Metode pembayaran aplikasi belanja online semakin bervariasi. Salah satu metode pembayaran yang disediakan adalah Cash On Delivery alias COD. Metode pembayaran ini memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran secara tunai ketika barang sudah diterima.
Terdengar mudah bukan? Namun, praktiknya jauh dari kata mudah, apalagi bagi kurir yang mengantar paket tersebut. Saya pernah bekerja sebagai kurir di salah satu jasa pengiriman barang terkenal di Indonesia. Walau hanya 3 bulan bekerja di sana, bisa saya katakan metode pembayaran COD ini benar-benar merepotkan kurir. Berikut beberapa pengalaman ribet yang pernah saya alami sebagai kurir yang melayani pembayaran COD.
Daftar Isi
Pelanggan request jam pengiriman barang
Saya jelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kurir bekerja. Sebelum mengantarkan paket, kurir terlebih dahulu mengurutkan paket sesuai rute yang akan dilalui. Paket ditata berjajar sesuai wilayah. Setelah paket urut, baru kemudian paket discan sehingga akan ada notifikasi di HP customer “paket akan diantarkan ke alamat penerima”. Setelahnya, paket dimasukkan ke dalam srantul (box motor) dengan penataan sedemikian rupa. Setelah semua paket masuk box, kurir mengirimkan pesan konfirmasi, kurang lebih seperti ini:
“Halo Budi, kami dari Apel Express akan melakukan proses delivery paket COD dengan nomor Waybill ABC 12345 ke alamat Anda di Dusun Jeruk RT 01 RW 01, mohon kesediaanya untuk memastikan apakah anda benar memesan barang COD senilai Rp22.000? Terima kasih.”
Setelah pesan itu terkirim, tidak jarang pembeli malah request waktu pengantaran paket. “Mas, nanti diantarnya siang saja ya”, “Mas, sore jam 4 aja ya”, “Mas, saya di rumah habis Maghrib”. Menyebalkan memang. Dipikir kurir cuma ngirim paketmu doang apa gimana?!
Sebenarnya kurir sudah mengantisipasi ketidakcocokan waktu kedatangan barang dengan keberadaan penerimaan barang dengan mengirimkan pesan seperti ini, “COD harap siapkan uang pas. Jika ditinggal, makan tinggalkan uang di tempat yang aman atau transfer ke nomor berikut”. Namun, tetap saja banyak yang ngotot minta diantar sesuai jam keinginan mereka. Tindakan seperti ini jelas merugikan kurir karena bisa merusak rute yang sudah ditata. Kurir harus bolak-balik lagi ke alamat penerima yang tentu saja membuang-buang bensin.
Menjadikan kurir sebagai tempat penukaran uang saat COD
Menjadi kurir berarti siap merangkap jabatan sebagai petugas penukaran uang. Bagaimana tidak, banyak pembeli membayar tidak dengan uang pas, lebih parahnya lagi dengan uang pecahan besar. Saya pernah mengantar paket COD senilai Rp7.000, tapi pelanggan membayar dengan uang Rp100.000. Kurir jadi pontang-panting mencari kembalian.
Idealnya, pelanggan sudah menyiapkan uang yang pas ketika menerima barang. Apalagi, sebelum kurir mengantar barang, mereka sudah mengirimkan pesan yang mengingatkan untuk membayar dengan uang pas. Terdengar sepele memang, tapi kalau hal ini terjadi berkali-kali dalam sehari, kerja kurir jadi banyak terhambat.
Tidak mau bayar karena tidak punya uang
Ini alasan yang paling di luar nalar yang pernah saya temui ketika bekerja sebagai kurir. Bisa-bisanya seseorang secara sadar check out belanjaan padahal dirinya tidak punya uang. Aneh kan? Hal aneh seperti ini benar-benar terjadi lho.
Saya pernah mengalami seperti di atas. Saat sudah sampai ke rumah customer dan sudah bertemu dengan orangnya langsung, dia malah menolak paket tersebut dan meminta saya untuk mengantarkannya besok saja karena belum ada uang. Tidak hanya satu atau dua kali, kejadian semacam di atas cukup sering saya alami.
Ada juga yang menolak membayar paket tersebut dengan alasan yang memesan paket sedang keluar. Sementara orang yang berada di rumah itu, entah ibunya, bapaknya, atau siapalah itu tidak dititipi uang untuk membayar COD. Padahal bisa lho bayarin dulu itu paketnya, nanti tinggal tagih aja ke orang yang memesan paket. Wong tinggal satu rumah, satu dapur, satu atap.
Pesan untuk kalian yang sering belanja online dengan metode pembayaraan COD
Saya memahami, niat di balik sistem pembayaran COD ini sebenarnya baik. Pembayaran ini hendak memfasilitasi mereka yang ingin berbelanja online, tapi masih gagap dengan sistem pembayaran online. Sayangnya, banyak pembeli tidak memahami cara kerja kurir pengantar paket. Atau mungkin, sudah paham, hanya tidak peduli saja dengan tantangan-tantangan kurir ketika bekerja.
Saat ini saya memang sudah tidak bekerja sebagai kurir, tapi saya selalu mendorong orang-orang yang menggunakan sistem pembayaran COD untuk memperhatikan arahan kurir. Dengan menuruti hal itu, kalian sudah sangat membantu pekerjaan kurir. Toh tidak ada ruginya juga memudahkan pekerjaan orang lain. Pesan lain, jangan menelepon kurir karena itu sangat mengganggu. Ingat, kurir nggak cuma mengantar paket kalian saja. Kalau mau ngasih informasi ke kurir, langsung chat saja tidak perlu menelepon.
Apabila metode pembayaran COD ini tidak segera membaik dalam beberapa waktu mendatang. Saya sarankan aplikasi belanja online lebih baik menghapuskannya saja metode pembayaran COD. Serius ini, sudah banyak sekali kurir kerepotan menghadapi pelanggan-pelanggan COD rewel.
Penulis: Nurhadi Mubarok
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.