Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

Rendi oleh Rendi
28 Juni 2025
A A
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada satu hal lucu sekaligus miris yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Bukan soal jam karet atau parkiran kampus yang lebih padat dari pasar malam, melainkan tentang bagaimana dosen diperlakukan seperti manusia suci yang kata-katanya selalu benar dan tak bisa disentuh.

Di tempat yang katanya pusat ilmu, dosen bukan hanya mengajar tetapi juga mengatur cuaca akademik. Kalau mereka sedang senang, mungkin revisi cepat selesai. Kalau sedang tidak mood, bahkan halaman pengesahan bisa nyangkut sampai semester depan.

Mahasiswa memilih main aman

Mahasiswa pun sudah terbiasa bermain aman. Bukan karena tidak tahu atau tidak bisa, tapi karena sudah terlalu paham dengan permainan yang tidak pernah diajarkan secara tertulis. Mereka tahu kapan harus diam, kapan harus pura-pura mengangguk, dan kapan harus setuju meski dalam hati ingin tertawa.

Mahasiswa pun lebih sibuk mempelajari gaya bahasa dan suasana hati dosen dibanding memahami isi materi kuliah itu sendiri. Karena di kampus ini, selamat bukan soal pintar atau logis, tapi soal tahu bagaimana cara menyenangkan penguasa kelas.

Kalau dosen salah dalam menyampaikan data, mahasiswa akan berpura-pura tidak mendengar. Kalau dosen melontarkan teori usang yang sudah dibantah puluhan tahun lalu, mahasiswa akan mencatat dengan penuh semangat. Mereka takut nilai mereka tergelincir hanya karena terlihat terlalu pintar.

Malahan ketika skripsi ditolak hanya karena selera, bukan karena argumen lemah, mahasiswa masih akan berkata, “Terima kasih, Bu/Pak.” Seolah-olah ditampar itu bentuk kasih sayang akademik.

Dosen yang datang telat satu jam bisa dengan santainya masuk dan memberi tugas. Tetapi mahasiswa yang telat lima menit langsung dicap tidak disiplin, tidak punya etika, tidak siap jadi sarjana, dan tidak pantas mendapatkan gelar.

Dunia perkuliahan di Indonesia bukan sekadar tempat belajar. Ia sudah berevolusi menjadi arena kepatuhan. Mahasiswa tidak dituntut untuk berpikir, melainkan untuk membaca gerak-gerik, mimik wajah, dan nada suara dosen. Karena satu kalimat salah bisa membuat proses akademik tertunda berbulan-bulan.

Baca Juga:

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

Dosen yang Mewajibkan Mahasiswa Beli Bukunya Sendiri Itu Kenapa, Sih?

Dosen juga manusia biasa

Padahal kalau dipikir dengan kepala dingin, dosen itu manusia biasa. Mereka bisa salah, bisa lupa, bisa keliru, dan bisa bias. Tetapi sistem dan budaya kampus membungkus mereka dalam lapisan-lapisan kewibawaan palsu yang akhirnya membuat mereka susah disentuh.

Kritik dianggap ancaman. Pendapat berbeda dianggap pembangkangan. Mahasiswa kritis malah diberi label keras kepala, bukan dipeluk sebagai calon intelektual.

Di banyak tempat lain, kampus adalah ruang terbuka tempat argumen diuji dan gagasan ditumbuhkan. Tetapi di Indonesia, kampus lebih mirip panggung monolog. Dosen bicara, mahasiswa mendengarkan. Kalau bisa jangan bertanya terlalu banyak karena nanti malah dianggap mencari muka atau sok tahu.

Kalau kamu seorang mahasiswa dan pernah merasa sebal saat dosenmu tidak paham teori yang kamu baca sendiri dari jurnal internasional, kamu tidak sendirian. Jika kamu pernah merasa revisimu tidak berdasarkan logika akademik tapi mood pembimbing yang fluktuatif, kamu juga tidak sendirian. Banyak yang mengalaminya tapi memilih diam. Sebab sudah terlalu lelah menghadapi sistem yang lebih menghargai kepatuhan dibanding keberanian intelektual.

Kampus seharusnya bukan tempat menyembah gelar

Kalau kamu adalah dosen dan tersinggung saat membaca ini, mungkin kamu sedang memelihara budaya yang membuat ilmu pengetahuan kehilangan rohnya. Tetapi kalau kamu membaca ini dan merasa tertampar karena memang pernah jadi bagian dari sistem yang tidak adil, maka inilah waktunya untuk berubah.

Karena pendidikan seharusnya tidak menjadikan dosen sebagai pusat semesta, melainkan sebagai teman perjalanan berpikir. Kampus seharusnya bukan tempat menyembah gelar, melainkan tempat menyulut logika. Dan mahasiswa seharusnya tidak hidup dalam ketakutan, tetapi dalam keberanian untuk bertanya dan berdialog.

Sayangnya, hal-hal seperti ini masih terdengar ideal. Karena di Indonesia, realitasnya tetap sama. Dosen itu bukan dewa, tapi tetap saja disembah.

Penulis: Rendi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Lulus S2 Nekat Jadi Dosen Swasta, Malah Nelangsa karena Gaji Seadanya dan Dipaksa Mengajar Mata Kuliah yang Bukan Bidangnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Juni 2025 oleh

Tags: Dosen
Rendi

Rendi

Mahasiswa yang lebih percaya diskusi spontan di warung kopi daripada sidang pleno yang isinya saling cari muka dan lupa tujuan awal.

ArtikelTerkait

Tabiat Dosen Gaib, di Kelas Tidak Pernah Ada, tapi Sogok Mahasiswa dengan Nilai A dosen muda

Dosen yang Jadi Pejabat Kampus Itu Harusnya Tidak Wajib Mengajar, Kasihan Mahasiswanya Terlantar karena Kesibukan Birokratis

21 September 2024
Dear Bapak Ibu Dosen, Jangan Menilai Mahasiswa dari Keaktifan Bertanya setelah Presentasi. Mahasiswa Zaman Sekarang Pintar Membodohi, lho

Dear Bapak Ibu Dosen, Jangan Menilai Mahasiswa dari Keaktifan Bertanya setelah Presentasi. Mahasiswa Zaman Sekarang Pintar Membodohi, lho

22 Oktober 2023
PDKT riset asisten riset mojok

Balada Asisten Riset: Pulang Malu, Tak Pulang Rindu

18 Oktober 2020
menyikapi dosen yang tak pernah praktik kerja berdebat dengan dosen

Dosen Ngewajibin Mahasiswa Beli Bukunya Itu Sebenernya Pantes Nggak sih?

18 Desember 2020
Dosen Layak Diprotes soal Nilai, tapi Caranya Jangan Ngasal (Unsplash)

Jangan Ngasal, Begini Cara Protes Nilai ke Dosen biar Nggak Sampai Mengulang Mata Kuliah

6 Januari 2024
Ribetnya Punya Dosen Terkenal, tapi Suka Bikin Statement Aneh di Medsos terminal mojok.co

Ribetnya Punya Dosen Terkenal, tapi Suka Bikin Statement Aneh di Medsos

28 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.