Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Di Lombok, kalau Ada Orang Hilang, Dicari Pakai Gamelan

Arianto Adipurwanto oleh Arianto Adipurwanto
9 September 2021
A A
Sumber gambar Pixabay

Sumber gambar Pixabay

Share on FacebookShare on Twitter

Di Lombok, khususnya Lombok Utara bagian perbukitan tempat tinggal saya, banyak sekali hal yang menarik untuk dicatat. Salah satunya jika ada orang hilang. Peristiwa orang hilang tidak sering terjadi. Dulu ketika saya masih sekolah dasar, seorang warga pernah hilang. Bukan sehari dua hari, dia hilang tiga bulanan. Setiap hari kentongan dibunyikan, dengan bunyi pukulan yang berbeda dibanding ketika ada pemberitahuan rapat banjar. Oleh karena itu, banyak orang yang langsung dibuat takut.

Saya ingat waktu itu pernah ikut-ikutan mencari. Bersama teman-teman lain yang justru girang bukan main dan menanti-nanti hari selanjutnya. Bahkan salah seorang kawan saya yang terkenal bengal berharap warga yang hilang itu tidak kunjung ditemukan. Mendengar kata-katanya seorang warga langsung memberinya pukulan. Waktu itu orang tua sering memukul anak-anak. Cara mendidik, kata mereka. Sekarang para orang tua merasa tidak bisa lagi asal pukul.

Jika saya ingat sekarang, pencarian orang hilang ketika saya kecil itu sangat menakutkan dan susah membayangkan kami bisa girang begitu. Saya pikir hanya satu alasannya. Sebab, setiap pencarian dilakukan, para warga ditemani kelompok musik gamelan. Kelompok gamelan itu berasal dari kampung sebelah kampung kami. Hanya pada waktu-waktu seperti nikahan atau ada anak disunat baru kelompok gamelan itu dipakai.

Pencarian dilakukan dengan mendatangi sebuah bukit di sebelah timur kampung kami. Bukit yang terkenal keramat. Menurut cerita, sebelum-sebelumnya sering orang hilang dan selalu di bukit itulah mereka ditemukan. Kami, anak-anak yang tidak merasakan takut atau cemas, berlari-lari mengikuti gamelan itu dari selatan ke utara dan kembali lagi. Kami ikut pula ketika pencarian dilakukan ke tempat-tempat lain.

Pada hari ketika warga itu akhirnya ditemukan, kami dilarang untuk ikut mengikuti gamelan itu. Waktu itu seorang warga tiba-tiba datang dan mengaku telah melihat warga yang hilang itu jauh di hutan. Kabar itu disampaikan dengan tergesa-gesa. Si pemberi kabar juga tidak lupa mengaku telah berupaya mengejar warga yang hilang itu tetapi warga itu keburu menghilang. Para warga segera berlari ke tempat yang telah disebutkan dengan iring-iringan gamelan mengikuti. Kami, anak-anak, dilarang oleh para warga dan terutama orang tua kami. Kami diancam akan hilang juga nanti jika tidak mendengar kata-kata mereka. Kami berkeras ikut dan seperti biasa, kami diancam-ancam dengan potongan ranting.

Ketika warga itu telah ditemukan dan telah dibawa kembali ke rumahnya, ibu saya yang diam di rumah segera berlari untuk melihat warganya. Saya yang dilupakan cepat mengikutinya. Warga itu duduk di berugak. Para warga mengelilinginya. Aneka pertanyaan dilontarkan, pertanyaan-pertanyaan serius yang kemudian berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan usil.

“Apa makanan epe [kamu—sopan] di sana?” tanya seorang warga.

“Mi!” jawab warga itu.

Baca Juga:

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Restoran Ayam Taliwang Pak Udin Lombok: Populer di Kalangan Wisatawan, Jarang Disambangi Warga Lokal

Dia seperti orang baru bangun dari tidur. Belum sepenuhnya sadar. Ia hanya melihat orang-orang di sekelilingnya dengan tatapan bingung. Orang-orang di dekat saya berbisik-bisik, menafsirkan “mi” sebagai cacing dan mereka jijik oleh pikiran mereka sendiri.

Waktu itu saya hanya mendengarkan jawaban-jawaban warga itu tanpa banyak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, kata-kata yang warga itu lontarkan membekas kuat dalam kepala saya. Baru-baru ini ketika seorang perempuan di kampung sebelah timur kampung kami hilang dan gamelan harus diturunkan, saya setengah iseng bertanya, kenapa menggunakan gamelan?

Seorang tetua di kampung asal perempuan yang hilang itu memberikan jawaban. “Orang hilang itu diculik jin. Kalau dengar gamelan, jin biasa akan menari. Kalau menari manusia yang mereka ambil akan dilepas. Kalau dilepas manusia itu akan bisa kelihatan.” Saya manggut-manggut. Sempat saya menyangka gamelan digunakan untuk memberi tanda kepada orang yang hilang itu supaya mengetahui bahwa dirinya dicari. Ternyata ada alasan yang lebih spesifik.

Mendengar penjelasan tetua itu, saya begitu saja ingat jawaban warga yang hilang sewaktu saya sekolah dasar itu. Warga itu menceritakan bahwa dirinya tengah dipegang seorang perempuan ketika iring-iringan gamelan mendekati mereka. Saat mendengar tabuhan gamelan, ia begitu saja dilepaskan. Saat itulah dia bisa dilihat oleh para warga yang mencarinya. Warga itu juga bercerita pernah seseorang yang ia kenal berjalan dan menginjak kakinya. Akan tetapi, orang itu tidak bisa melihat dirinya.

Saya akhirnya berpikir, pencarian dengan gamelan besar kemungkinan berhasil jika orang yang hilang diculik oleh jin atau makhluk halus. Akan berbeda ceritanya jika orang hilang diculik negara, bagaimana mencarinya, ya?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 September 2021 oleh

Tags: gamelanLombokorang hilang
Arianto Adipurwanto

Arianto Adipurwanto

Penggerutu.

ArtikelTerkait

sumber suara drumband di jogja suara gamelan malam hari pendatang arti makna urban legend mitos klenik mojok.co

Suara Drumband di Jogja pada Malam Hari, Menurut 4 Teori

26 Maret 2021
Tips Wisata ke Lombok Budget Kere Hore Bagi Sobat Dompet Tipis Terminal Mojok

Tips Wisata ke Lombok Budget Kere Hore Bagi Sobat Dompet Tipis

9 Januari 2021
Mengungkap Krisis Identitas Masyarakat Lombok dari Liga Dangdut Indosiar

Mengungkap Krisis Identitas Masyarakat Lombok dari Liga Dangdut Indosiar

7 April 2020
Selamat Ulang Tahun Kota Mataram, Jangan Jadi Tua dan Menyebalkan

Selamat Ulang Tahun Kota Mataram, Jangan Jadi Tua dan Menyebalkan

1 September 2023
Meluruskan Salah Kaprah Terkait IAHN Gde Pudja Mataram, Satu-satunya Kampus Hindu Negeri yang Ada di Lombok

Meluruskan Salah Kaprah Terkait IAHN Gde Pudja Mataram, Satu-satunya Kampus Hindu Negeri yang Ada di Lombok

4 Agustus 2023
Kota Manado yang Asing tapi Akrab bagi Orang Lombok (Unsplash)

Kota Manado yang Sangat Berbeda bagi Orang Lombok, Sekaligus Bukti Indahnya Keragaman di Indonesia

23 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.