Banyak yang bilang kalau diet itu susahnya melebihi minta ampun ke pacar, jalan yang harus ditempuh penuh duri dan beling. Duh, jadi orang kok drama banget, sih? Ini tuh hidup, bukan cerita si Komo. Hmmm…
Banyak orang yang salah memilih jalan untuk memulai diet, terus mencoba, sampai pada akhirnya tentu saja berujung gagal. Hahaha. Senang banget ya lihat orang gagal diet. Eh, maaf. Tersinggung hanya untuk orang-orang baperan, jadi jangan tersinggung, ya. Menurut saya, baperan merupakan salah satu sifat orang yang lagi diet terus nggak kurus-kurus. Jelas, karena mungkin dia lagi kelaparan, maklum saja kalau baperan.
Ada banyak jenis diet yang kita ketahui melalui internet dan tentu selalu kita coba satu per satu. Jujur saja deh, kamu pernah mencobanya, kan? Dari hasil diet tersebut, banyak orang yang berhasil menurunkan berat badan sehingga mendapatkan tubuh yang ideal menurut mata masyarakat dunia maya. Coba jujur, pernah diet supaya kelihatan cantik atau ganteng ketika pajang foto di media sosial, kan?
Perbuatan semacam itu lazim saja jika dilakukan, toh tujuan diet selain karena ingin sehat juga ingin enak dipandang oleh orang lain. Ada banyak tujuan ketika seseorang sudah memilih jalan diet, dimulai dari alasan yang paling klise: supaya mudah cari ukuran baju atau alasan kesehatan, hingga alasan terselubung yang tersimpan jauh di sudut hati: biar gampang cari jodoh. Sudahlah, jangan muna, sesungguhnya kalori menyukai perbuatan orang-orang yang muna. Iya, kalori, karena kita lebih takut sama kalori, bukan sama Tuhan.
Lalu, saat sudah diet dan ternyata hasilnya tetap sama seperti biasanya (baca: melebar), harus gimana? Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, tentu saja rebahan akan membuat kita semakin lebaran. Hiks.
Hasil diet yang gagal, akan membuat kita stres, nggak enak tidur, kepikiran doi (eh), dan nggak enak makan. Hingga pada akhirnya berujung pada ajang balas dendam, yakni putus asa dan makan apa saja yang kita inginkan sepuasnya. Alhasil, berat badan akan semakin bertambah, dan bahkan lebih berat dari sebelum diet. Duh, bukannya turun, malah semakin nambah. Situ sehat?
Stres yang disebabkan gagal diet tentunya akan menjadi dilema bagi kita, sebab pikiran kita menginginkan keberhasilan diet, namun perbuatan kita sehari-hari malah sebaliknya. Jadinya gagal lagi, deh.
Kenapa saya menulis keresahan di atas? Karena saya sudah lebih dulu mengalaminya. Jangan dibayangin betapa tersiksanya saya saat itu. Terus menerus gagal melakukan diet bikin saya jadi dilema. Saya sering teriak dalam hati, “Kapan saya glow up?” Hahaha~
Akhirnya, Tuhan menjawab doa setengah memaksa saya setelah beberapa tahun kemudian. Apakah saya glow up? Tentu saja nggak. Walaupun nggak glow up, saya bisa menurunkan berat badan dari awalnya 97 kilogram hingga 75 kilogram. Wow, apakah saya bangga? Tentu saja saya bangga, sebab saya bisa melewati semuanya dan boleh dibilang berhasil.
Melihat perubahan saya, tentu saja orang-orang yang awalnya bilang saya nggak mungkin kurus langsung kaget. Mereka bertanya pada saya, “Kok bisa?” Dalam hati saya hanya menjawab, “Kok bisa matamu angel, Cok!” Lantas, pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah apakah saya menjalani diet selama itu dengan tersiksa dan berdarah-darah? Berikut saya akan coba mengulas tips diet tanpa tersiksa.
#1 Kalori oh kalori
Dalam hal ini, seperti kebanyakan tips, pastinya semua jenis diet menekankan pada pengurangan kalori di dalam tubuh. Untuk bisa mengurangi kalori, tentu saja kita harus mengeluarkan kalori lebih banyak daripada memasukkannya. Percayalah, nggak semua yang memasukkan itu nikmat, bisa jadi berujung penyesalan.
Ada banyak cara mengeluarkan kalori dari dalam tubuh, salah satunya dengan berolahraga. Olahraga apa saja, yang penting jangan lima jari, kalau itu yg keluar bukan kalori, tapi… sudahlah. Apakah untuk mengeluarkan kalori dari tubuh harus dengan cara berolahraga? Ada nggak sih orang yang kurus tanpa melakukan olahraga? Tentu saja ada. Namun, barangkali orang tersebut paham berapa jumlah kalori yang ia butuhkan setiap hari. Itulah pentingnya pemahaman tentang kalori.
Menurut saya, kalau mau cepat glow up, mendingan olahraga, deh. Selain membantu menurunkan berat badan, kita juga bisa bertemu teman-teman seperjuangan yang mungkin sependeritaan. Selain itu, kita juga punya kesempatan ketemu jodoh yang mungkin juga sedang berusaha untuk glow up.
Ketemu pasangan yang bisa diajak glow up bareng itu romantis banget. Bisa saling support dan berbagi tips. Yang harus kamu pastikan, kamu nggak ditinggal setelahnya. Hahaha. Sialnya, saya nggak ketemu orang yang bisa diajak kayak gitu. Hmmm, wajar laaah. Tampang juga di bawah rata-rata gini.
Selain kalori yang keluar, perhatikan juga kalori yang masuk. Pastikan makanan yang masuk ke mulutmu adalah makanan yang empat sehat lima sempurna. Ada banyak jenis makanan, yang harus kita lakukan adalah menyeleksinya sebelum sampai ke dalam mulut.
Tentukan makanan yang rendah kalori, kemudian tentukan porsinya. Ingat, yang berlebihan itu nggak baik. Bahkan untuk urusan perut, agama sudah mengaturnya sedemikian rupa. Ingat-ingat ini, semua makanan nggak akan membuatmu gendut, asalkan nggak dimakan berlebihan. Setelah memilih makanan dan porsinya, pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah harus makan berapa kali dalam sehari?
Ini yang sering kali disalahpahami orang. Dalam benak beberapa orang, diet adalah nggak makan atau mengurangi jatah makan kita dalam sehari. Saya pernah terjebak di jalan buntu ini. Dulu, saya pikir diet itu hanya makan sekali sehari. Ternyata saya salah besar. Hasil dari diet yang seperti itu hanya akan membuat saya balas dendam ketika nggak sanggup lagi melakukannya. Hasilnya? Lagi-lagi berat badan bertambah. Sialan!
Dalam hal makanan, sebagai pemula, makanlah sebagaimana jadwal makan pada umumnya, yakni tiga kali sehari. Hanya saja, perhatikan jenis makanan dan porsinya. Nikmati makanan yang kita pilih dan jangan mengeluh. Jangan berpikir kita akan kelaparan karena kita pasti akan makan tiga kali sehari.
Jangan nggak makan sampai sakit-sakitan, ya. Tetap makan diimbangi dengan berolahraga. Lihatlah perubahan tubuh kita dalam beberapa bulan ke depan. Kalau nggak ada perubahan? Yowis, mungkin itu takdirmu. Wqwqwq~
#2 Harapan membunuhmu
Sebagaimana yang sudah tertulis di atas, apa sih motivasi kita untuk diet? Langsung saja jawab dengan mantap, BIAR GLOW UP. Karena semua jawaban kita selain itu, selain terdengar klise, juga bertele-tele yang pada akhirnya akan tertuju pada jawaban akhir: glow up.
Apa pun motivasi yang kita pilih, pastikan kita bisa mempertahankannya hingga tercapai. Itu yang disebut konsisten. Yang harus kita ingat, motivasi yang baik akan melancarkan jalan kita nantinya. Hanya saja, jalanmu menuju hatinya yang susah. Hiks…
Setelah itu, berekspektasilah sesuai kemampuan kita. Misalnya, kita punya motivasi diet biar bisa jadi pacar Pevita Pearce. Dietnya mungkin saja akan berhasil, tapi jadi pacarnya Pevita? Ya tetap saja mustahil. Nyadar woi, langit masih luas, bumi masih bulat, dan kamu masih tetap buriq. Awokwokwok.
Makanya, berekspektasilah sesuai kemampuan dan kenyataan supaya jika seandainya nggak tercapai kita nggak terlalu kecewa. Jika kita sudah punya ekspektasi yang wajar, tetaplah konsisten menjalaninya. Nikmatilah penantian. Dietlah dengan santuy tanpa merasa tersiksa. Sebab, usaha akan tetap membuahkan hasil, walaupun buahnya kecil.
Jika hasilnya nggak memuaskan, lakukanlah evaluasi dan tetap percaya: takdir tetaplah takdir.
BACA JUGA Diet Itu Bergantung pada Niat, Bukan Fasilitas.