Banjarnegara Masuk Kabupaten Termiskin di Jawa Tengah, tapi Masih Punya Desa Merden yang Bisa Dibanggakan

Banjarnegara Masuk Kabupaten Termiskin di Jawa Tengah, tapi Masih Punya Desa Merden yang Bisa Dibanggakan

Banjarnegara Masuk Kabupaten Termiskin di Jawa Tengah, tapi Masih Punya Desa Merden yang Bisa Dibanggakan (unsplash.com)

Meski menyandang sebagai peringkat kelima kabupaten termiskin di Jawa Tengah, ternyata Banjarnegara masih punya sesuatu yang patut dibanggakan selain kesegaran dawet ayunya. Salah satu kebanggaan Banjarnegara adalah Desa Merden. Sebuah desa yang terlampau ideal untuk dihuni.

Desa yang berjarak 22 kilometer dari Alun-Alun Banjarnegara ini memiliki daya tarik untuk bisa dijadikan tempat tinggal. Beragam fasilitas tersedia di desa yang memiliki 5 dusun, 8 RW, dan 54 RT tersebut.

Saat memasuki tugu selamat datang di Desa Merden Banjarnegara, hamparan sawah di sebelah kanan dan kiri jalan akan menyapa kita dengan angin sejuk. Setidaknya saat pagi dan senja, tugu selamat datang itu berubah menjadi tempat ideal untuk menanti matahari terbit dan tenggelam sembari menyeruput es teh jumbo.

Ada Stadion Urang Jaya, stadion kebanggan Desa Merden

Sejak akhir 2018, waktu saya pertama kali menginjakkan kaki di Merden, saya cukup kaget dengan keberadaan Stadion Urang Jaya Banjarnegara, tempat latihan MFA (Merden Football Association) yang memiliki tribun penonton. Padahal di tempat tinggal saya, Wonosobo, saat itu baru memiliki stadion dengan tribun beralaskan rumput. Saya auto jiper melihat kemajuan Desa Merden Banjarnegara.

Tak usah heran kalau siswa sekolah sepak bola MFA tak hanya berasal dari Banjarnegara. Bahkan banyak siswa yang berasal dari luar kota dan luar pulau. Niat mereka datang ke sini tentu tak hanya berlatih sepak bola, tapi juga mendapatkan pelajaran formal. Saat ini Merden memiliki 3 sekolah sepak bola, yakni MFA, Diklat Merden, dan SSB Urang Jaya.

Baca halaman selanjutnya: Lengkapnya fasilitas…

Lengkapnya fasilitas kesehatan dan rumah ibadah di Desa Merden Banjarnegara

Merden juga memiliki fasilitas kesehatan berupa Klinik Utama PKU Muhammadiyah atau yang biasa dikenal sebagai PKU Merden. Keberadaan fasilitas kesehatan tersebut membuat Merden menjadi desa dengan kehidupan selama 24 jam, karena PKU Merden membuka pelayanan selama 24 jam. Padahal tak lebih dari 2 kilometer dari PKU Merden sudah berdiri Puskesmas Purwonegoro 2. Intinya, desa ini memiliki fasilitas kesehatan yang mumpuni.

Tak perlu khawatir soal kehidupan beragama. Di desa ini ada 56 masjid dan musala sebanyak dan 1 vihara bernama Padepokan Dhammaloka Arama. Meskipun umat Buddha menjadi minoritas di Desa Merden Banjarnegara, kehidupan antarumat beragama di sini berjalan sangat harmonis. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan pemuda buddhis yang berperan membantu mengatur jalan saat pelaksanaan ibadah salat ied.

Fasilitas pendidikan dan pusat perekonomian desa

Dari segi pendidikan, Desa Merden Banjarnegara memiliki 6 TK/Playgroup, 6 SD/MI, 2 SMP/MTs, 1 Pondok Pesantren, dan 1 SMA. Hal ini membuktikan kalau desa ini telah memiliki seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dibutuhkan warga.

Sementara untuk pusat perekonomian desa, terdapat 1 pasar tradisional di sini. Bahkan di desa yang memiliki tanah sawah seluas 250 hektare ini kita bisa menemukan 5 gerai es teh jumbo! Nggak ketinggalan zaman banget, kan.

Sayangnya tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan Desa Merden Banjarnegara. Di balik fasilitasnya yang lengkap, desa ini belum terjangkau transportasi umum. Hal ini membuat sebagian warga menjadikan sepeda motor sebagai kebutuhan primer. Maka tak usah heran kalau selama berada di desa ini pemandangan siswa SMP berkendara dengan sepeda motor ke sekolah adalah pemandangan yang umum.

Itulah Merden, sebuah desa di Kabupaten Banjarnegara yang terlampau ideal dan nyaman sebagai tempat tinggal. Desa ini nggak menawarkan hiruk pikuk layaknya kawasan industri, tapi juga nggak terlalu sepi seperti hatimu setelah ditinggal rabi. Bisa dibilang desa ini masuk dalam daftar nominasi desa paling layak huni di Banjarnegara.

Penulis: Dhimas Raditya Lustiono
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pariwisata Banjarnegara: Punya Potensi, tapi Kepentok Hal-hal Ini.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version