Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Dilema Pedagang Cuanki di Bulan Puasa: Siang Sepi, Maghrib Kalah sama Kolak!

Amirul Mubarak oleh Amirul Mubarak
4 Maret 2025
A A
Dilema Pedagang Cuanki di Bulan Puasa: Siang Sepi, Maghrib Kalah sama Kolak!

Dilema Pedagang Cuanki di Bulan Puasa: Siang Sepi, Maghrib Kalah sama Kolak! (orajoo via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap bulan Ramadan tiba, sebagian besar pedagang kaki lima di Indonesia merasakan perubahan drastis dalam pola berdagang mereka. Salah satunya adalah pedagang cuanki, hidangan hangat berisi bakso, tahu, dan siomay yang disiram kuah gurih.

Meski lezat di hari biasa, ternyata bulan puasa membawa dilema besar bagi para penjual cuanki. Mereka menghadapi tantangan berat mulai dari sepinya pembeli di siang hari, hingga kenyataan bahwa cuanki bukanlah menu yang diidamkan saat berbuka atau sahur. Lantas, bagaimana para pedagang ini bertahan di tengah situasi yang serba sulit ini?

Siang hari: berkeliling tanpa harapan pembeli

Bagi pedagang cuanki, waktu siang hari di luar bulan Ramadan adalah momen emas. Biasanya, mereka berkeliling dari satu kampung ke kampung lain, menawarkan semangkuk cuanki yang hangat sebagai pelipur lapar di tengah hari. Para pekerja, pelajar yang pulang sekolah, hingga ibu-ibu rumah tangga sering menjadi pelanggan setia mereka.

Namun, begitu bulan puasa datang, harapan menemukan pembeli di siang hari nyaris musnah. Mayoritas orang sedang menjalankan ibadah puasa, membuat peluang untuk menjual cuanki menjadi sangat kecil. Bagi pedagang yang menggantungkan hidup dari hasil penjualan harian, kondisi ini tentu menjadi pukulan telak. Mereka tetap harus mendorong gerobak di bawah teriknya matahari dengan kemungkinan pulang tanpa uang di tangan.

Situasi ini menempatkan pedagang dalam dilema: apakah mereka harus tetap berjualan di siang hari meski sepi pembeli, atau berhenti sejenak selama Ramadan dengan risiko kehilangan pemasukan selama sebulan penuh? Jika mereka memilih tetap berjualan, mereka harus siap menghadapi lelah yang tak terbayar. Jika memilih berhenti, mereka harus memikirkan bagaimana menutup kebutuhan hidup sehari-hari.

Cuanki bukan pilihan utama saat berbuka

Saat azan magrib berkumandang, sebagian besar orang lebih memilih menu berbuka yang menyegarkan dan ringan seperti es buah, kolak, atau gorengan. Sayangnya, semangkuk cuanki panas dan berat tidak termasuk dalam daftar favorit tersebut. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, cuanki yang berkuah panas justru terasa terlalu “berat” dan kurang cocok sebagai hidangan pembuka.

Pedagang cuanki pun sering mengalami dilema di waktu ini. Mereka tahu bahwa banyak makanan lain yang lebih diminati sebagai hidangan berbuka, sementara cuanki justru sering diabaikan. Kalaupun ada yang membeli, biasanya hanya segelintir orang yang benar-benar menginginkannya. Ini membuat pendapatan mereka di waktu berbuka jauh dari harapan, berbeda dengan pedagang takjil yang bisa meraup untung besar dalam waktu singkat.

Beberapa pedagang mencoba berinovasi dengan menjual porsi cuanki yang lebih kecil atau mengombinasikannya dengan minuman dingin agar terasa lebih ringan. Namun, tetap saja, posisi cuanki sebagai menu berbuka masih kalah pamor dibandingkan hidangan-hidangan lain yang lebih menggoda di waktu magrib.

Baca Juga:

Warak Ngendog, Mainan “Aneh” di Pasar Malam Semarang yang Ternyata Punya Filosofi Mendalam

Preman Pensiun 9 Sebaik-baiknya Sinetron Ramadan, Bikin Saya Nonton TV Lagi 

Cuanki malam hari: terlalu berat, terlalu repot

Sebagian pedagang cuanki mencoba menggeser waktu jualan mereka ke malam hari setelah tarawih selesai. Mereka berharap bisa menarik perhatian orang-orang yang ingin menikmati camilan hangat setelah salat. Namun, di sinilah muncul dilema lain: di malam hari, kebanyakan orang lebih memilih makanan praktis dan ringan seperti martabak atau roti bakar dibandingkan cuanki yang membutuhkan waktu untuk disantap.

Lagipula, tidak semua orang tertarik mengonsumsi makanan berkuah menjelang larut malam. Cuanki yang biasanya dinikmati saat makan siang terasa kurang cocok di perut yang sudah kenyang setelah berbuka dan makan malam. Ditambah lagi, aktivitas malam hari di bulan Ramadan sering diisi dengan kegiatan ibadah atau kumpul keluarga, membuat pedagang sulit menemukan pelanggan yang benar-benar tertarik membeli.

Cuanki saat sahur bukan pilihan yang praktis

Jika berbuka terasa terlalu berat dan malam hari kurang diminati, bagaimana dengan waktu sahur? Sayangnya, cuanki juga bukan menu yang ideal untuk sahur. Kebanyakan orang menginginkan makanan yang lebih praktis dan mengenyangkan di waktu sahur. Seperti nasi, lauk-pauk sederhana, atau bahkan mi instan.

Selain itu, tidak banyak orang yang rela keluar rumah dini hari hanya untuk membeli semangkuk cuanki. Pedagang pun sulit menjangkau pelanggan pada waktu ini karena persiapan dan tenaga yang dibutuhkan untuk berjualan di waktu sahur cukup besar. Kalaupun mereka mencoba berjualan, hasilnya jarang sebanding dengan usaha yang dikeluarkan.

Bagaimana pedagang cuanki bertahan di bulan Ramadan?

Menghadapi berbagai tantangan di bulan puasa, banyak pedagang cuanki akhirnya harus beradaptasi dengan cara-cara kreatif agar tetap bertahan. Beberapa dari mereka mulai menjual cuanki dalam bentuk frozen yang bisa dimasak sendiri di rumah, memanfaatkan tren makanan beku yang praktis dan tahan lama. Dengan cara ini, mereka bisa tetap mendapatkan penghasilan meskipun tidak berkeliling di siang hari.

Ada juga yang memilih bergabung dengan platform pemesanan makanan online untuk memperluas jangkauan pelanggan mereka. Dengan layanan ini, mereka bisa tetap melayani pelanggan yang ingin menikmati cuanki tanpa harus keluar rumah. Meski tidak seefektif berjualan langsung, setidaknya ini menjadi solusi sementara untuk menjaga pemasukan.

Namun, tidak semua pedagang memiliki akses atau kemampuan untuk beralih ke cara-cara modern tersebut. Bagi mereka yang masih mengandalkan metode tradisional, bulan puasa menjadi ujian ketahanan fisik dan mental. Mereka harus berjuang lebih keras, meskipun hasil yang didapatkan jauh dari biasanya.

Antara bertahan atau berhenti sementara

Dilema pedagang cuanki di bulan Ramadan mencerminkan betapa kompleksnya tantangan yang dihadapi oleh para pekerja sektor informal di Indonesia. Mereka berada di persimpangan sulit antara tetap berjualan meski minim pembeli atau berhenti sementara dengan konsekuensi kehilangan pendapatan.

Di tengah kesulitan ini, kita sebagai konsumen bisa berperan membantu mereka. Sesekali membeli cuanki saat berbuka atau setelah tarawih bisa menjadi bentuk dukungan nyata bagi para pedagang kecil yang sedang berjuang di bulan Ramadan. Lagi pula, di balik semangkuk cuanki yang hangat, ada kisah perjuangan yang tidak kalah hangatnya.

Penulis: Amirul Mubarak
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Terpujilah Wahai Engkau Penemu Seblak dan Cuanki

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Maret 2025 oleh

Tags: cuankimenu buka puasaRamadan
Amirul Mubarak

Amirul Mubarak

Tukang Koleksi Jersey.

ArtikelTerkait

Apakah Sudah Saatnya Sinetron ‘Para Pencari Tuhan’ Dirampungkan Tahun Ini? #TakjilanTerminal03 terminal mojok.co

Apakah Sudah Saatnya Sinetron ‘Para Pencari Tuhan’ Dirampungkan Tahun Ini? #TakjilanTerminal03

14 April 2021
ngaji pasaran tadarus al-qur'an ramadan salat tarawih mojok

Ngaji Pasaran: Ngaji Kitab Kuning Instan di Bulan Ramadhan #TakjilanTerminal29

27 April 2021
4 Alasan Saya Nggak Kangen Bukber Sama Sekali Tidak Ada Ajakan Buka Bersama Hari Ini bukber ramadan

4 Alasan Saya Nggak Kangen Bukber Sama Sekali

9 Mei 2020
Kerja di Tambangan Sidoarjo Itu Berat, Mokel di Bulan Puasa Terpaksa Jadi Pilihan Mojok.co

Kerja di Tambangan Sidoarjo Itu Berat, Mokel di Bulan Puasa Terpaksa Jadi Pilihan

8 April 2024
3 Rekomendasi Tempat Takjil di Bukittinggi, Dijamin Bikin Ngiler!

3 Rekomendasi Tempat Takjil di Bukittinggi, Dijamin Bikin Ngiler!

9 April 2022
Kesepian saat ramadan di kampung halaman

Kesepian Saat Ramadan di Kampung Halaman, Kamu Nggak Sendiri!

7 April 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.