Derita Tinggal di Pemalang, Kabupaten Nggak Terkenal di Jawa Tengah

Derita Tinggal di Pemalang, Kabupaten Nggak Terkenal di Jawa Tengah

Derita Tinggal di Pemalang, Kabupaten Nggak Terkenal di Jawa Tengah (Dimas Pandu Pranata via Unsplash.com)

Sejujurnya, sebagai warga negara Indonesia kelahiran Kabupaten Pemalang, saya paling malas jika ditanya daerah asal. Saat menjawab Pemalang, sudah bisa ditebak pertanyaan selanjutnya adalah soal letak Pemalang. Saya yakin, mayoritas warga Pemalang pernah merasakan hal serupa. Makanya kali ini saya akan memperkenalkan sedikit soal Pemalang supaya kalian punya gambaran tentang kabupaten nggak terkenal ini.

Pemalang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berada di jalur utama Pantura sebagai penghubung Jakarta-Semarang-Surabaya. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.1.115,30 kilometer persegi. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal.

Saking nggak terkenalnya, warga Kabupaten Pemalang bingung menjelaskan daerahnya sendiri

Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, Pemalang memang kurang terkenal dibanding kabupaten tetangga. Tak jarang, warga Kabupaten Pemalang yang malas menjelaskan di mana letak kabupaten ini akan menjawab asalnya dari Pekalongan atau Tegal.

Ini bukan sekadar omong kosong, ya. Saya sendiri memiliki teman yang lebih memilih memperkenalkan diri berasal dari Pekalongan daripada Pemalang jika ditanya orang asing. Katanya sih mending begitu daripada harus menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi seperti rumus volume balok.

Memang kedengarannya berdosa sekali warga Kabupaten Pemalang yang seringnya mengaku sebagai warga Pekalongan atau Tegal. Namun, saya harus mengakui kadang capek juga menjelaskan letak kabupaten kelahiran saya ini. Jadi, sekali dua kali nggak apa-apa lah mengaku sebagai warga kabupaten tetangga.

Sebagai orang yang sudah dari dalam kandungan ibu tinggal di Pemalang, saya juga bingung apa yang bisa dibanggakan dari dari kabupaten ini. Kalaupun ada, mungkin itu hanyalah nanas madu, sego grombyang, dan bahasa kebangsaan republik ngapak. Terlalu banyak problematika di kabupaten yang memiliki slogan Pemalang Pusere Jawa ini selain perkara namanya yang kurang terkenal.

Eh, tunggu dulu, kayaknya slogan yang betul Pemalang Ikhlas. Ah, dari slogannya saja sudah bikin bingung. Terserah kalian saja mau pilih mana yang lebih nyaman untuk didengar dan diingat.

Tiap sudut Kabupaten Pemalang dipenuhi pemandangan kubangan air saat musim hujan

Di musim hujan seperti sekarang ini, kita bisa dengan mudah menjumpai kubangan air di sepanjang jalan di Kabupaten Pemalang. Maklum, kubangan itu tercipta dari jalanan berlubang yang terisi air hujan.

Jalanan berlubang memang sudah menjadi sahabat karib warga Pemalang. Mulai dari jalanan sempit di gang-gang desa sampai jalan utama Pantura nggak luput dari lubang. Bahkan banyak warga yang menyebut Pemalang sebagai “Pantura Bergoyang” lantaran begitu memasuki kabupaten ini bakal disambut dengan jalanan berlubang.

Jika dibandingkan dengan kabupaten tetangga, Pekalongan misalnya, terlihat jelas kesenjangannya. Saat mengendarai kendaraan di jalanan Pantura Pekalongan, akan terasa minim lubang. Namun saat sudah memasuki Pemalang, kita akan disambut dengan jalan berlubang yang cukup banyak. Padahal jalanan berlubang sangat membahayakan kendaraan melintas dan dapat mengakibatkan kecelakaan, lho.

Sebenarnya warga sudah pernah protes terhadap kondisi ini. Sekitar dua tahun lalu warga melakukan aksi protes terhadap jalanan berlubang dengan menggelar aksi mandi lumpur. Pernah juga warga di Desa Danasari, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, mengkritik soal kondisi jalanan di desa mereka yang berlubang dengan menuliskan flyer berisi kalimat sindiran seperti “Anda Memasuki Hutan Amazon Tanpa Aspal”, “Peringatan! Anda Memasuki Kawasan Wisata Jeglongan Sewu”, hingga “Mending Kejeglong Ning Atine Mantan, Timbang Kejeglong Ning Dalan”.

Sebagai warga Kabupaten Pemalang, sejujurnya kami sudah bosan meminta perbaikan jalan karena respons lambat pemerintah daerah. Dilansir dari Disway Jateng, menurut Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, ruas jalan yang rusak rencananya akan diperbaiki mulai bulan Maret 2024 mendatang. Kabarnya beliau telah meninjau beberapa ruas jalan rusak tersebut, beberapa di antaranya jalan kabupaten di Desa Karangsari, Kecamatan Pulosari, jalan Desa Mereng, Kecamatan Warungpring-Kreyo, Jalan Raya Watukumpul, dll.

Warga kekurangan tempat hiburan

Namanya juga kabupaten kecil yang nggak terkenal dan diapit dua kota besar, ya wajar kalau nasibnya miris. Kalau kalian tanya apakah ada bioskop di Pemalang, tentu saja jawabannya nggak ada. Kalau mau nonton film terbaru yang tayang di bioskop, biasanya kami harus ke kota tetangga, yaitu Pekalongan dan Tegal.

Meskipun nggak memiliki mall, warga Kabupaten Pemalang punya satu toko kebanggaan yang jadi jujugan tempat belanja, lho, namanya Basa Toserba. Toko satu ini banyak didatangi warga lantaran menyediakan barang yang cukup lengkap dengan harga miring.

Sayangnya, kalau mencari makanan cepat saji dan minuman kekinian seperti McD, KFC, Burger King, Starbucks, dll. kalian nggak akan menemukannya di Pemalang. Kalau pengin makan atau minum ya harus pergi ke kota tetangga. Memang merepotkan, sih.

Jadi, kalau ditanya warga Kabupaten Pemalang liburannya ke mana, pasti kami akan menjawab alun-alun kota sembari melihat buah nanas raksasa atau main ke kota tetangga yang tempat hiburannya lebih beraneka ragam.

UMK bikin gigit jari

Seperti yang kita ketahui, UMP Jawa Tengah kembali jadi yang terendah di Pulau Jawa, yakni Rp2.036.947. Jika UMP Jawa Tengah saja sudah miris begitu, nggak heran kalau UMK kabupaten kota juga nggak kalah miris.

Dilansir dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, UMK Kabupaten Pemalang tahun 2024 sebesar Rp2.156.000 yang mana angka ini tentunya sangat kecil. Nggak heran kalau mayoritas warga Kabupaten Pemalang memilih mengadu nasib ke ibu kota dengan harapan bisa mengubah nasib mereka. Sebab, jika tetap bekerja di sini dengan upah minimum segitu, tentu nggak akan cukup.

Akan tetapi, pasti ada saja mulut nyinyir yang bilang biaya hidup di sini murah, makanya UMK segitu pasti akan cukup. Padahal kalau kita melihat harga beras, minyak goreng, mi instan, gula, telur, dan bahan pokok lainnya, jelas nggak jauh beda antara harga di Jakarta dengan Pemalang, sebab barang-barang tersebut sudah punya standar harga nasional. Kebayang kan gimana pas-pasannya kehidupan warga  dengan UMK segitu?

Meski Kabupaten Pemalang memiliki segudang masalah yang perlu diperbaiki, saya tetap bersyukur lahir dan tinggal di kabupaten ini. Sebab, di tempat inilah saya bertemu dengan orang-orang yang saya sayangi. Semoga Pemkab terus berbenah demi menciptakan Pemalang yang nyaman bagi warganya.

Penulis: Hernika Aulia
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pemalang Suram! Lampu Penerangan Jalan kok Kalah Terang sama Lampu Motor Honda Scoopy?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version