Sebelum memutuskan menjadi ibu rumah tangga seperti sekarang, saya pernah menjadi buruh di sebuah pabrik di daerah Sayung, Demak. Beginilah penderitaan saya saat menjadi buruh di sana.
Sayung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Demak, di pesisir pantai utara. Letaknya cukup strategis lantaran bertetangga dengan Kota Semarang. Ibaratnya, merem 5 menit bisa sampai Semarang. Maka tak heran kalau Sayung menjadi salah satu wilayah incaran para pengusaha.
Selain karena letaknya yang strategis, UMK-nya lumayan miring dibanding Semarang, selisih 100-200 ribu rupiah. Coba saja kalau selisih ini dikali 100 karyawan, sudah selisih 10 juta rupiah, kan?
Sebelum memutuskan menjadi ibu rumah tangga seperti sekarang, saya pernah bekerja di Sayung, Demak. Saya sempat bekerja menjadi buruh pabrik di daerah ini. Setidaknya ada lima penderitaan yang saya rasakan selama bekerja di sana.
Terjebak macet
Macet adalah kawan bagi para buruh di daerah Sayung, Demak. Penyebab kemacetan ini juga random, bisa banjir rob, bisa truk terguling, truk belok, dll. Wah, pokoknya penyebabnya macem-macem dan kadang bikin diri ini mengelus dada. Ternyata bukan cuma Jakarta yang suka macet, Sayung juga suka macet, Gaes.
Saya masih ingat betul pernah terjebak macet ketika banjir besar melanda Semarang. Waktu itu saya yang menggunakan sepeda motor masih bisa nyelip kanan kiri. Tapi sayangnya, teman-teman buruh lain yang naik mobil perusahaan harus terjebak selama hampir 5 jam gara-gara macet. Mereka harus menghabiskan total 10 jam PP di jalan. Itu sih lamaan ke kantornya daripada kerjanya. Hiks.
Baca halaman selanjutnya