pinjaman online

pinjaman online

Tidak semua orang memiliki nasib baik dari sisi materi. Seseorang tidak bisa memilih dilahirkan dari keluarga yang kaya raya dan serba ada, atau justru sebaliknya—perlu tenaga ekstra untuk menggapai kata mapan. Rezeki memang tidak akan ke mana namun tentu usaha untuk menjemputnya. Bagi mereka memang memiliki uang dalam jumlah banyak, tentu dapat dengan mudah membeli apa pun yang diinginkan. Termasuk juga jalan-jalan ke mana pun destinasi yang dituju.

Ada juga orang yang perlu menabung terlebih dulu untuk mendapatkan sesuatu yang dimau. Tak jarang pula harus berhemat dan merelakan kebiasaan yang seringkali dilakukan agar uang dapat terkumpul dengan segera. Jika sudah terdesak karena kondisi, terpaksa, atau betul-betul butuh materi untuk tujuan tertentu tapi tidak memiliki uang, seseorang bisa meminjamnya.

Proses peminjaman uang sendiri bisa melalui beberapa proses, apakah melalui bank, dengan cara menggadaikan sesuatu, atau melalui kerabat dekat—bisa keluarga atau teman. Biasanya kembali kepada kebutuhan masing-masing, tergantung berapa besar nominal yang ingin dipinjam. Dan ke mana pun meminjam uang, biasanya ada syarat tertentu yang terkadang sulit dipenuhi secara personal.

Bisa jadi karena bunga yang terbilang tinggi sehingga ada perasaan tidak menyanggupi dari sisi finansial, atau syarat lain yang berkaitan dengan pekerjaan—belum menjadi karyawan tetap atau berkaitan dengan tenor kerja di suatu perusahaan. Jika mengajukan pinjaman uang ke kerabat, sebagaimana diketahui setiap orang memiliki kebutuhan masing-masing dan bisa dipahami jika mereka berat untuk memberi pinjaman, terlebih jika nominalnya dirasa besar.

Hal tersebut bisa dimaklumi, apalagi sudah menjadi rahasia umum jika nantinya, yang diberi pinjaman saat ditagih oleh si peminjam uang justru akan lebih galak. Seakan lupa sedekat apa saat betul-betul membutuhkan uang dan terpaksa meminjam.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang serba online, kini dalam hal meminjam uang atau berhutang pun bisa dilakukan dan diproses secara online. Tidak perlu bertatap muka seperti di banyak bank konvensional atau koperasi. Proses validasi data pun terbilang cepat dan mudah, hanya mengandalkan scan atau foto KTP juga kontak (dapat berupa email beserta nomor handphone) si peminjam atau bisa disebut debitur. Biasanya juga akan diminta untuk download aplikasi pinjaman online tersebut.

Setelah data divalidasi, proses pencairan uang pun terbilang cepat dan mudah. Namun, dibalik yang instan biasanya ada sesuatu yang harus dikorbankan. Dalam hal ini, data pribadi termasuk semua kontak yang terdapat pada ponsel si peminjam. Mengutip dari liputan6.com, kasus pinjaman online sudah meluas sejak 2018. Dan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) mendapati temuan, salah satunya pengambilan data pribadi dari ponsel konsumen/peminjam.

Salah satu teman saya yang pernah bekerja di salah satu tempat pinjamam online juga pernah bercerita dan menegaskan, dia merasa bersalah karena harus menagih hutang secara acak ke nomor yang didapat dari kontak konsumen. Hal itu didapat secara tersistem dan otomatis bagi mereka yang download aplikasinya. Oleh sebab itu, teman saya resign karena merasa bertentangan dengan nuraninya.

Saya sendiri pun pernah dihubungi oleh pihak pinjaman online, pernah melalui telepon juga SMS, isinya sama yakni menanyakan apakah kenal dengan salah satu konsumennya, dan meminta saya untuk mengingatkan agar segera menunaikan kewajibannya—membayar hutang—karena pembayaran terus meningkat dampak dari bunga berjalan.

Proses penagihannya pun seringkali dilakukan dengan cara kasar, isi SMS pemberitahuan pun tak jarang mempermalukan si konsumen. Ada pula kasus penagihan dengan cara mengancam akan menyebar foto konsumen yang bersifat personal dan terindikasi melecehkan.

Dan sebagaimana diketahui, tidak sedikit perusahaan pinjaman online yang ilegal. Tidak heran beberapa teman saya tergiur untuk sekadar iseng dan mencoba mengajukan pinjaman karena terbilang cepat dan mudah dalam proses pencairan, namun hal yang patut diwaspadai abai dalam menjaga data pribadi.

Bukannya sok apalagi takabur, di kemudian hari ketika sulit secara finansial, mungkin meminjam uang kepada orang lain menjadi salah satu opsi yang saya lakukan. Namun sudah jelas tidak akan ke pinjaman online karena resikonya tidak sebanding dengan apa yang didapat, apalagi jika kemungkinan terburuknya telat bayar.

Kalau pun saya harus meminjam uang, semoga bukan karena gengsi, tapi lebih kepada memang dalam kondisi benar-benar butuh serta pinjaman diajukan kepada lembaga atau orang yang terpercaya.

Exit mobile version