Setelah saya ingat-ingat, memang mobil saya punya tarikan gas yang enteng selama menggunakan Dexlite. Teringat selama menyalip kendaraan besar dan panjang, mobil saya melaju dengan mulus, tanpa harus menginjak gas terlalu dalam.
Berbanding terbalik dengan mobil diesel yang diisi bahan bakar Biosolar. Kebetulan, kerabat saya menggunakan Biosolar sebagai bahan bakar kendaraannya. Kerabat saya cerita meski mobilnya Pajero Sport, tarikan gasnya berat. Dia pernah membandingkannya saat mengisi mobilnya dengan Dexlite, alhasil tarikan gasnya lebih ringan. Tapi, kerabat saya tidak mau beralih ke Dexlite karena sering keluar kota. Agak maklum, sebab harganya lumayan mahal, tentu bikin pengeluarannya membengkak.
Lebih irit, lebih gesit
Sebenarnya, kalau dipertimbangkan ulang, menggunakan Dexlite lebih hemat daripada memakai Biosolar. Soalnya ya, lebih irit. Percaya tidak percaya, saya hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp900.000 setiap pergi dari Sumenep ke Lumajang. Itu bukan cuman sekali perjalanan lho, tapi saya pake muter-muter dan balik Sumenep.
Saking iritnya, saya dibuat terkagum-kagum. Bahan bakar ini memang edan. Sebenarnya, keiritannya sudah diuji oleh LAPI ITB. Risetnya memperlihatkan jika Dexlite lebih hemat 9 persen dibandingkan Biosolar.
Selain hemat karena irit, juga hemat biaya perawatan. Dexlite memiliki kandungan sulfur yang rendah, sehingga tidak membuat filter bahan bakar cepat kotor.
Bulan kemarin, saya melakukan service mobil ke Auto 2000. Saat melakukan service, montirnya menjelaskan kalau menggunakan Dexlite lebih enak ke perawatan. Lantaran, filter bahan bakarnya tidak cepat kotor. Sedangkan, kalau pakai Biosolar, filter bahan bakarnya cepat kotor.
Terlepas dari kenikmatan Dexlite dari segi mesin, yang jelas sih, Dexlite bikin kita nggak antre. Jarang loh orang beli bahan bakar ini, seringnya Biosolar. Jadi ya, waktu antre terpangkas.
Maka, nikmat mana lagi yang engkau cari saat menggunakan Dexlite? Harga, masih aman di kantong. Tarikan, enteng. Bahan bakar, irit. Perawatan, tidak rumit. Antrean, sedikit. Kenikmatan yang nggak kaleng-kaleng, bukan?
Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Gagal Branding, Alasan Orang Kaya Nggak Malu Beli Pertalite