Menonton drama Korea (drakor) menjadi salah satu alternatif hiburan yang banyak dipilih. Apalagi, semakin banyak layanan streaming menyajikan berbagai drakor sekarang ini. Selain itu, genre yang semakin beragam, drakor kian menarik karena produksinya yang digarap dengan sangat serius. Bahkan, tidak sedikit yang menelan biaya fantastis.
Akan tetapi, di tengah produksi drakor yang fantastis itu, ada beberapa drakor yang dianggap gagal. Bukannya buruk, hanya saja rating dan jumlah penontonnya tidak sesuai dengan investasi dana dan waktu yang diberikan. Dengan kata lain, sangat disayangkan.
Daftar Isi
#1 The King: Eternal Monarch yang menelan dana 30 miliar won
Drakor yang menggandeng Lee Min-ho dan Kim Go-eun sebagai tokoh utama ini banyak dibicarakan karena biaya produksi yang fantastis. Selain itu, drakor ini menjadi debut Lee Min-ho setelah selesai wajib militer. Kabarnya, The King: Eternal Monarch menelan biaya hingga 30 miliar won, apabila dirupiahkan sekitar Rp345 miliar. Biaya tersebut sebagian besar mengalir untuk menciptakan setting tempat agar sesuai dengan alur cerita yang memang penuh dengan fantasi.
Sayangnya, investasi hingga miliaran itu dinilai tidak sesuai dengan respon penonton. Drakor yang rilis pada 2020 itu dinilai terlalu rumit. Drakor ini mengalami penurunan rating dari minggu ke minggu. Saat awal tayang, drakor budget fantastis ini memang mencatatkan angka cukup baik, hingga 12,9 persen. Namun, rating tersebut terus menurun setiap pekannya. Hingga pada akhirnya jatuh ke titik terendah dengan rating 8,1 persen pada episode 7.
Selain dari sisi cerita, jatuhnya rating The King: Eternal Monarch dipicu oleh berbagai kontroversi, salah satunya penggunaan gambar bangunan Jepang pada bagian kredit awal.
#2 Drama Korea Arthdal Chronicles yang menggandeng Song Jong-ki
Drakor Arthdal Chronicles menelan biaya hingga 54 miliar won atau sekitar Rp665 miliar. Drama korea yang mengambil latar dunia fiksi semacam zaman prasejarah itu memerlukan banyak efek CGI dalam produksinya, kostum, dan desain set khusus. Belum lagi, drakor yang terdiri dari 2 musim ini menggandeng aktor papan atas seperti Song Jong-ki dam Kim Ji-won.
Sebenarnya, Arthdal Chronicles cukup disenangi penonton, apalagi dengan ide cerita yang dianggap segar dan pemeran yang tidak kaleng-kaleng. Namun, kondisinya berubah ketika memasuki musim ke-2. Bahkan, drakor yang tayang pada 2023 ini sempat menyentuh rating 2,1 persen.
#3 Bulgasal: Immortal Souls, drakor seharga 40 juta won
Drama Korea yang menampilkan Kwon Nara dan Lee Jin-uk sebagai tokoh utamanya ini diproduksi dengan biaya 40 juta won, setara dengan Rp471 juta. Bulgasal: Immortal Souls yang memiliki genre thriller fantasi memang memerlukan banyak efek CGI dalam produksinya. Belum lagi setting tempat dan kostumnya disesuaikan dengan latar cerita Korea di masa lampau.
Walau menyajikan alur cerita yang menegangkan, drakor ini belum bisa mengikat penonton seutuhnya. Awal penayangan memang mencatatkan rating yang lumayan, 8 persen. Namun, alurnya dianggap terlalu bertele-tele sehingga penonton bosan.
Jirisan, drama Korea bergenre thriller, misteri, laga ini menceritakan tentang kehidupan penjaga taman nasional Gunung Jirisan. Drakor ini diperankan oleh aktor ternama Ju Ji-hoon dan Jun Ji-hyun ini menelan biaya produksi hingga 30 miliar won, setara Rp345 miliar. Jirisan yang rilis pada 2021 itu menelan banyak biaya untuk penggunaan teknologi Computer-Generated Imagery (CGI) demi menciptakan latar tempat pegunungan yang indah.
Kendati sebagian besar biayanya mengalir untuk CGI, teknologi pada drakor ini justru banyak menuai kritikan. Penonton menilai CGI drakor ini begitu amatir, selain itu alurnya tergolong lambat. Belum lagi penempatan produk iklan di dalam drama yang berlebihan.
Di atas beberapa drama korea mahal yang dianggap gagal. Tulisan ini bukannya ingin memojokkan drakor-drakor di atas ya. Lagi pula, drakor itu seperti makanan, selera. Apa yang tidak cocok di penonton lain, mungkin saja cocok di kalian.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan yang Bikin Saya Kecewa setelah Menonton Squid Game 2
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.