3 Penderitaan yang Saya Rasakan Saat Naik Kereta Api Dhoho Penataran

3 Penderitaan yang Saya Rasakan Saat Naik Kereta Api Dhoho Penataran

3 Penderitaan yang Saya Rasakan Saat Naik Kereta Api Dhoho Penataran (Rizal Febri Ardiansyah via Wikimedia Commons)

Kereta api ekonomi lokal, nih, namanya Dhoho Penataran. Harga tiketnya murah sih, tapi kok gini amat, ya?

Salah satu moda transportasi yang cukup saya gemari adalah kereta api. Kereta api memiliki banyak kelebihan yang rasanya nggak perlu diceritakan berulang-ulang. Sebut saja keterlambatannya yang bisa dibilang hanya 0,01% hingga kenyamanannya karena anti-macet. Selain itu, sebagai penumpang, kita bebas memilih harga tiket sesuai bujet yang kita miliki. Kalau sedang ada uang lebih dan ingin nyaman, kita bisa memilih kereta eksekutif. Sementara kalau sedang bokek alias pengin hemat yang penting sampai tujuan dengan selamat, kita bisa memanfaatkan kereta ekonomi.

Salah satu kereta api ekonomi lokal yang pernah saya tumpangi adalah Dhoho Penataran. Kereta lokal satu ini memiliki rute memutar Jawa Timur mulai dari Surabaya, Malang, Blitar, Kediri, Kertosono, dan kembali lagi ke Surabaya. Harga tiketnya murah meriah, nggak sampai Rp30 ribu tergantung jarak yang ditempuh penumpang. Bener-bener gurih pokoknya naik kereta satu ini. Sayangnya, karena harganya yang ekonomis, saya harus lebih banyak bersabar ketika menaiki kereta satu ini.

Kursi, oh, kursi

Namanya juga kereta api ekonomi, kenyamanan penumpang memang nggak 100% terjamin. Tapi, tetap layak, ygy. Salah satu hal yang saya sesalkan dari Dhoho Penataran ini adalah kursi penumpangnya yang saling berhadapan sehingga membuat space antar tempat duduk begitu sempit.

Kebetulan waktu itu saya dan rombongan memesan kursi berhadapan. Tapi, karena ukuran tubuh teman saya agak bongsor, jadilah dengkul kami saling bercumbu. Solusi terbaik yang bisa kami lakukan saat ini agar bisa duduk lebih nyaman ya dengkul kami diselang-seling. Wqwqwq.

Selain jarak antar kursi yang sempit, sudut kursinya tegak luru 90 derajat. Kursi kereta api Dhoho Penataran ini nggak bisa diatur kemiringannya, jadi kalau mau tidur kudu ke arah kanan atau kiri biar agak enak.

Sebenarnya kalau masalah penumpang yang berdesak-desakkan sih nggak masalah ya asal dalam tahap wajar. Apesnya, dalam kereta yang saya tumpangi waktu itu nggak semua penumpang mendapat kursi. Jadi, kadang ketika penumpang nggak naik dari stasiun awal pemberangkatan, kursi kita sudah ada yang menempati. Nggak paham sih kenapa bisa begitu.

Lantaran banyak penumpang yang nggak kebagian kursi, mereka akhirnya duduk di gang-gang atau di antara gerbong satu dengan gerbong lainnya. Pergerakan jadi terbatas sekali selama berada di atas kereta api Dhoho Penataran. Saya saja sampai harus berjalan dengan hati-hati agar nggak menyenggol orang lain saat ingin ke toilet.

Baca halaman selanjutnya

Naik kereta api Dhoho Penataran harus punya rasa toleransi yang tinggi…

Ketenangan no, berisik yes

Naik kereta api Dhoho Penataran berarti harus punya toleransi yang tinggi. Gimana nggak, penumpangnya banyak dan rata-rata mereka satu rombongan besar. Tentu saja sepanjang perjalanan kita bakal mendengar mereka ngobrol dari A sampai Z. Sebenarnya nggak ada larangannya sih kalau mau ngobrol di dalam kereta, tapi mbok ngobrol dengan volume normal biar nggak mengganggu penumpang lain.

Selain itu, di kereta ini juga banyak penumpang yang membawa anak kecil. Anak-anak ini biasanya berlarian sepanjang lorong gerbong sambil tertawa. Bener-bener suasananya ramai kayak di playground. Nggak masalah sih untuk orang yang senang dengan anak kecil seperti saya, tapi kalau orang yang nggak begitu suka suasana ramai mungkin akan merasa terganggu.

Menemukan harta karun

Saya akui, saya naik kereta api Dhoho Penataran di jam paling padat penumpang. Bayangkan, satu gerbong penuh penumpang, baik yang duduk di kursi maupun yang terpaksa berdiri. Apesnya, saat itu saya harus pergi ke toilet.

Akhirnya saya berjalan ke toilet terdekat dari kursi saya. Sampai di sana, saya menemukan toilet jongkok. Saya punya kebiasaan menengok dulu lubang toilet untuk melihat kebersihannya. Sialnya, ada yang ketinggalan di sana embuh punya siapa. Ampun deh, terpaksa saya guyur, tapi kok air yang keluar seuprit.

Ya sudah, demi menjaga diri saya batalkan keinginan buang hajat saat itu. Saya memutuskan untuk menahannya sampai tiba di stasiun tempat saya mengakhiri perjalanan.

Overall, kereta api Dhoho Penataran sebenarnya worth to try, apalagi kalau kalian suka berpetualang dan pengin menjajal rute memutar Jawa Timur. Saran saya, coba cari jam keberangkatan yang nggak terlalu padat biar nggak berdesak-desakkan di dalam kereta. Jangan lupa juga pesan tiket dengan kursi supaya bisa duduk nyaman di dalam kereta, Gaes.

Penulis: Anisa Fitrianingtyas
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Derita Punya Rumah di Gang Kecil.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version