Ada lho dosen pembimbing skripsi yang justru menghambat kelulusan. Mahasiswa perlu waspada!
Skripsi kerap dianggap sebagai momok menakutkan buat mahasiswa tingkat akhir. Pada fase skripsi, nasib perkuliahan mahasiswa bisa berubah 180 derajat. Mahasiswa yang selama 6 semester kuliahnya lancar jaya bisa saja terlambat lulus perkara skripsi. Sedangkan mahasiswa yang sehari-hari nilai kuliahnya pas-pasan bisa jadi malah lulus duluan. Ini membuktikan bahwa skripsi itu susah-susah gampang. Contoh nyata bahwa konsistensi dalam mengerjakan merupakan aspek yang lebih penting dibandingkan kepintaran.
Selain ketekunan mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, dosen pembimbing skripsi juga memainkan peran yang tak kalah krusial. Para dosen ini bisa membuat jalan kelulusan kita lebih mulus atau malah sebaliknya. Nyatanya nggak semua dosen sebenarnya cocok untuk menjadi pembimbing skripsi. Dosen-dosen yang memiliki kriteria di bawah ini justru berpotensi menghambat kelulusan para mahasiswa:
Daftar Isi
#1 Dosen yang sibuk dan hanya sedikit punya waktu luang untuk mahasiswa
Sudah menjadi rahasia umum bahwa beban kerja dosen Indonesia sangatlah buruk. Bayangkan saja, selain mengajar, mereka punya kewajiban administrasi yang ribet, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Belum lagi kalau para dosen tersebut memangku jabatan struktural di kampus atau sibuk proyekan. Siap-siap saja kepentingan jadwal bimbingan skripsimu tenggelam ditelan segudang kewajiban bapak/ibu dosen yang dianggap lebih urgent.
Padahal proses pengerjaan skripsi tidaklah singkat. Proses bimbingannya bisa sangat lama. Oleh karena itu, sebaiknya kalian jangan uji nyali dengan memilih dosen pembimbing yang super sibuk. Biasanya beliau-beliau ini akan lebih susah ditemui untuk bimbingan. Ujung-ujungnya proses pengerjaan skripsi kalian akan lama.
#2 Dosen pembimbing yang punya riwayat slow respon lebih baik dihindari
Bagi para mahasiswa tingkat akhir, punya dosen pembimbing skripsi yang fast respon adalah privilese. Sebab, dari waktu ke waktu ada saja cerita mahasiswa kurang beruntung yang nasibnya digantung oleh dosen pembimbingnya. Dosen-dosen seperti ini biasanya susah sekali ditemui untuk bimbingan. Didatangi ke ruangannya sering nggak ada, dihubungi pun nggak ada balasan.
Percayalah, digantung dosen pembimbing rasanya lebih mengerikan daripada di-ghosting gebetan. Diperlukan upaya lebih keras untuk mengatur jadwal bimbingan bersama dosen semacam ini agar skripsi tidak terbengkalai. Bahkan, terkadang para mahasiswa sampai punya jaringan untuk saling berkabar saat kemunculan dosen langka ini terdeteksi.
#3 Dosen yang terlalu konservatif
Semenjak pandemi COVID-19 bimbingan online semakin dinormalisasi. Membuat bimbingan skripsi lebih fleksibel. Bisa dilakukan di mana saja, sekalipun dosen pembimbing sedang dinas luar dalam waktu yang lama. Selain itu, pengiriman draft melalui email dapat membantu mahasiswa untuk hemat biaya. Minimal nggak perlu boros uang untuk ngeprint berkali-kali.
Akan tetapi, di tengah teknologi yang begitu maju, masih ada saja dosen pembimbing yang nggak adaptif dengan perkembangan zaman. Umumnya, dosen pembimbing semacam ini menghendaki bimbingan skripsi gaya lama alias harus bertemu tatap muka secara langsung. Bimbingan skripsi akan semakin merepotkan kalau mereka menuntut mahasiswa bolak-balik ngeprint draft karena revisi yang tidak langsung diberikan sekalian.
Itu mengapa untuk kalian yang dosennya sudah berbaik hati menyediakan bimbingan secara online, jangan lupa untuk senantiasa menjaga etika. Gunakan bahasa yang sopan untuk menghubungi dosen. Selain itu perhatikan jam yang pantas untuk menghubungi dosen. Kecuali dosenmu sudah memberikan izin untuk mengirim pesan kapanpun di luar jam kerja ya.
Baca halaman selanjutnya: Dosen pembimbing skripsi terlalu …
#4 Dosen pembimbing skripsi terlalu perfeksionis bikin mahasiswa pusing
Terkadang ada untungnya dibimbing oleh dosen yang terkenal perfeksionis. Ada jaminan mutu untuk tugas akhir mahasiswa yang diselesaikan di bawah bimbingan dosen tersebut. Namun, dosen yang terlalu perfeksionis juga bisa membahayakan mahasiswanya. Memaksakan standar yang tinggi pada kapasitas yang tidak sesuai justru bisa menghambat kelulusan mahasiswa.
Sebaik-baiknya dosen pembimbing adalah dosen yang bisa diajak diskusi. Bersama-sama mencari solusi terbaik untuk kebuntuan yang dialami mahasiswanya. Itu semua demi skripsi bisa selesai tepat waktu namun tetap layak diujikan. Bukannya malah menuntut hal-hal mustahil yang bikin mahasiswa terpaksa memperpanjang masa studi.
#5 Terlalu murah hati memberikan ACC
Sekilas, memiliki dosen yang mudah memberi ACC memang terlihat menyenangkan. Jalan menuju sidang skripsi bisa berjalan mulus tanpa banyak revisi yang berdarah-darah. Namun, dosen yang terlalu murah hati memberi ACC juga perlu diwaspadai lho.
Jangan buru-buru senang hati mengira skripsimu bagus karena bisa jadi skripsimu nggak dikoreksi. Alhasil, kamu akan dibantai habis-habisan oleh dosen penguji saat sidang. Sangat memusingkan kalau sampai mendapatkan revisi mayor, apalagi kalau diminta melakukan penelitian ulang.
Skripsi, tugas akhir, atau semacamnya memang membutuhkan kerja sama yang baik antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Di satu sisi, mahasiswa seharusnya sadar diri. Jangan melulu menuntut pengertian dosen pembimbing kalau belum bisa mengimbangi dengan usaha yang terbaik. Sementara itu, dosen pembimbing juga perlu bertanggung jawab dan menyadari peran mereka. Upaya mahasiswa mengejar kelulusan bisa sangat terjal tanpa arahan dari dosbing. Bahkan, bukan tidak mungkin berakhir sia-sia.
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Ciri Orang yang Sebaiknya Nggak Usah Jadi Dosen. Pikir Ulang Sebelum Terjun ke Profesi IniTerminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.