Kereta api ekonomi lokal, nih, namanya Dhoho Penataran. Harga tiketnya murah sih, tapi kok gini amat, ya?
Salah satu moda transportasi yang cukup saya gemari adalah kereta api. Kereta api memiliki banyak kelebihan yang rasanya nggak perlu diceritakan berulang-ulang. Sebut saja keterlambatannya yang bisa dibilang hanya 0,01% hingga kenyamanannya karena anti-macet. Selain itu, sebagai penumpang, kita bebas memilih harga tiket sesuai bujet yang kita miliki. Kalau sedang ada uang lebih dan ingin nyaman, kita bisa memilih kereta eksekutif. Sementara kalau sedang bokek alias pengin hemat yang penting sampai tujuan dengan selamat, kita bisa memanfaatkan kereta ekonomi.
Salah satu kereta api ekonomi lokal yang pernah saya tumpangi adalah Dhoho Penataran. Kereta lokal satu ini memiliki rute memutar Jawa Timur mulai dari Surabaya, Malang, Blitar, Kediri, Kertosono, dan kembali lagi ke Surabaya. Harga tiketnya murah meriah, nggak sampai Rp30 ribu tergantung jarak yang ditempuh penumpang. Bener-bener gurih pokoknya naik kereta satu ini. Sayangnya, karena harganya yang ekonomis, saya harus lebih banyak bersabar ketika menaiki kereta satu ini.
Kursi, oh, kursi
Namanya juga kereta api ekonomi, kenyamanan penumpang memang nggak 100% terjamin. Tapi, tetap layak, ygy. Salah satu hal yang saya sesalkan dari Dhoho Penataran ini adalah kursi penumpangnya yang saling berhadapan sehingga membuat space antar tempat duduk begitu sempit.
Kebetulan waktu itu saya dan rombongan memesan kursi berhadapan. Tapi, karena ukuran tubuh teman saya agak bongsor, jadilah dengkul kami saling bercumbu. Solusi terbaik yang bisa kami lakukan saat ini agar bisa duduk lebih nyaman ya dengkul kami diselang-seling. Wqwqwq.
Selain jarak antar kursi yang sempit, sudut kursinya tegak luru 90 derajat. Kursi kereta api Dhoho Penataran ini nggak bisa diatur kemiringannya, jadi kalau mau tidur kudu ke arah kanan atau kiri biar agak enak.
Sebenarnya kalau masalah penumpang yang berdesak-desakkan sih nggak masalah ya asal dalam tahap wajar. Apesnya, dalam kereta yang saya tumpangi waktu itu nggak semua penumpang mendapat kursi. Jadi, kadang ketika penumpang nggak naik dari stasiun awal pemberangkatan, kursi kita sudah ada yang menempati. Nggak paham sih kenapa bisa begitu.
Lantaran banyak penumpang yang nggak kebagian kursi, mereka akhirnya duduk di gang-gang atau di antara gerbong satu dengan gerbong lainnya. Pergerakan jadi terbatas sekali selama berada di atas kereta api Dhoho Penataran. Saya saja sampai harus berjalan dengan hati-hati agar nggak menyenggol orang lain saat ingin ke toilet.
Baca halaman selanjutnya
Naik kereta api Dhoho Penataran harus punya rasa toleransi yang tinggi…