Disarpus Kota Bandung, Perpustakaan Bagus, tapi Fasilitasnya Tidak Berfungsi sebagaimana Mestinya, Masak Komputer Nggak Bisa Dipakai Semua?

Disarpus Kota Bandung, Perpustakaan Bagus, tapi Fasilitasnya Tidak Berfungsi Sebagaimana Mestinya, Masak Komputer Nggak Bisa Dipakai Semua?

Disarpus Kota Bandung, Perpustakaan Bagus, tapi Fasilitasnya Tidak Berfungsi Sebagaimana Mestinya, Masak Komputer Nggak Bisa Dipakai Semua?

Di tengah hiruk-pikuk Bandung, terdapat satu perpustakaan bernama Dinas Arsip dan Perpustakaan (selanjutnya disingkat Disarpus) di Bandung. Perpustakaan yang terletak di Jalan Seram no. 2, Kecamatan Bandung Wetan, ini memiliki daya tarik tersendiri bagi warga Bandung untuk mengunjunginya. Letaknya yang cukup strategis, berada di tengah-tengah kota, tidak dipungut biaya sama sekali, dan aksesnya yang cukup mudah, membuat perpustakaan ini bak oase di tengah mahalnya buku di Kota Bandung.

Saya sendiri merupakan anggota Disarpus Kota Bandung sejak 2019. Banyak pengalaman yang telah saya lalui di perpustakaan Kota Bandung ini. Mulai dari sekadar baca dan meminjam buku, nongkrong di halaman depan perpustakaan yang begitu sejuk, atau hanya sekadar ikut parkir karena sama sekali tidak dikenakan biaya. Tak jarang saya perhatikan banyak kalangan warga dari driver ojol, penjual makanan keliling, atau orang yang sedang olahraga, sejenak mereka sempatkan datang ke Disarpus ini untuk meminjam buku dan membacanya di halaman perpustakaannya.

Dengan kondisi tersebut, Disarpus yang terletak di sebelah Taman Maluku dan di belakang Mall Bandung Indah Plaza (BIP) ini seharusnya bisa menjadi perpustakaan primadona di Kota Bandung.

Namun sayangnya, setelah sekian lama saya menjadi anggota perpustakaan di Disarpus Kota Bandung ini, masih terdapat fasilitas-fasilitas yang tidak berjalan dengan semestinya.

Mobil perpustakaan keliling Disarpus yang menganggur

Ketika masuk dan melewati jalanan untuk memarkirkan kendaraan, tampak di sebelah kiri jalan terdapat beberapa mobil perpustakaan yang nganggur begitu saja. Belum lagi di dalam basement, masih terdapat motor dengan gerobak perpustakaan kelilingnya yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sangat disayangkan melihat kendaraan-kendaraan berplat merah tersebut tidak beroperasi.

Hal demikian seharusnya dapat menjadi catatan bagi pemerintah setempat agar mengembalikan fungsi mobil perpustakaan untuk menjadi perpustakaan keliling. Dulu sempat dibuka mobil perpustakaan ini di depan Disarpus. Namun, hal tersebut hanya beroperasi beberapa pekan saja, hingga akhirnya padam.

Tidak maksimal

Di dalam Disarpus ini, terdapat beberapa lantai. Namun, ketika masuk ke dalamnya, sayang yang dimanfaatkan hanya satu lantai saja. Padahal, masih tersisa beberapa lantai lagi di atas yang mestinya masih bisa difungsikan untuk kegiatan lainnya. Misalnya saja untuk kegiatan mencari literatur klasik, tempat penyimpanan kamus, atau tempat lainnya untuk membaca agar pengunjung dapat membaca secara damai.

Di lantai satu, tempat khusus membaca yang disediakan di Disarpus ini, bertepatan dengan pintu masuk. Sehingga sering kali mengganggu ketenteraman membaca.

Komputer Disarpus yang hanya jadi pajangan

Di dalam perpustakaan juga disediakan tempat khusus bagi anak-anak untuk bermain. Terdapat juga beberapa komputer yang seharusnya dapat berfungsi sebagai sarana literasi teknologi bagi anak. Komputer tersebut biasanya diisi oleh permainan-permainan, sarana bacaan, dan lain-lain. Namun akhir-akhir ini, komputer tersebut hanya jadi pajangan, sebab tak ada yang bisa dipakai.

Wifi-nya seperti ada dan tiada

Disarpus Kota Bandung menyediakan wifi untuk menunjang kebutuhan pengunjung. Tapi sayangnya, wifi-nya tak berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa tersambung saja sudah bagus.

Fasilitas-fasilitas Disarpus Kota Bandung sebenarnya cukup lengkap, tapi karena tak terawat, akhirnya malah jadi tak berguna. Padahal, fasilitas-fasilitas tersebut masih bisa diusahakan untuk dapat berjalan sebagaimana mestinya. Itu pun yaaa jika Disarpus Kota Bandung ini sungguh-sungguh ingin menjadi perpustakaan yang sebagaimana mestinya.

Penulis: Handri Setiadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Palasari, Wisata Buku Bandung yang Terlupakan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version