Di Hadapan Ustaz Zainal Abidin, Lagu Anak-Anak Berikut Bisa Terindikasi Merusak Akidah

ustaz zainal abidin

Di Hadapan Ustaz Zainal Abidin, Lagu Anak-Anak Berikut Bisa Terindikasi Merusak Akidah

Selara humor saya bener-bener anjlok gegera ngeliat video ceramah agama Ustaz Zainal Abidin yang diunggah Arie Kriting melalui akun Twitter pribadinya. Pasalnya, blio menyebut adanya indikasi pemurtadan dalam lagu anak-anak populer seperti “Balonku Ada Lima” dan “Naik ke Puncak Gunung”. Secara tegas blio menyebut, bahwa lagu-lagu ini lahir dari upaya untuk menanamkan mindset anti Islam sedari dini. Loh, kok bisa? Anda pasti nggak pernah menyangka, tho, kalau lagu yang sering Anda nyanyikan sewaktu masih ingusan, bahkan dinyanyikan juga oleh bocah-bocah zaman sekarang ternyata terindikasi merusak akidah?

Penjelasan blio begini, coba simak lirik lagu “Balonku Ada Lima”. Ada bagian yang berbunyi, Meletus balon hijau dooorrr, hatiku sangat kacau. Balonku tinggal empat ku pegang erat-erat. Pasti otak Anda nggak pernah nyampe pada pemahaman kalau balon hijau di sini emang sengaja diletuskan. Warna hijau adalah simbol Islam. Meletusnya balon berwarna hijau sama dengan menanamkan kesadaran pada anak-anak bahwa Islam sengaja diletuskan (dihancurkan). Bahkan saya pun yakin hakkul yakin, itu A.T. Mahmud (penggubah lagu tersebut) nggak pernah kebayang sedikitpun kalau lagunya berpotensi merusak akidah generasi Islam. Blio pasti menangis setelah melihat video ini beredar, wqwqwq.

Sekarang, coba kita beralih ke lagu “Naik ke Puncak Gunung”. Blio memaparkan kepada kita semua—para hamba yang jauh dari akhlak surga ini—seandainya kita jeli, kita pasti menemukan ada kejanggalan pada lirik, Kiri kanan ku lihat saja banyak pohon cemara. Tidak bisa lain, lagu ini mengandung misi Kristenisasi masal kepada anak-anak Islam. Alasannya, menurut blio, pohon cemara itu kan pohonnya orang Nasrani. Maka sudah jelas lagu ini adalah upaya untuk membelokkan iman. Astaghfirullah…

Lalu yang bener pohon apa, dong? Blio ngasih opsi; harusnya bisa kok pakai pohon sawit atau pohon pisang. Tapi, ya sudahlah, kita-kita yang nggak punya orang dalem buat jadi penduduk surga mestinya cukup husnuzan aja, deh. Nggak usah tanya; apa hubungannya balon warna hijau dengan Islam? Sejak kapan Islam diwarnai hijau? Kalau bendera Arab Saudi mah bener tuh hijau warnanya. Jangan tanya gini juga; emang sejak kapan pohon cemara jadi Nasrani? Kapan dia dibaptis? Udah, cukup, cukup. Buang jauh-jauh pikiran kayak gitu.

Alangkah lebih baik kita mulai waspada, jangan-jangan sebagian besar lagu anak-anak populer yang sudah kadung menyebarluas dan dihafal luar kepala oleh anak-anak, ternyata juga mengandung indikasi serupa dengan dua lagu tersebut. Kita harus ekstra hati-hati nih. Dan kenyataan yang saya temukan memang betul demikian. Dari kolom komentar video tersebut, saya memperoleh list beberapa lagu anak yang kalau makai tafsir cocokologinya Ustaz Zainal Abidin, wah jelas-jelas menyelipkan narasi penyimpangan akidah, Nder. Berikut deretan lagu anak-anak sesat tersebut:

1. Satu-satu aku sayang ibu

Kalau kita nyanyikan, sepintas lagu ini terdengar sangat jauh dari kesan merusak akidah. Hla kalau kita resapi lirik demi liriknya saja menggambarkan keadaan yang luar biasa gayeng, loh. Satu-satu aku sayang ibu. Dua-dua juga sayang ayah. Tiga-tiga sayang adik kakak. Satu dua tiga sayang semuanya. Betapa indahnya memiliki keluarga yang harmonis dan saling sayang satu sama lain.

Tapi sadarkah Anda kalau lagu ini ternyata tidak mengajarkan tentang sayang kepada Allah dan Rasulullah? Alias mengejarkan kekufuran. Hayoooo, arep piye koweee? wqwqwq. Yang bener harusnya kan, Satu-satu aku sayang Allah. Dua-dua juga Rasulullah. Baru dah diikuti sama ibu, bapak, dan adik-kakak. Lah ini, Allah sama Rasulullah-nya dilupakan. Keterlaluan.

2. Cicak-cicak di dinding

Kalau “Naik ke Puncak Gunung” adalah doktrin Kristenisasi lantaran pohon cemara-nya, maka lagu ini bisa dibilang mengandung misi agama Yahudi. Sik, bentar, jangan kaget dulu. Coba perhatikan bunyi lagunya, Cicak-cicak di dinding diam-diam merayap. Nah, baru dari bait pertamanya saja lagu ini sudah salah kaprah. Pemahaman Anda pasti terlalu dangkal buat mengerti bahwa “dinding’ yang dimaksud dalam lirik lagu tersebut ternyata adalah dinding/tembok ratapan—tempat ibadah penganut Yahudi. Baru tahu kan Anda? Selama ini—dengan menyanyikan lagu tersebut—secara nggak langsung kita telah digiring untuk jadi antek-antek Yahudi, kawan. taubatlah. Khwaaaks (pakai gayanya Coki Pardede).

3. Potong bebek angsa

Muatan dalam lagu ini urusannya sudah bukan pada ranah iman, tapi lebih ke wilayah ketaatan terhadap larangan agama. Karena kalau makai tafsirnya Ustaz Zainal Abidin, lagi-lagi, Anda bakal menemukan sebuah contoh yang nggak senonoh dan sangat nggak patut buat dilakuin sama anak-anak Islam.

Disadari atau tidak, lagu ini pada dasarnya membenarkan adanya praktik kontak fisik dengan bukan muhrim. Ini kan larangan dalam Islam. Simak saja pada lirik, Nona minta dansa, dansa empat kali. Waduuuuhhh, nggak bener ini nggak bener. Jangan sampai moral anak-anak Anda rusak gegara keseringan dengerin atau bahkan sampai menghafal lagu yang satu ini deh, Akhi. Secara lebih jauh, lirik tersebut juga membenarkan adanya kencan buta. Dan itu adalah perilaku yang bukan termasuk ke dalam kriteria akhlaq al-karimah. Bukan merupakan cerminan dari sikap seorang muslim yang taat. Ckckckck.

4. Pelangi-pelangi

Anda tahu nggak, lagu ini dosanya berpasal-pasal, loh. Ya bayangin saja, tho, anak-anak sudah diperkenalkan dengan istilah-istilah gereja dan juga sebuah simbol perilaku yang dianggap amoral. Nggak percaya? Coba deh parhatiin, ada bagian yang menyebut; Pelukismu agung, dan pelangi-pelangi ciptaan Tuhan. Anda musti tahu bahwa “agung” identik digunakan orang Nasrani untuk menyebut asma Tuhan-nya. Diam-diam anak-anak diseret untuk turut menyebut istilah gereja tersebut. Apa namanya kalau bukan upaya pemurtadan?

Harusnya bisa saja, dong, liriknya diganti yang lebih Islami. Misalnya jadi gini, Pelukismu akbar (padanan kata “agung” dalam Islam). Atau bisa juga; Pelukismu Esa yang nyata-nyata lebih menunjukkan kesan keislaman. Karena kan emang Islam hanya mengenal Tuhan yang esa, bukan trinitas seperti gereja. Dan biar lebih kaffah, ditutup dengan lirik, Pelangi-pelangi ciptaan Allah. Nah, kalau gini kan lebih deket ke dakwah Islamiyah kan, Nder? Wqwqwqwq.

Selain itu, simbol pelangi itu kan simbol LGBT, ya? Jangan sampai anak-anak Anda masuk golongan pro LGBT, wahai Akhi. Itu adalah perbuatan terkutuk dan dilaknat. Untuk itu, jauhkan segera anak Anda dari paparan lagu “Pelangi-Pelangi”. Lebih baik ajarin aja nyanyi “Ya Tab-Tab”. Eh…

BACA JUGA Menjawab 11 Tuduhan Ustaz Unknown Tentang Tanda Orang Kecanduan Drama Korea dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version