Derita Cewek Model Rambut Pendek yang Sering Dikira Cowok

Cewek dengan model rambut pendek. (Unsplash.com)

Cewek dengan model rambut pendek. (Unsplash.com)

Umumnya, cewek lebih memilih rambut panjang daripada punya model rambut pendek. Sependek pengamatan saya, alasannya karena rambut panjang lebih terlihat anggun, feminim, dan banyak pilihan gaya ketika ingin mengubah model. Alasan lainnya (yang hanya berani diungkapkan beberapa cewek secara diam-diam) adalah karena lebih menarik perhatian kaum adam.

Penampilan cewek yang lekat dengan rambut panjang memang nyata adanya, bisa kalian temui di setiap sudut wilayah. Namun, bukan berarti pilihan untuk punya model rambut pendek tidak boleh masuk pertimbangan. Meskipun populasinya lebih sedikit, cewek rambut pendek ini jangan dikira tidak masuk jajaran perempuan tulen.

Saya bisa menulis kalimat tadi setelah dua tahun terakhir merasakan asam garam kehidupan sebagai cewek dengan model rambut pendek. Apalagi dengan potongan pixie undercut yang cukup “berani” untuk dicoba cewek.

Berikut ini pengalaman (kalau tidak mau disebut derita) yang saya dapatkan semenjak memangkas rambut sangat pendek dan terlihat kayak cowok.

Sejak melangkahkan kaki keluar dari salon pada Juli 2020 lalu, saya bukan orang yang sama lagi di mata teman-teman sepermainan. Tatapan heran dan terkejut mereka layangkan saat pertemuan pertama kami setelah rambut ini dipangkas. Mereka bertanya kenapa saya begitu nekat “membabat” rambut seperti itu.

Bahkan, ada yang terang-terangan menatap iba, mencoba bersimpati, seakan bisa merasakan bahwa model rambut pendek ini adalah wujud nyata dari kondisi hidup saya yang sedang tidak baik-baik saja. Ada masalah apa? Lagi stres ya? Mendadak muncul dua pertanyaan membosankan yang saya terima pada awal-awal punya rambut pendek.

Selain merasa bosan, saya juga tidak tahu bagaimana meyakinkan mereka kalau kehidupan saya aman-aman saja dan model rambut pendek ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan dua pertanyaan itu. Panjang lebar saya menjelaskan kalau sangat repot mengurus rambut sebahu nan lebat yang sebelumnya saya miliki. Namun sia-sia, mereka lebih ingin percaya kalau saya hanya sedang buang sial.

Saya akui memang ada anggapan kalau orang, terutama cewek yang memangkas pendek rambutnya berarti baru saja tertimpa masalah, putus cinta, atau disakiti pasangannya. Memotong rambut sering dijadikan tanda seseorang ingin menjauhkan diri dari masalah itu atau sekadar “mengumumkan” bahwa dirinya sudah lepas dan bebas darinya.

Tentu anggapan di atas hanya mitos belaka. Saya sendiri tidak pernah memotong rambut dengan alasan sedang stres atau dicobai masalah hidup. Kalau sempat begitu, dalam satu tahun berarti saya harus potong rambut tiap minggu. Selain menguras waktu, saya tidak punya uang sebanyak itu untuk sering-sering ke salon.

Saya tidak bisa memahami mengapa mitos di atas begitu memengaruhi komentar orang-orang terhadap cewek dengan model rambut pendek. Spekulasi yang sama tidak pernah dilontarkan kepada ciwi-ciwi yang memanjangkan rambutnya. Ini sama ngawurnya dengan anggapan kalau cowok gondrong pasti berandal dan nakal karena terlihat urak-urakan. Nggak nyambung, blas!

Ingat ya, mayoritas cewek itu berambut panjang. Saya juga jadi sering dikira cowok saat kebetulan berinteraksi dengan orang asing. Pandemi Covid-19 yang mewajibkan kita untuk bermasker, ditambah kontur wajah saya yang lebih mirip preman pasar sukses menambah rasa percaya diri orang-orang asing itu untuk memanggil saya, “Mas!”

Sejujurnya, saya tidak menyangka efek punya model rambut pendek akan sejauh ini. Karena jengkel, sapaan yang keliru itu pun mula-mula tidak saya gubris meskipun sadar ditujukan untuk memanggil saya. Biarkan saja mereka bingung atau malah menganggap betapa sombongnya “mas-mas” satu ini karena tidak mau menoleh ketika dipanggil.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa dengan salah paham itu. Tidak ada gunanya juga untuk membenarkan semua orang, pikir saya. Alhasil, setiap kali ada orang yang memanggil dengan ‘Mas!’ pasti seketika memasang wajah sedikit bingung ketika mendengar suara saya saat menjawab.

Iya, selama ini, hanya suara dan nama saya yang ampuh menjawab identitas gender saya yang sebenarnya. Hanya sedikit dari mereka yang meminta maaf setelah salah menggunakan kata sapaan. Sisanya hanya memasang wajah bingung atau kaget dan berusaha terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.

Namun, dipanggil mas-mas karena punya model rambut pendek tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan saat saya dibilang jauh lebih cantik kalau berambut panjang daripada pendek. Sungguh, saya amat kagum dengan kepercayaan diri mereka yang ngomong begitu tepat di depan mata saya. Diam-diam dalam hati sebenarnya saya ingin menyempatkan diri untuk berguru kepada mereka.

Di sisi lain, saya semakin diyakinkan kalau kalimat bijak “segala hal yang berlebihan itu tidak baik” memang benar adanya. Mas dan mbak yang terhormat, pendapat Anda itu sama sekali tidak dibutuhkan. Mengapa begitu percaya diri kalau kalian berhak berujar semacam itu.

Saya hanya ingin cewek dengan model rambut pendek dilepaskan dari mitos atau stigma ramashook. Memaknai pangkasan rambut yang tidak sesuai “norma mayoritas” ini sebenarnya cukup sederhana. Bagi saya pribadi, ini soal kepraktisan, efisiensi waktu, tenaga, uang, dan kebebasan berekspresi.

Cewek rambut pendek, kalian tetap keren!

Penulis: Cindy Rebecca Christine

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Berbagai Alasan Cewek Nyemir Rambut.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version